Jawa Barat menyasar pasar untuk komoditas Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM di Timur Tengah dan Afrika. Penjajakan berupa kunjungan itu membuka dialog dan diharapkan bisa meraih kesempatan ekspor komoditas, salah satunya kopi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Jawa Barat menyasar pasar untuk komoditas usaha mikro, kecil, dan menengah di Timur Tengah dan Afrika. Penjajakan berupa kunjungan itu membuka dialog dan diharapkan bisa meraih kesempatan ekspor komoditas, salah satunya kopi.
Untuk meraih kerja sama itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjajaki tiga negara di Timur Tengah, yaitu Maroko, Aljazair, dan Uni Emirat Arab. Saat ditemui di Bandung, Senin (18/3/2019), Kamil menyatakan, Maroko dan Aljazair dianggap sebagai pintu gerbang perdagangan di Afrika. Hal ini dapat memberikan kesempatan ekspor bagi komoditas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan pertanian.
Program sister province (provinsi kembar) di Maroko dilakukan di Agadir, ibu kota Region Souss-Massa di Maroko dan Setif, ibu kota Provinsi Setif di Aljazair. Selain dua kota tersebut, Kamil juga mengunjungi Abu Dhabi dan Dubai di Uni Emirat Arab.
Kamil mengatakan, kunjungan ini diharapkan bisa menambah nilai ekspor ke Timur Tengah dan Afrika. Selama ini, ekspor dari Indonesia, khususnya Jabar, masih didominasi Asia Timur, seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Dari data statistik Perkembangan Ekspor Nonmigas Indonesia dari Kementerian Perdagangan, tujuan ekspor nonmigas di Indonesia dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika tidak mencapai sepuluh besar pada 2018.
Negara-negara Timur Tengah yang menjadi sasaran ekspor terbesar baru Uni Emirat Arab di peringkat ke-19 dengan nilai 1,45 miliar dollar AS. Sementara negara di Afrika yang menjadi tujuan ekspor terbesar adalah Mesir yang menempati peringkat ke-23 dengan nilai 1,03 miliar dollar AS. Untuk Aljazair, nilai ekspor nonmigas menempati peringkat ke-46 dengan nilai 199,5 juta dollar AS.
”Selama ini, Afrika belum mendapatkan atensi dan dianggap terbelakang. Padahal, warga di sana termasuk konsumtif. Jabar juga memiliki kerja sama sister province di Maroko dan Aljazair dari warisan gubernur terdahulu, Ahmad Heryawan. Jadi, kerja sama ini bisa memberikan peluang bagi Jabar,” tuturnya.
Di Uni Emirat Arab, penjajakan dilakukan untuk menarik investor agar bisa membantu UMKM dari Jabar untuk masuk pasar Timur Tengah. Kamil menjelaskan, beberapa grup retail yang eksis di Timur Tengah memberikan respon positif, seperti Lulu Group International dan Landmark Group. Mereka berkomitmen memasarkan UMKM dari Indonesia. Namun, bentuk kerja sama, termasuk nilai ekspor, masih dibicarakan.
”Mereka berkomitmen dengan saya. Namun, konsistensi baik dari kualitas dan produk benar-benar harus diperhatikan,” ujarnya.
Ekonom dari Universitas Padjadjaran, Ina Primiana, berpendapat, kerja sama ini perlu dilakukan sebagai cara mencari peluang pasar yang baru. Ia berujar, produk UMKM yang dihasilkan Jabar mencapai 60 persen produksi nasional. Hal ini masih terbuka untuk terus diperluas.
Ina mengatakan, Pemprov Jabar perlu membaca selera dan kebutuhan sebelum memasarkan produk, baik dari jumlah produksi maupun kualitas yang konsisten.”Tindakan ini wajar dilakukan bagi Jabar sebagai provinsi dengan industri yang besar. Pasar Afrika belum didalami sehingga menjadi kesempatan bagi Jabar. Namun, produk-produk yang akan dihasilkan harus memiliki kualitas yang tinggi sehingga bisa menarik minat pasar. Daya saing perlu dipelajari,” ujarnya.
Kopi Jabar
Salah satu hasil dari kunjungan Kamil, di keempat kota tersebut bakal dibangun kafe yang menjual khusus komoditas kopi Jawa Barat. Kafe tersebut akan dibangun dengan suasana Nusantara. Di Maroko, kafe akan dibangun di tepi pantai, di Alajazair kafe dibangun di tengah-tengah kota, sedangkan di Abu Dhabi dan Dubai kafe akan dibangun di pusat perbelanjaan.
Wildan Mustofa, pengusaha kopi asal Bandung, berpendapat, pembukaan kafe dengan menjual kopi khusus dari Jabar bisa menjadi etalase produk kopi Jabar di negara-negara tersebut. Ia berujar, saat ini, kopi yang dia hasilkan belum menembus pasar Timur Tengah.
”Saat ini, saya masih mengekspor produk-produk kopi specialty ke Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. Saya memandang, pembangunan kafe yang memperkenalkan produk khusus Jabar ini bisa menjadi upaya untuk membuka pemasaran bagi kopi-kopi dari Jabar,” ujarnya.