JAKARTA, KOMPAS — Gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 5,4 yang mengguncang Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Minggu (17/3/2019) siang, menyebabkan dua orang meninggal dunia, 44 orang luka-luka, dan 32 unit rumah roboh. Gempa itu juga mengakibatkan 499 rumah dengan tingkat kerusakan ringan hingga sedang.
Kepala Pusat Data dan Informasi Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, pada Minggu (17/3), di Jakarta, mengatakan, hasil pendataan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur, dua orang yang meninggal itu, salah satunya teridentifikasi bernama Tommy (14), wisatawan Malaysia. Mereka tertimbun longsor saat berwisata di Kawasan Air Terjun Tiu Kelep yang berada di bawah kaki Gunung Rinjani, Lombok Utara.
”Korban luka-luka sebanyak 44 orang, 36 di antaranya merupakan warga Indonesia dan 8 orang warga negara Malaysia,” kata Sutopo.
Sutopo menyebutkan, untuk mencegah korban lebih banyak, tim SAR Gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan BMKG mengevakuasi 36 wisatawan lain dari Kawasan Air Terjun Tiu Kelep. Wisatawan di Pos 2 dan Pos 3 Gunung Rinjani yang berjumlah 50 orang juga dievakuasi dalam kondisi selamat.
Tim SAR Gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan BMKG mengevakuasi 36 wisatawan dari Kawasan Air Terjun Tiu Kelep.
Saat ini, kata Sutopo, tim SAR Gabungan terus melakukan kaji cepat dan pendataan dampak gempa. BPBD NTB telah mengirimkan bantuan berupa makanan siap saji, terpal, lauk pauk, mi instan, dan telor.
Aktivitas sesar lokal
Sutopo menambahkan, menurut data BMKG, gempa bumi itu termasuk klasifikasi gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal di sekitar Gunung Rinjani. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa dipicu penyesaran turun atau normal fault.
Gempa berpusat di darat pada 20 kilometer arah utara Kota Selong, Kabupaten Lombok Timur, dengan kedalaman 19 kilometer, pada hari Minggu (13/3), pukul 14.07 WIB. Dua menit kemudian terjadi gempa susulan bermagnitudo 5,1 dengan kedalaman 10 kilomter.
”Gempa dirasakan kuat selama 2-5 detik di Lombok Timur. Masyarakat panik dan berhamburan ke luar rumah,” kata Sutopo. (STEFANUS ATO)