MEDAN, KOMPAS -- PT Pelabuhan Indonesia I sebagai pintu gerbang utama Indonesia bagian barat didorong untuk melayani Asia seperti negara Banglades, Srilangka, India, hingga Timur-Tengah. Potensi itu terbuka lebar sehingga perbaikan PT Pelabuhan Indonesia I terus didorong.
“Pelindo I adalah pintu gerbang Asia barat. Oleh karena itu seharusnya Pelindo I menunjukkan diri sebagai operator pelabuhan yang berstandar internasional. Ini yang saya dorong terus,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno saat meresmikan berbagai proyek strategis yang dibangun Pelindo I di Belawan, Medan, Minggu (17/3/2019). Potensi itu ada baik di pantai timur maupun pantai barat Sumatera.
Proyek strategis yang diresmikan berupa program penataan Pelabuhan Belawan tahap II, pembangunan terminal penumpang berstandar bandara di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan di Sumatera Utara dan Sri Bintang Pura di Riau, pemasangan fix crane dan perpanjangan dermaga sepanjang 70 meter di Terminal Petikemas Keperintisan Sei Kolak Kijang, Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Pelindo I adalah pintu gerbang Asia barat. Oleh karena itu seharusnya Pelindo I menunjukkan diri sebagai operator pelabuhan yang berstandar internasional. (Rini Soemarno)
Selain itu modernisasi kapal tunda dan kapal tandu dan peralatan bongkar muat berupa 20 unit terminal traktor di Belawan International Container Terminal (BITC), dan unit Rubber Tyred Gantry Crane di Terminal Peti Kemas Domestik Belawan (TPKDB).
Diresmikan pula Terminal Penumpang Bandar Deli di Belawan yang selama ini sudah beroperasi dan Gedung P-1, Kantor Pusat PT Pelindo I delapan lantai di Belawan.
Rini mengatakan selama ini pihaknya selalu komplain saat datang ke Pelindo I karena banyak genangan air dan jalan berlubang. Saat peresmian proyek strategis yang dilakukan di Gedung Pelindo I yang baru itu, dirinya merasa bangga dengan transformasi yang dilakukan Pelindo I. “Kantor memang seharusnya ada di Pelabuhan, bukan di kota,” kata Rini.
Laba Rp 1 triliun
Rini juga mendorong Pelindo I tahun ini masuk dalam 30 BUMN yang mendapatkan laba Rp 1 triliun. Tahun 2018, laba Pelindo I menyentuh Rp 911 miliar. “Tahun lalu ada 25 BUMN yang labanya diatas Rp 1 triliun, pada 2019, Pelindo I diharapkan sudah diatas Rp 1 T dan masuk dalam 30 BUMN yang berlaba diatas Rp 1 triliun,” kata Rini. Pihaknya juga mendorong kerjasama Pelindo I dengan Pertamina untuk mengelola pelabuhan Pertamina sehingga insetifnya lebih baik bagi kedua perusahaan, sebagai wujud sinergi BUMN.
Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana mengatakan penataan Pelabuhan Belawan Tahap II diantaranya adalah Pembangunan Terminal Curah Kering berupa fasilitas gudang dan conveyor untuk bongkar muat cargo curah kering dengan produktivitas 700-1.000 ton per jam, pembangunan 3 unit tangki timbun CPO antarpulau dengan total kapasitas 9.000 ton beserta fasilitas pendukung, terminal shorebase, gedung kantor terpadu, gerbang pelabuhan, pengerasan jalan pelabuhan dan gerbang terpadu Terminal Peti Kemas Belawan.
“Penyelesaian protek strategis ini bertujuan meningkatkan kapasitas dan kecepatan pelayanan untuk kinerja yang lebih baik. Selain itu penyelesaian protek ini juga diharapkan mampu semakin menurunkan biaya logistik nasional, mendorong dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, khususnya daerah Sumatera Utara dan sekitarnya,” kata Bambang.
Bambang mengatakan aset Pelindo I tahun 2018 mencapai Rp 14 triliun dengan pendapatan Rp 3,1 triliun dan laba Rp 911 miliar. “Tahun depan masuk BUMN dengan laba bersih Rp 1 triliun,” kata Bambang.
Sekretaris Umum Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Sumatera Utara Wiluyo Hartono mengatakan tiga tahun terakhir pembangunan di Pelindo I berjalan pesat. Infrastruktur pelabuhan baik pelayanan, peralatan, kualitas sumber daya manusia termasuk penggunaan teknologi informasi maju pesat. Kapal yang datang langsung masuk tidak ada lagi waktu menunggu. "Peningkatan sesuai dengan harapan kami," kata Wiluyo.
Namun demikian, kapal kontainer generasi ke-3 belum bisa sandar di Belawan karena kedalaman air hanya 10 meter. "Bisa sandar di Kuala Tanjung, namun jarak dengan gudang masih jauh meskipun kini sudah dibangun tol," kata Wiluyo. Pengusaha saat ini masih berhitung dengan jarak dan biaya.