Daya Pikir Kritis Generasi Muda Harus Terus Diasah
Pancasila sebagai ideologi negara mesti terus dijaga demi keutuhan bangsa, termasuk oleh generasi muda. Salah satu pekerjaan bagi generasi muda ialah terus mengasah daya pikir kritis dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pancasila sebagai ideologi negara mesti terus dijaga demi keutuhan bangsa, termasuk oleh generasi muda. Salah satu pekerjaan bagi generasi muda yang akan menjadi pemimpin di masa mendatang ialah terus mengasah daya pikir kritis dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa.
Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Mahfud MD mengatakan, kompleksitas yang ada pada ideologi Pancasila bukan terkait nilai-nilai dasar, melainkan pada instrumen, lebih-lebih praktikal. Daya pikir kritis anak muda penting untuk menjaga jati diri bangsa ke depan.
”Mahasiswa harus kritis terhadap persoalan. Informasi-informasi yang datang cepat dikritisi terlebih dulu,” ujar Mahfud pada seminar nasional bertajuk ”Kompleksitas Ideologi Pancasila di Era Millenial” di Kampus Universitas Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (16/3/2019).
Mahfud menjelaskan, nilai-nilai dasar Pancasila bukan sesuatu yang kompleks karena akan terus relevan. Namun, kompleksitas ada pada tataran nilai instrumental yang menimbulkan konflik penafsiran. Ini misalnya terkait apakah demokrasi di Indonesia mengenal voting atau tidak.
Terkait hal itu, Mahfud menyebutkan, tak perlu ribut mengenai hal-hal seperti itu. Sebab, para pendiri bangsa pada kenyataannya juga menggunakan voting saat menentukan bentuk negara. ”Para pendiri sudah mengajarkan bahwa demokrasi tidak mungkin tidak ada voting,” ujarnya.
Direktur Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Didin Wahidin menuturkan, Indonesia masih menghadapi tantangan yang dihadapi bersama, antara lain terkait persoalan kemiskinan dan ketimpangan kesejahteraan.
Oleh karena itu, ke depan, sumber daya manusia (SDM) harus benar-benar disiapkan agar memiliki karakter yang kuat. ”Dalam hal ini, Pancasila harus lebih dimunculkan karena memegang peranan. Terlebih, dalam era Revolusi Industri 4.0, dengan mudahnya materi terkait ideologi transnasional masuk,” ujar Didin.
Yang perlu disebarkan ialah konten-konten kebinekaan, bukan konten-konten pemecah belah.
Lebih lanjut, Didin mengatakan, bangsa akan tahan dengan ideologi apa pun asalkan SDM siap, termasuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain itu, karakter SDM dengan landasan ideologi Pancasila juga harus terus diperkuat, yang akan terus mempererat dan mempersatukan bangsa.
Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Condro Kirono mengatakan, tantangan yang dihadapi bangsa saat ini antara lain hasutan, kebencian, dan hoaks atau kabar bohong. Hal-hal tersebut menyebar melalui media sosial yang banyak digunakan saat ini.
Generasi milenial merupakan kelompok yang banyak menerima berbagai informasi yang mengalir dengan deras. ”Mayoritas dari mereka mengakses informasi melalui media daring. Karena itu, yang perlu disebarkan ialah konten-konten kebinekaan, bukan konten-konten pemecah belah,” ucapnya.