Inovasi Keamanan Harga Mati bagi Aplikator
Ribuan pengojek dalam jaringan telah menjelma menjadi salah satu pusat kekuatan pemutar roda perekonomian Indonesia. Di sisi lain, ojek daring bisa membawa masalah sosial baru dalam skala masif, tidak terkecuali kekerasan seksual.
Kasus pemerkosaan seorang juru pijat mitra Go-Massage oleh kliennya di Bandung pada Jumat (5/3/2019) lalu menjadi salah satu contoh. Oleh karena itu, investasi pada terobosan digital demi keamanan pengguna aplikasi menjadi harga mati bagi aplikator.
Hari Jumat (15/3/2019), misalnya, Go-Jek meluncurkan dua fitur teranyarnya, yakni pemantauan perjalanan serta tombol darurat. Dua fitur ini dapat diakses oleh pelanggan ataupun mitra pengemudi serta mitra layanan daring lainnya.
Global Head of Transport Go-Jek Raditya Pradesha Wibowo mengatakan, pada layar antarmuka (interface) saat seorang mitra mengantarkan pelanggan akan ada opsi Pertolongan Pertama pada Trip berlambang perisai untuk mengakses kedua fitur keamanan. Pada fitur pertama, yaitu Bagikan Perjalanan, penumpang dan mitra dapat membagikan tautan (link) berisi informasi perjalanannya secara waktu nyata (real time) sesuai dengan GPS (global positioning system).
”Link itu bisa disalin, kemudian dibagikan lewat platform chat kepada orang-orang terdekat, seperti keluarga atau teman. Dari link itu, perjalanan penumpang bisa dipantau karena akan terlihat pergerakan real time, lokasi penjemputan, tujuan pengantaran, nama driver, dan pelat nomor,” kata Raditya.
Fitur kedua adalah Panggil Bantuan Darurat. Jika berada dalam keadaan bahaya, penumpang dapat menggunakan opsi tersebut untuk menghubungi unit darurat Go-Jek. Melalui telepon, tim unit darurat akan menanyakan beberapa detail, seperti nama pengguna aplikasi, nomor telepon, dan posisi saat sedang melaporkan kedaruratan.
”Kami berharap tombol ini tidak akan pernah digunakan. Kalaupun ada situasi darurat, ratusan anggota unit darurat kami yang tersebar di beberapa kota akan siap. Kami juga langsung terhubung dengan kepolisian dan ambulans,” ujar Raditya.
Bermitra dengan laman e-dagang asuransi PasarPolis, Go-Jek menyediakan asuransi jiwa untuk penumpang. Dengan lebih dari 1 juta mitra pengemudi dan gross transaction value (GTV) 9 miliar dollar AS per akhir 2018, Go-Jek tidak ingin kehilangan kepercayaan penggunanya.
”Kami menggunakan pendekatan user-centric (terpusat pada pengguna) untuk memenuhi kebutuhan dasar pengguna, yaitu rasa aman. Dengan menambah keamanan dan kenyamanan, kami akan semakin dipercaya oleh pelanggan dan mitra kami,” kata Nila Marita Indreswari, Chief of Corporate Affairs Go-Jek.
Menurut Nila, keluhan yang diterima Go-jek dari pelanggan dan mitra terkait kekerasan sangat kecil, hanya 0,001 persen. Namun, pemberantasan kekerasan di industri angkutan daring, terutama terhadap perempuan dan anak-anak, akan terus diprioritaskan berapa pun biaya investasi yang harus digelontorkan.
Kesadaran serupa lebih dulu dimiliki Grab. Tahun 2018, Grab telah menyusun roadmap Teknologi Keselamatan yang mencakup fitur Share My Ride (bagikan perjalanan) dengan fungsi yang sama dengan milik Go-Jek.
