JAKARTA, KOMPAS - Pasangan calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mempersoalkan besarnya pengangguran dari sekolah kejuruan. Kondisi ini dinilai karena tidak ada sinergi antara dunia pendidikan dan dunia usaha.
Sandiaga mengatakan, setelah lulus, calon pencari kerja sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilannya. Hal ini banyak terjadi pada lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Menurut dia, 69 persen pengangguran Indonesia berada pada usia muda di kisaran 15-24 tahun.
“Program kami akan memastikan agar SMK terhubung dengan penyedia lapangan kerja di dunia usaha dan pemerintah. Kami pastikan pelajar SMK dapat lapangan kerja begitu lulus dan program Rumah Siap Kerja akan menjadi solusi permanen,” kata Sandiaga.
Hal ini dikatakan dalam sesi kelima Debat ketiga Pilpres 2019 bertema Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan serta Sosial dan Kebudayaan di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019).
Rumah Siap Kerja adalah program yang baru diluncurkan pasangan calon nomor 02, Jumat (15/3/2019). Program ini menghubungkan pencari kerja dan penyedia lapangan kerja dan memberi keterampilan pada pencari kerja. Selain itu, pencari kerja akan diberikan akses untuk mencari beasiswa.
Selain itu, lanjutnya, pasangan Prabowo-Sandiaga akan mendorong agar generasi milenial dapat berwirausaha di bidang ekonomi kreatif dan teknologi digital. Sandi menyebutkan, 69 persen anak milenial ingin sistem yang fleksibel agar dapat berwirausaha. Sandiaga juga berjanji akan mengurangi dua juta pengangguran.
Pasangan Prabowo-Sandiaga akan mendorong agar generasi milenial dapat berwirausaha di bidang ekonomi kreatif dan teknologi digital.
Menanggapi pertanyaan Sandiaga, Ma’aruf berpendapat, pengurangan penggangguran dapat tercapai dengan solusi secara struktural dan nonstruktural.
Menurut Ma’aruf, solusi struktural adalah dengan melakukan reformasi pendidikan dari tingkat dasar hingga universitas. Untuk tingkat SMK, ia bersama calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo akan merevitalisasi SMK, politeknik, dan akademi.
“Kami akan menyesuaikannya dengan tuntutan pasar, dengan melibatkan dunia usaha dan dunia industri. Mereka akan kami berikan insentif kalau ikut mengambil peran,” kata Ma’aruf.
Pasangan Jokowi-Ma\'ruf akan merevitalisasi SMK, politeknik, dan akademi agar sesuai dengan tuntutan pasar tenaga kerja
Sedangkan untuk tingkat universitas, lanjutnya, ia dan Jokowi akan membentuk program cyber university. Cyber university adalah campuran antara lembaga pendidikan yang dapat melahirkan lulusan sarjana yang berkualitas. Lulusan ini akan mampu merespon kebutuhan industri.
Ia melanjutkan, pemerintahan saat ini telah menjalankan program revitalisasi SMK dan universitas. Namun, Ma’aruf dan Jokowi akan memperkuat program ini bila terpilih.
Ma’aruf mengatakan, solusi nonstruktural yang dimaksud adalah pembangunan kompetensi tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan perusahaan negara melalui kursus.
Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor 01 juga akan mengeluarkan kartu pra-kerja. Kartu ini akan memberi pelatihan dan insentif kepada para pencari kerja selama enam bulan hingga satu tahun.