Di balik serangan teroris di Masjid Al-Noor dan Masjid Linwood, Christchurch, terungkap aksi heroik yang dilakukan korban dan warga.
Farid Ahmad (59), korban dari serangan teroris di Masjid Al-Noor, Christchurch, Selandia Baru, Minggu (17/3/2019), diminta mengenali jenazah istrinya, Husna Ahmad (44), yang tewas setelah menyelamatkan sejumlah perempuan dan anak-anak dari dalam masjid.
Setelah mengeluarkan para perempuan, Husna kembali ke masjid untuk mencari suaminya yang menggunakan kursi roda. Di pintu gerbang, Husna memergoki Brendan Tarrant (29), teroris yang saat itu sedang menembaki orang-orang di luar masjid. Husna tewas akibat sejumlah tembakan.
”Dia kembali lagi ke masjid untuk mencari saya karena saya memakai kursi roda. Dia sibuk menyelamatkan nyawa orang lain, tetapi melupakan keselamatan dirinya,” kata Farid dengan suara pelan dan mata penuh kesedihan.
Namun, Farid menyatakan dirinya telah memaafkan sang teroris. ”Memaafkan adalah jalan terbaik. Saya akan katakan kepada dirinya bahwa saya menyayanginya sebagai manusia. Saya tidak bisa menerima apa yang telah dia lakukan.
Namun, yang terbaik adalah memaafkan, kebaikan, menyayangi, dan bersikap positif,” kata Farid asal Bangladesh yang bersama istrinya beremigrasi ke Selandia Baru pada 1990.
Menurut Farid, dia lolos dari tembakan karena sang teroris fokus menembaki setiap orang sampai beberapa kali. Ketika keluar dari masjid, Farid kehilangan istrinya. Ia baru menyadari istrinya telah tewas setelah seseorang menunjukkan foto jenazah Husna yang tergeletak di luar masjid.
Ketika ditanya apa yang akan ia katakan seandainya bisa bertemu dengan Tarrant, Farid mengatakan, ia ingin Tarrant melihat ke dalam dirinya dan menemukan kebaikan. ”Saya berharap dan akan mendoakannya semoga ia menjadi seseorang yang baik kelak,” ujarnya.
Mesin kartu kredit
Aksi heroik juga dilakukan Abdul Aziz (48), imigran asal Afghanistan yang saat itu akan shalat Jumat bersama empat anaknya di Masjid Linwood.
Aziz memergoki Tarrant di luar masjid. Sewaktu menyadari Tarrant telah menyerang masjid, Aziz mengambil mesin kartu kredit dan melemparkannya kepada Tarrant.
Tarrant lari ke mobilnya dan mengambil senjata baru serta menembaki Aziz yang berlindung di antara mobil-mobil. Ia kemudian mengambil senjata yang dibuang Tarrant dan menembak ke arah sang teroris, tetapi senjata sudah kosong.
”Saya terus meneriakinya agar pria itu fokus pada diri saya. Ketika ia melihat saya memegang senjata, ia menjatuhkan senjatanya dan lari ke mobilnya. Saya kejar dia. Saya lemparkan senjata ke jendela mobilnya. Dia menyumpah, tetapi kemudian pergi.” Aziz kemudian kembali ke dalam masjid dan mengatakan kepada jemaah yang ketakutan bahwa situasi sudah aman.
Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya mengatakan, solidaritas warga sangat tinggi. Seusai penembakan, warga berinisiatif menggelar doa bersama. ”Malam tadi ada 12.000 tirakatan di Wellington,” kata Tantowi. Tidak hanya itu, warga pun berinisiatif menjaga ibadah komunitas Muslim.
Pengembalian jenazah
Sebanyak 50 jenazah korban penembakan mulai Minggu kemarin satu demi satu dikembalikan kepada pihak keluarga. Otoritas mengatakan, kemungkinan pengembalian jenazah akan selesai pada Rabu. Proses otopsi dan pengurusan jenazah cukup panjang.
”Setiap jenazah harus dilakukan CT-scan, harus diambil sidik jari, semua yang dikenakan, termasuk pakaian dan perhiasan, harus dicopot, juga foto gigi post-mortem,” kata ketua tim koroner Deborah Marshall. (AP/AFP/REUTERS/MYR/JOS)