Surplus Perdagangan Jadi Sentimen Positif Obligasi Pemerintah
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Surplus neraca perdagangan periode Februari 2019 menjadi sentimen positif pasar surat utang negara. Kondisi neraca perdagangan sejalan dengan ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan pada Februari 2019 kembali surplus sebesar 330 juta dollar AS. Terakhir kali Indonesia mencatatkan surplus pada September 2018.
Nilai ekspor tercatat sebesar 12,5 miliar dollar Amerika Serikat (AS) turun 10,03 persen dari Januari 2019. Adapun impor sebesar 12,2 miliar dollar AS, turun 18,61 persen dari bulan sebelumnya.
Analis Fixed Income Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Dhian Karyantono, menilai surplus itu akan memberi sentimen positif bagi pelaku pasar obligasi untuk kembali masuk ke pasar surat utang pemerintah. Selain itu surplus juga membuka peluang bagi Bank Indonesia (BI) menurunkan level suku bunga acuan tahun ini.
“Rilis data neraca perdagangan itu berdekatan dengan rencana Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Maret 2019 sehingga pelaku pasar obligasi tampaknya bergerak antisipatif,” ujarnya saat dihubungi Senin (18/3/2019).
Surplus neraca perdagangan itu, lanjut Dhian, menjawab rangkaian ekspektasi pelaku pasar terhadap turunnya level suku bunga acuan BI tahun ini. Sepanjang tahun lalu, suku bunga acuan BI naik 175 basis poin dari 4,75 persen menjadi 6 persen.
Namun, Dhian memperkirakan, BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 6 persen pada RDG Kamis pekan ini guna mempertahankan daya tarik instrumen investasi Indonesia.
“Ini perlu untuk menjaga kestabilan rupiah di tengah ketidakpastian Brexit, perlambatan ekonomi China, dan bervariasinya performa data ekonomi AS,” ujarnya.
BI diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan pada level 6 persen pada RDG Kamis pekan ini guna mempertahankan daya tarik instrumen investasi Indonesia.
BI mencatat utang luar negeri pemerintah pada akhir Januari 2019 sebesar 187,2 miliar dollar AS atau meningkat 3,9 persen. Pada Januari 2018 silam, posisi utang pemerintah tercatat sebesar 180,2 miliar dollar AS.
Dalam rilis yang diterima Kompas, Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan pertumbuhan utang luar negeri pemerintah menunjukkan peningkatan kepercayaan investor asing terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
Dibandingkan Desember 2018, posisi utang luar negeri pemerintah tumbuh 2,2 persen dari posisi 183,2 miliar dollar AS. Peningkatan utang luar negeri pemerintah tersebut terutama dipengaruhi arus masuk dana investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik selama Januari 2019.
Adapun surat utang pemerintah sepanjang Januari 2019 terbagi atas SBN internasional yang sebesar 66,45 miliar dollar AS tumbuh 0,18 persen, dan SBN domestik sebesar 64,66 miliar dollar AS tumbuh 4,8 persen.
“Kenaikan posisi utang luar negeri pemerintah memberikan kesempatan lebih besar kepada pemerintah dalam pembiayaan belanja negara dan investasi pemerintah,” ujar Onny.