Mencermati Pendidikan dan Tenaga Kerja
Jelang debat ketiga pemilihan presiden-wakil presiden pada Pemilu 2019, antusiasme publik masih cukup besar. Publik menyuarakan harapan bahwa capres dan cawapres terpilih bisa menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.
Hasil jajak pendapat Litbang Kompas yang diselenggarakan pada 13-14 Maret 2019 menunjukkan, tiga perempat responden berniat menonton debat pada 17 Maret 2019 malam. Debat antarcalon wakil presiden itu akan membahas isu pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, serta sosial dan kebudayaan.
Ada dua alasan yang paling banyak disebutkan responden yang akan mengikuti acara debat kali ini. Pertama, mereka akan menyaksikan debat untuk memahami visi misi cawapres. Hal ini disampaikan sepertiga responden yang berniat menonton acara debat. Alasan kedua yang paling banyak disebut responden adalah ingin mengukur kualitas cawapres dalam berdebat.
Responden menaruh harapan debat ketiga akan lebih dalam mengeksplorasi tema-tema yang penting. Terkait cara pembahasan, separuh publik berharap debat akan berlangsung dalam koridor tema debat yang ditetapkan. Namun, separuh bagian responden lainnya berharap tema bersifat lebih longgar sehingga bisa melebar pada tema lain. Yang jelas, tawaran solusi konkret diharapkan muncul dalam debat para calon wakil presiden.
Debat ketiga yang akan digelar di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, tetap menggunakan metode pertanyaan dari panelis yang telah ditunjuk KPU, dan tidak jadi menyertakan pertanyaan dari audiens. Pertanyaan di seluruh segmen akan disampaikan dengan narasi. Segmen debat eksploratif masih akan diadakan karena dinilai penting untuk melihat kemampuan para cawapres dalam menjelaskan persoalan yang dibahas.
Masalah mendesak
Banyak harapan terarah kepada cawapres. Cawapres diharapkan tidak sekadar menjadi ”ban serep”, tetapi menjadi mitra calon presiden yang andal. Dengan demikian, sosok itu harus mempunyai pemahaman yang jelas atas setiap persoalan bangsa dan negara serta mampu menawarkan solusi konkret yang sesuai dengan arah pembangunan.
Cawapres Ma’ruf Amin dinilai memiliki pengalaman panjang dalam legislatif dan pemerintahan sehingga dianggap bisa memaparkan pandangan di bidang yang menjadi tema debat. Sementara cawapres Sandiaga dinilai memiliki latar belakang di swasta dan bersentuhan dengan pemerintahan sehingga juga mumpuni untuk menampilkan solusi bidang tersebut.
Responden jajak pendapat Kompas kali ini menilai bidang yang harus diprioritaskan diselesaikan adalah dimulai dari sektor pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, sosial, hingga kebudayaan.
Bidang pendidikan masih menyimpan persoalan terkait program bantuan pendidikan yang masih belum tepat sasaran yang dinilai mendesak diselesaikan. Karena itu, program pemerintah saat ini, seperti bantuan operasional sekolah (BOS), bantuan siswa miskin (BSM), dan kartu Indonesia pintar (KIP), perlu dievaluasi.
Selain itu, distribusi alokasi bantuan yang lambat, belum akurat, serta adanya upaya penyelewengan dana oleh oknum tertentu juga masih menggerogoti program bantuan pendidikan.
Selain persoalan bantuan pendidikan yang belum tepat sasaran, persoalan lain yang juga mendesak diatasi dalam memasuki Revolusi Industri 4.0 adalah belum terlaksananya wajib belajar 12 tahun. Program wajib belajar 12 tahun dinilai terhenti di daerah karena sebatas jargon yang tak diimplementasikan. Publik juga menilai sistem pendidikan masih belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga yang andal dan terampil menghadapi Revolusi 4.0 saat ini.
Persoalan di bidang ketenagakerjaan yang dinilai publik paling mendesak adalah ketersediaan lapangan pekerjaan. Revolusi 4.0 di satu sisi membawa perubahan besar terhadap ketenagakerjaan, yakni berkurangnya tenaga manusia dalam proses produksi karena otomatisasi dan digitalisasi. Akibatnya, pengangguran akan kian bertambah jika angkatan kerja yang ada tidak dilengkapi keterampilan yang memadai guna menghadapi perubahan ini. Terlebih, tenaga kerja Indonesia masih harus bersaing dengan tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia. Pemerintahan terpilih harus mampu mengantisipasi dan membuka peluang pekerjaan baru.
Bidang kesehatan juga masih digerogoti berbagai masalah yang harus diselesaikan pemerintahan terpilih nantinya. Perbaikan pelayanan dan prasarana kesehatan dinilai oleh sebagian besar publik masih menjadi tugas mendesak pemerintahan terpilih. Citra pelayanan dan prasarana kesehatan milik pemerintah masih dianggap kurang dan birokrasinya menyulitkan.
Masalah gizi buruk dan penyakit tak menular masih menghantui Indonesia sepanjang 2018. Dua jenis penyakit ini menjadi beban kesehatan terbesar Indonesia tahun ini. Persoalan gizi buruk dinilai akibat belum meratanya pelayanan kesehatan hingga ke pelosok.
Di bidang sosial, persoalan kemiskinan dan intoleransi antar-umat beragama paling menonjol dan dinilai mendesak untuk diselesaikan. Sikap intoleran antar-umat beragama menjadi pekerjaan rumah yang besar dan mendesak bagi pemerintahan terpilih. Terlebih, sikap ini telah menyusup ke berbagai kelompok masyarakat, termasuk sekolah-sekolah, bahkan birokrasi. Meningkatnya intoleransi membahayakan keutuhan bangsa dan negara.
Bidang budaya menghadapi persoalan serius terkait kian punahnya kearifan lokal yang menjadi bagian dari ciri khas bangsa Indonesia. Kearifan lokal dinilai kian tergilas oleh kemajuan teknologi. Selain itu, kesenian daerah termasuk tarian-tarian tradisional juga dinilai publik belum dikembangkan secara optimal. Padahal, tarian daerah bisa menjadi salah satu daya tarik pariwisata.
Tergantung pilihan
Keyakinan terhadap kemampuan pasangan calon membuat kondisi lebih baik dalam konteks bidang-bidang yang dibahas dalam debat sangat dipengaruhi pilihan politik responden. Mayoritas pemilih Jokowi-Amin menilai pasangan calon yang mereka pilih lebih mampu mengatasi persoalan yang menjadi tema debat ketiga. Kondisi serupa terjadi di mayoritas pemilih Prabowo-Sandi yang lebih yakin pasangan calon yang mereka pilih mampu membuat kondisi menjadi lebih baik.
Performa debat ketiga yang akan menampilkan para cawapres dinilai penting karena masih bisa memengaruhi pilihan responden, baik yang telah memutuskan memilih Jokowi maupun Prabowo. Hal serupa terjadi pada kelompok yang belum menentukan pilihan. Kelompok ini harus diperebutkan masing-masing pasangan calon lewat penampilan prima di debat ketiga.