Banjir Bandang Telah Terprediksi
Kerusakan lanskap hulu Pegunungan Cycloop telah lama terjadi dan minim kendali. Hingga Minggu (17/3/2019) malam, ratusan rumah rusak berat, lebih dari 70 orang tewas, dan puluhan orang lainnya belum ditemukan.
JAKARTA, KOMPAS Banjir bandang yang menerjang sejumlah wilayah di Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (17/3/2019) dini hari WIT, telah memiliki jejak sebelumnya, dan bukan kali ini saja terjadi. Tahun 2013, longsor di jalur Pegunungan Cycloop menewaskan seorang warga, sedangkan permukaan air Danau Sentani saat itu merendam sejumlah perkampungan hingga setinggi 50 sentimeter.
Selain itu, ruas jalan penghubung Sentani-Jayapura, terutama di ruas Hawai, juga tergenang air. Air mengalir deras dari arah Pegunungan Cycloop, yang sebagian di antaranya bersisian dengan jalan penghubung dari arah Bandara Sentani menuju Kota Jayapura.
Lima tahun setelah peristiwa itu, penggundulan hutan dan alih fungsi lahan Cagar Alam Cycloop yang berdampak nyata itu terus terjadi. Padahal, sudah ada patroli pengawasan menyusul terbitnya peraturan daerah yang melindungi kawasan itu.
Hingga, pada Minggu dini hari lalu, banjir bandang terjadi dan menyapu kawasan permukiman, termasuk Lapangan Terbang Adventist Doyo Sentani, yang menyeret pesawat Twin Otter dan helikopter BNPB. Lokasinya sekitar 6 kilometer dari Bandara Sentani.
Sesuai data Posko Induk Penanggulangan Bencana Gunung Merah Kantor Bupati Jayapura hingga pukul 20.00 WIT, jumlah korban meninggal tercatat 73 orang dan 34 orang belum ditemukan di Kampung Mimik Sentani. Sebanyak 350 rumah rusak berat, 211 rumah terendam, 3 jembatan rusak berat, dan 8 drainase rusak.
Hingga semalam, korban masih terus dicari dan dievakuasi. Pengungsi juga terus didata. ”Pemerintah Kabupaten Jayapura menyiapkan dua dapur umum untuk menyalurkan makanan bagi para pengungsi. Kami juga akan memberikan bantuan obat-obatan dan selimut,” kata Bupati Jayapura Mathius Awoitauw saat dihubungi dari Kupang, semalam.
Sebelumnya, Kepala Polres Jayapura, selaku ketua tim penanggulangan bencana, Ajun Komisaris Besar Victor Mackbon mengatakan, korban selamat mengungsi ke tujuh titik dan rumah kerabat. Mereka memilih tempat aman, jauh dari sungai alur aliran banjir.
Material dari Cagar Alam Cycloop berupa lumpur dan kayu mengalir melalui empat sungai dan anak sungai, yakni Klandily, Kemiri, Ular, dan Toladan. Debit material yang tidak tertampung badan sungai itu meluap ke area permukiman.
Banjir bandang setinggi 1,5 meter juga menerjang puluhan kendaraan. Sejumlah ruas jalan tertimbun lumpur yang dibersihkan Minggu petang. Arus kendaraan juga sudah lancar.
”Material banjir masih mengalir dari atas (CA Cycloop). Ini berbahaya jika terjadi hujan deras lagi. Kami meminta warga tidak tinggal di lokasi rawan,” kata Victor. Cagar alam di Gunung Cycloop itu kian kritis. Gunung itu hulu sejumlah sungai.
Rencana penghijauan
Kerusakan Gunung Cycloop sudah disadari. Yanto Eluay, pemimpin masyarakat Kampung Sereh, Distrik Sentani, yang juga pemilik hak ulayat di Gunung Cycloop, menuturkan, akan ditanam 5.000 pohon di Cycloop pada 5 April mendatang. Penanaman dilakukan bersama Dewan Ketahanan Nasional dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Saat ini di kaki Gunung Cycloop sudah didirikan pos pengendalian kerusakan Gunung Cycloop. Di tempat itu ditampung ribuan pohon dari Jawa dan Sulawesi. ”Kami sudah tanam beberapa dan akan ada penanaman besar-besaran. Kami harus memulai,” katanya.
Sebelumnya, melalui telepon, Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, dirinya sudah melihat risiko bahaya di Cycloop sejak tahun lalu. Untuk itu, seusai kunjungan dua kali (September dan November 2018), ia mengirim ribuan bibit tanaman keras.
Menurut rencana, Minggu kemarin ini akan ada penanaman pohon di hulu. Namun, banjir bandang lebih dulu terjadi.
Daerah hulu sungai di Cycloop memang sudah menjadi daerah permukiman dan pertanian para pendatang dari daerah lain di Papua. Daya dukung lingkungan pun berkurang.
Kondisi itu membuat kawasan hilir kian rentan bahaya, apalagi jika hujan lebat terus turun sepanjang hari di wilayah hulu, seperti biasa terjadi.
Prakiraan cuaca
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili menambahkan, pertumbuhan awan hujan di wilayah Jayapura masih tinggi. Hujan intensitas ringan hingga lebat masih berpeluang terjadi empat hari ke depan.
Sebelumnya, curah hujan ekstrem (235,1 milimeter per hari) turun sebelum banjir bandang. Namun, ada indikasi lain yang memperparah dampak.
”Ada indikasi terjadi sejumlah longsoran yang membendung aliran sungai di hulu. Itu yang menyebabkan banjir bandang dengan material kayu gelondongan,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Analisis serupa disampaikan Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DAS KLHK). ”Area bencana itu Sub-Daerah Aliran Sungai Sentani yang masuk lanskap DAS Sentani Tami,” kata Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS KLHK Saparis Soedarjanto.
Banjir tersebut melanda Jayapura bagian utara, Jayapura bagian selatan, Abepura, Heram, dan Sentani, dengan luas daerah tangkapan air banjir 15.199,83 hektar. (FRN/FLO/E13/ICH)