Apel Kebangsaan Diharapkan Tak Mengarah ke Politik Praktis
Apel kebangsaan ”Kita Merah Putih” yang digelar di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (17/3/2019), diharapkan tak mengarah ke politis praktis, tetapi murni seruan kebangsaan kepada masyarakat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Apel kebangsaan ”Kita Merah Putih” yang digelar di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 17 Maret, diharapkan tak mengarah ke politis praktis, tetapi murni seruan kebangsaan kepada masyarakat.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Andreas Pandiangan, yang dihubungi Sabtu (16/3/2019), mengatakan, apel kebangsaan merupakan peristiwa politik karena ada pengerahan massa. Namun, tujuannya pada politik kebangsaan, bukan politik praktis.
Ia pun berharap, pada pelaksanaannya, apel kebangsaan ”Kita Merah Putih” benar-benar seruan agar masyarakat tetap utuh sebagai bangsa. ”Kita berharap tak mengarah ke politik praktis, seperti mendukung atau tidak mendukung seseorang,” kata Andreas.
Apel kebangsaan, yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, menyedot perhatian publik karena pelaksanaannya tepat sebulan sebelum Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019. Pemprov Jateng telah memastikan tak ada unsur politis.
Peserta diperkirakan mencapai 130.000 orang, yang terdiri dari masyarakat umum serta dari unsur santri, pramuka, linmas, pekerja, petani/nelayan, mahasiswa, olahragawan, seniman, dan kelompok difabel. Peserta datang dari 35 kabupaten/kota se-Jateng.
Akan ada orasi kebangsaan oleh Gubernur Jateng, pemuka agama, serta tokoh yang dianggap berkomitmen pada nasionalisme dan kebangsaan. Acara tersebut menurut rencana juga akan dimeriahkan sejumlah artis dan musisi nasional.
Andreas meyakini, Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jateng tak akan mempertaruhkan posisi Pemprov Jateng untuk kegiatan politik praktis. ”Meski kita tahu Pak Ganjar itu kader partai tertentu, saya yakin tidak akan diarahkan ke sana,” ucapnya.
Terkait adanya kekhawatiran ada pihak yang terlalu bersemangat dalam bermain di wilayah politik praktis demi kepentingan pemilu, Andreas menilai, hal itu perlu dicegah. Namun, lebih jauh, ia menilai, acara ini dapat baik untuk Jateng, yang selama ini menjadi barometer dalam menjaga keutuhan bangsa.
Tak ada atribut parpol
Ganjar menjelaskan, pihaknya sudah mewanti-wanti agar peserta yang datang tak memakai atribut pileg dan pilpres, dari partai apa pun. Sementara terkait pendanaan dari APBD yang mencapai Rp 18 miliar, ia menekankan sudah sesuai prosedur. Publik yang dapat mengetahuinya pun bagian dari transparansi.
”Orang tak harus semuanya setuju. Pemprov sangat terbuka dan tidak akan kami tutup-tutupi. (Seluruh elemen) saya undang untuk hadir dan duduk bersama. Jangan curiga dulu. Besok saya harap dari unsur-unsur pemerintahan bisa hadir, termasuk legislatif, dari partai mana pun,” ujar Ganjar.
Salah satu pengisi acara pada apel kebangsaan ”Kita Merah Putih” ialah grup musik Slank. Mereka akan memainkan lagu sesuai tema terkait nasionalisme, semangat persatuan, dan menyebarkan virus semangat Merah Putih.
”Kita sudah 20 tahun Reformasi, jadi harus dewasa. Lagu-lagu Slank bisa membuat semangat nasionalisme dan persatuan agar Indonesia bertambah. Indonesia-nya ini yang diutamakan, daripada ambisi kekuasaan,” tutur Bimbim, personel Slank.
Sebelumnya, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jateng Achmad Rofai menekankan, meskipun pelaksanaannya berdekatan, apel kebangsaan tak ada kaitannya dengan Pemilu 2019. Tidak ada identitas ormas ataupun identitas politik lainnya.
”Kebetulan saja, waktu yang dipilih berdekatan dengan pemilu. Namun, tak ada kaitannnya. Semata-mata untuk membangkitkan semangat generasi muda akan kebangsaan. Acara ini justru mempersatukan komponen-komponen bangsa,” ujarnya.