Debat calon wakil presiden antara Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno menampilkan hal yang berkualitas dari sisi gagasan. Di tengah suasana debat yang relatif ”adem”, masing-masing kandidat memaparkan ide dan masalah yang ada secara gamblang.
Dari sisi penampilan, dalam debat pada Minggu (17/3/2019), kedua calon wakil presiden (cawapres), yaitu Ma’ruf Amin dan Sandiaga Salahuddin Uno, tidak banyak saling serang secara langsung, kecuali pada sesi akhir. Namun, adu gagasan terjadi di antara mereka pada semua debat.
Ma’ruf Amin menyampaikan pernyataan berbasis pencapaian dan kebijakan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, sedangkan Sandiaga Uno menyasar pada elemen-elemen kebijakan yang masih punya celah kelemahan.
Sebanyak 17 pernyataan berbasis data dilontarkan Ma’ruf, sedangkan Sandi menyampaikan 32 pernyataan. Adapun pernyataan yang mengandung kritik atau serangan berimbang sama-sama berjumlah tujuh pernyataan.
Pembangunan manusia
Pendidikan menjadi sorotan utama Ma’ruf. Dia bertekad membangun masyarakat Indonesia yang sehat, produktif, cerdas, dan berakhlak mulia.
Untuk mewujudkan hal itu, Ma’ruf memaparkan sejumlah upaya, antara lain beasiswa sampai kuliah dan meningkatkan pemanfaatan hasil riset di perguruan tinggi. Ia menekankan penguatan Kartu Indonesia Pintar Kuliah, Kartu Sembako Murah, dan Kartu Prakerja.
Sementara itu, Sandi mengatakan, pendidikan wirausaha menjadi kunci untuk membuka lapangan kerja. Ia berkomitmen meningkatkan kesejahteraan guru honorer, memperbaiki kurikulum pendidikan, pendidikan tuntas dan berkualitas, termasuk penghapusan ujian nasional (UN) dan diganti penelusuran minat dan bakat.
Dalam sektor kesehatan, Ma’ruf menyampaikan pentingnya layanan kesehatan prima yang dimulai dari tingkat dasar hingga rumah sakit. Sejumlah program untuk meningkatkan pelayanan kesehatan antara lain melanjutkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Program Keluarga Harapan (PKH), redistribusi tenaga medis, gerakan masyarakat sehat, dan menurunkan jumlah orang yang terdampak penyakit.
Adapun Sandi menunjuk sejumlah celah kebijakan, seperti meningkatkan kemudahan berobat, kemudahan mendapatkan layanan kesehatan secara cepat, menekan biaya kesehatan yang mahal termasuk obat, tenaga medis akan dibayar tepat waktu, dan program 22 menit berolahraga tiap hari. Hal-hal itu dinilai masih lemah pelaksanaannya saat ini.
Bonus demografi
Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020-2024. Artinya, pasangan capres-cawapres yang terpilih pada Pemilu 2019 akan ditantang untuk mampu mengelola bonus demografi menjadi bonus ekonomi.
Ma’ruf melihat bonus demografi sebagai kesempatan untuk mendorong penguasaan teknologi digital bagi anak muda di semua infrastruktur, darat, udara, laut, bahkan ”langit”. Sementara Sandi melihat bonus demografi sebagai kesempatan memperluas wirausaha, seperti program OK-OCE yang pernah dilakukannya semasa menjadi wakil gubernur DKI.
Jumlah lapangan kerja dan masih tingginya pengangguran juga menjadi perhatian kedua cawapres. Masalah pengangguran akan diatasi Ma’ruf melalui Kartu Prakerja, akses keuangan yang mudah seperti kredit usaha rakyat dan infrastruktur digital bagi anak muda.
Sementara Sandi akan mengatasi masalah ketenagakerjaan dengan membuka 2 juta wirausaha, program rumah siap kerja, membuka lapangan usaha untuk anak muda, dan bertekad mengikis pengangguran.
Persoalan sosial dan budaya dikupas oleh kedua cawapres melalui pendekatan yang sedikit berbeda. Ma’ruf menekankan paradigma nawacita melalui pelestarian budaya, meningkatkan kearifan lokal, meningkatkan anggaran kebudayaan, menyiapkan dana abadi kebudayaan, dan mendorong Badan Ekonomi Kreatif untuk memajukan budaya.
Sandi akan menggunakan sejumlah strategi, antara lain melakukan kemitraan dunia usaha, akademisi, universitas yang mengarahkan minat kebudayaan, dan mendorong potensi budaya pada pariwisata yang bermuara menciptakan lapangan kerja.
Terkait dengan masa depan generasi milenial, Ma’ruf Amin menyampaikan sejumlah strategi untuk mengantisipasi kemajuan zaman dan tantangan global seperti Revolusi Industri 4.0. Strategi itu akan dilakukan dengan cara membangun start-up (perusahaan rintisan) dan infrastruktur digital.
Sandi menyiapkan sejumlah hal untuk mengantarkan generasi milenial mengarungi Revolusi Industri 4.0. Program yang akan ditawarkan antara lain melalui usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta mendorong program rumah siap kerja untuk generasi milenial.
Durasi debat
Dari enam segmen yang digelar, hasil analisis isi Litbang Kompas menunjukkan alokasi pemanfaatan waktu oleh kedua capres tampak bervariasi. Pada segmen pertama yang berupa paparan visi dan misi, kedua cawapres menggunakan waktu secara optimal. Ma’ruf menggunakan waktu selama 4 menit 1 detik, sedangkan Sandi menggunakan waktu selama 3 menit 55 detik.
Pada segmen kedua berupa menjawab pertanyaan dari moderator, Amin memanfaatkan waktu 6 menit 8 detik dan Sandi memanfaatkan waktu 7 menit 2 detik. Pada segmen ketiga berupa menjawab pertanyaan dari tim panelis, Ma’ruf memanfaatkan waktu 7 menit 12 detik, sedangkan Sandi memakai waktu selama 7 menit 4 detik.
Pada segmen keempat yang berupa debat terbuka atau eksploratif, Amin menggunakan waktu 7 menit 38 detik, sementara Sandiaga Uno menggunakan waktu selama 8 menit 22 detik. Pada segmen kelima berupa debat inspiratif, ada perbedaan alokasi waktu yang dimanfaatkan Ma’ruf dan Sandi.
Ma’ruf menggunakan waktu 7 menit 3 detik, sedangkan Sandi menggunakan waktu selama 7 menit 21 detik. Pada segmen akhir atau penutup, Amin menggunakan waktu 4 menit 0 detik, sedangkan Sandi sebanyak 4 menit 0 detik.
Debat putaran ketiga ini membahas hal-hal yang langsung menyentuh kebutuhan dasar warga negara. Gagasan yang disampaikan selama debat diharapkan tidak berhenti sebatas wacana atau hanya untuk meningkatkan elektoral semata. Namun, harus mampu menjawab tantangan ke depan, yakni membangun kualitas manusia dan generasi penerus seutuhnya.
(TOPAN YUNIARTO/LITBANG KOMPAS)