JAKARTA, KOMPAS — Industri yang memiliki kelebihan kapasitas dan berbahan baku dominan lokal bisa dipacu untuk meningkatkan ekspor. Langkah ini mempertimbangkan ekspor sebagai solusi bagi industri untuk mengoptimalkan kapasitas terpasang.
Industri di Indonesia yang memiliki kapasitas berlebih antara lain industri keramik dan industri otomotif. Industri berbahan baku dominan lokal yang juga berpotensi didongkrak ekspornya adalah industri mebel dan kerajinan.
”Kapasitas terpasang industri keramik saat ini 580 juta meter persegi,” kata Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto di sela-sela pameran Keramika 2019. Pameran di Jakarta Convention Center itu berlangsung mulai Kamis (14/3/2019) hingga Minggu (17/3/2019).
Edy menambahkan, kapasitas terpasang sebesar itu membuat industri keramik Indonesia berada di posisi ke-4 dunia setelah China, India, dan Brasil. Namun, produksi industri keramik nasional masih di bawah kapasitas terpasang tersebut.
Terkait arahan Presiden Joko Widodo agar pelaku industri dapat menggenjot ekspor dan mengurangi impor, ia mengatakan, Asaki meminta dukungan penyediaan harga gas yang berdaya saing.
”Dengan demikian, industri keramik dalam negeri dapat memanfaatkan pasar ekspor, khususnya di kawasan Asia Tenggara,” ucapnya.
Asaki menilai, penandatanganan perjanjian kemitraan ekonomi menyeluruh Indonesia-Australia juga akan memberi pasar baru bagi industri keramik Indonesia. Pemanfaatan potensi itu diharapkan meningkatkan produksi industri keramik Indonesia menjadi 420 juta-440 juta meter persegi dari sebelumnya yang hanya 370 juta-380 juta meter persegi.
Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), industri keramik Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki keunggulan kompetitif berupa pasokan bahan baku dari dalam negeri. Bahan baku itu antara lain tanah liat, sejumlah mineral, pasir silika, dolomit, dan batu kapur.
Solusi
Menperin Airlangga Hartarto mendorong industri, terutama yang memiliki kelebihan kapasitas, untuk meningkatkan ekspor. Menurut dia, ekspor merupakan solusi jangka pendek pada saat kapasitas industri besar, namun utilisasi domestik masih rendah.
Sektor yang juga mempunyai bahan baku lokal berupa rotan, kayu, dan bambu adalah industri mebel dan kerajinan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Kemenperin, Indonesia adalah penghasil 80 persen bahan baku rotan dunia, yang antara lain tersebar di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.
Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Soenoto menyampaikan, ekspor mebel Indonesia ditargetkan 5 miliar dollar AS per tahun.
Nilai ekspor mebel Indonesia pada 2016 sebesar 1,6 miliar dollar AS. Nilai ekspor meningkat menjadi 1,63 miliar dollar AS pada 2017 dan 1,69 miliar dollar AS pada 2018.
Sebelumnya, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Jongkie D Soegiarto menuturkan, kapasitas industri mobil di Indonesia sekitar 2.250.000 unit, tetapi baru terpakai untuk memproduksi 1,4 juta unit. Sekitar 1,1 juta mobil yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, sedangkan selebihnya diekspor.
Salah satu tantangan meningkatkan ekspor otomotif adalah jenis kendaraan yang diproduksi di Indonesia.