Pada fitur Tombol Darurat, pelanggan bisa mendaftarkan tiga nomor darurat yang dapat segera dihubungi saat terjadi hal-hal yang tak diinginkan. ”Kedua fitur ini telah tersedia pada aplikasi penumpang dan nantinya juga di aplikasi mitra pengemudi,” kata Tri Sukma Anreianno, Head of Public Affairs Grab Indonesia.
Tri menambahkan, Grab juga menyamarkan nomor telepon pengguna dan mitra pengemudi. Dengan begitu, kekerasan verbal melalui chat atau telepon, baik seksual maupun tidak, dapat dikurangi. Empat minggu pertama sejak fitur ini diterapkan, tingkat gangguan melalui telepon dan chat bisa turun sampai 70 persen.
”Grab juga bekerja sama dengan perusahaan elektronik JVCKENWOOD untuk memasang kamera keamanan GrabSiaga di mobil-mobil GrabCar. Ini untuk mencegah tindakan-tindakan yang tidak diinginkan,” ujar Tri.
Pada triwulan pertama 2019, Grab menyelesaikan pendanaan Seri H sekitar 4,5 miliar dollar AS dari berbagai investor, seperti Hyundai Motor Group dan Yamaha Motor. Tri mengatakan, Grab berkomitmen berinvestasi di bidang keselamatan penggunanya.
Kampanye sosial
Kedua aplikator sadar, teknologi saja tak cukup memberantas kekerasan yang kerap mengintai mitra dan pelanggan. Karena itu, Go-Jek menggelar kampanye #UninstallKhawatir bersama Hollaback Jakarta, gerakan antikekerasan seksual di tempat umum.
Nila mengatakan, kampanye ini merupakan mitigasi terhadap kekerasan. Koordinator berbagai komunitas mitra pengemudi diberi penyuluhan tentang kekerasan seksual.
Menurut Co-Director Hollaback Jakarta Anindya Nastiti Restiviani, penyuluhan bagi mitra menggunakan metode intervensi orang sekitar (bystander). Terdapat lima komponen yang disebut 5D, yaitu intervensi langsung (direct), distraksi terhadap gerak-gerik mencurigakan (distraction), dokumentasi dengan kamera ponsel untuk dilaporkan (document), pelaporan pada kepolisian (delegate), dan menunda trauma yang mungkin menyerang korban dengan menawarkan bantuan (delay).
Penyuluhan digelar di beberapa kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Denpasar (Bali), dan Palembang (Sumatera Selatan). Anindya pun mengapresiasi langkah Go-Jek yang tidak hanya menyediakan fitur, tetapi juga menginisiasi pelatihan.
”Para mitra ojek online ini sudah tersebar di seluruh bagian kota. Mereka bisa menjadi kekuatan untuk mencegah kekerasan seksual. Go-Jek yang menjadi aplikator pelopor langkah-langkah mitigasi kekerasan seksual dengan melibatkan mitra,” kata Anindya.
Sementara itu, Tri mengatakan, Grab membuat roadmap Teknologi Keselamatan dengan mempertimbangkan saran-saran dari Komisi Nasional Perempuan. Serangkaian pelatihan bagi mitra pengemudi ojek dan taksi pun digelar untuk mencegah kekerasan seksual.
Menurut Tri, kemampuan komunikasi empatik dan pertolongan psikologis awal perlu dikuasai tim pelayanan pengguna Grab. Semua anggota tim pun mendapat pelatihan dari lembaga pemulihan psikologis Yayasan Pulih.
”Hal-hal yang tak diinginkan bisa menimpa kaum perempuan di mana saja, termasuk saat mereka sedang berkendara. Jadi, kami harus memastikan seluruh layanan Grab selalu aman,” ujar Tri.
Dengan kekuatan yang besar akibat ketergantungan publik, datang pula tanggung jawab yang besar. Inovasi teknologi pun menjadi harga mati. Namun, tanpa kampanye sosial, upaya itu akan menjadi tumpul. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)