Teman Sebaya, Tempat Nyaman Bercerita tentang Kesehatan Reproduksi
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Teman sebaya bagi remaja merupakan tempat paling nyaman untuk berdiskusi tentang kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, membekali remaja tentang kesehatan reproduksi dinilai efektif menularkan informasi yang benar kepada sesama remaja.
Hal itu dikatakan Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Nofrijal, saat membuka workshop Digital Leadership dan Penyiapan Perencanaan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja melalui Penguatan Peran PIKR dan BKR, di Bekasi, Senin (18/3/2019) sore.
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menyebutkan, 51 persen remaja laki-laki dan 62 persen remaja perempuan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan temannya. Sementara diskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orangtua sebagai keluarga inti sebesar 53 persen untuk remaja perempuan dan 11 persen untuk remaja lelaki.
Data itu menunjukkan bahwa pemahaman tentang kesehatan reproduksi akan lebih efektif jika disampaikan melalui teman sebaya. Sehingga pola pembinaan melalui ceramah dan nasehat dari orang tua perlu diperluas ke sesama remaja melalui pola interaktif.
"Remaja bukan saatnya lagi diceramahi dengan pidato-pidato. Mereka lebih baik curhat dengan temannya sendiri. Jadi, temannya itu harus kita siapkan," kata Nofrijal.
Pemahaman tentang kesehatan reproduksi akan lebih efektif jika disampaikan melalui teman sebaya. Sehingga pola pembinaan melalui ceramah dan nasehat dari orang tua perlu diperluas ke sesama remaja melalui pola interaktif
BKKBN melalui program Pusat Informasi Konseling Remaja (PIKR) memberi pemahaman tentang kesehatan reproduksi kepada para remaja. Alur sosialisasi dilakukan melalui dua cara, yaitu jalur pendidikan dan jalur masyarakat.
"Misalnya kegiatan Pramuka, di setiap ranting-ranting di kecamatan boleh membentuk PIKR. Bisa juga melalui kelompok organisasi pemuda, remaja masjid, dan karang taruna," katanya.
Tujuan akhir dari PIKR, kata Nofrijal, selain meminimalisir pengaruh negatif dari kelompok teman sebaya, juga mencetak pendidik sebaya dan konselor sebaya. Materi pendidikan kesehatan reproduksi yang dapat diceritakan di antara sesama remaja, antara lain, risiko kehamilan usia dini, kehamilan di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, dan bahaya infeksi penyakit menular seksual.
Pernikahan dini menurun
Nofrijal menambahkan, selain mengembangkan peran teman sebaya, lingkungan keluarga terus didesain untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang remaja.
Tujuannya menyiapkan remaja sebagai calon orangtua yang mampu mengembangkan keluarga berkualitas dan menjadi calon usia produktif yang disiapkan menjadi aktor pembangunan.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN M Yani, menambahkan, tantangan pembina remaja di dalam keluarga di masa kini ada pada keterbatasan waktu berkumpul bersama keluarga.
Padahal, ketahanan remaja yang dikemas dalam program Bina Ketahan Remaja (BKR) sejak tahun 2010, perlahan-lahan mampu meminimalisir kehamilan pada usia dini. Pernikahan remaja pada tahun 2012 berada pada kisaran usia 19 tahun, naik menjadi usia 21,5 tahun pada tahun 2017.
Angka kehamilan juga menunjukkan penurunan, yaitu pada tahun 2012, perempuan yang hamil di usia remaja sekitar 48 per 1.000 kehamilan. Pada 2017 turun menjadi 36 per 1.000. (STEFANUS ATO)