Warga Terdampak Banjir Bandang Jayapura Masih Trauma
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Banjir bandang yang menerjang sejumlah wilayah di Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua menyisakan trauma bagi warga terdampak. Sebagian dari mereka ingin mengungsi ke posko yang ada di dataran tinggi karena mereka takut kemungkinan terjadinya banjir susulan.
Ratusan warga yang rumahnya luluh lantak diterjang banjir ingin mengungsi di Posko Induk Penanggulangan Bencana Gunung Merah Kantor Bupati Jayapura. Padahal, posko tersebut sudah tidak cukup menampung pengungsi. Mereka akhirnya dipindahkan ke pos pengungsian Puspenka Hawai, Jayapura.
Hingga Senin, (18/03/2019) pukul 18.00 WIT, jumlah pengungsi mencapai 5931 orang. Posko Induk Gunung Merah merupakan salah satu lokasi yang paling banyak menampung warga, yaitu sejumlah 1391 orang.
"Kami masih trauma, kami tidak ingin hanyut terbawa banjir susulan. Oleh karena itu kami ingin menumpang tidur di Posko Induk yang lokasinya cukup tinggi," ujar Kayus Wesabla, warga dari Distrik Sentani, Jayapura di Posko Induk, Jayapura.
Awalnya, Kayus mengungsi di posko BTN Permata Hijau yang berada di dataran rendah. Kemudian, ia bersama warga lainnya berjalan kaki menuju Posko Induk untuk mencari tempat pengungsian lain. Namun, sesampainya di sana, ia disarankan untuk pindah ke pos pengungsian Puspenka Hawai, Jayapura.
Isai, salah satu warga Distrik Sentani juga mengaku masih trauma karena ada kerabatnya yang hanyut diterjang banjir. Ia ingin agar bisa menumpang di Posko Induk.
"Awalnya saya juga mengungsi di posko BTN Permata Hijau. Untuk bantuan makanan memang tidak terkendala di BTN Permata Hijau, tetapi saya takut akan adanya banjir susulan," katanya.
Kepala BPBD Provinsi Papua Welliam R. Manderi menjelaskan, ada 12 titik pengungsian resmi yang telah ditetapkan oleh tim gabungan. Ia menjamin, bahwa titik pengungsian tersebut aman dari banjir susulan.
"Kami telah memetakan posko-posko tersebut sesuai dengan perhitungan. Jika ada posko yang sudah tidak bisa menampung, maka akan kami pindahkan ke posko lain," ujarnya saat dihubungi dari Jayapura.
Beberapa lokasi yang dijadikan tempat pengungsian seperti di sekolah, tempat ibadah, panti jompo, asrama, Resimen Induk Kodam, hingga perumahan warga. Untuk pos pengungsian dengan jumlah paling banyak yaitu di BTN Gajah Mada sebanyak 1450 orang, Posko Induk sebanyak 1391 orang, dan SIL Internasional Sentani sebanyak 1.000 orang.
Ketua RT 01 BTN Gajah Mada, Jayapura, Pieter, mengatakan saat ini warga di pengungsian membutuhkan listrik dan air bersih karena sudah dua hari terjadi pemadam listrik. Daerah BTN Gajah Mada menjadi salah satu daerah terdampak banjir bandang karena luapan Muara Kali Yahim.
"Untuk distribusi makanan dan pakaian sudah kami terima dengan baik dari pemerintah dan lembaga masyarakat. Kami hanya berharap agar listrik bisa lekas menyala," ujarnya.
Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi mengatakan, distribusi makanan dan logistik ke 12 posko pengungsian berjalan lancar. Selain itu, TNI juga telah menyiapkan dua lokasi dapur umum yaitu di Gereja Marthin Luther Sentani dan Markas Komando Yonif 751 Jayapura.
"Untuk stok makanan masih aman hingga 2-3 hari ke depan. Hal yang perlu direncanakan ke depannya yaitu bagaiman agar warga ini bisa kembali memiliki tempat tinggal karena mereka tidak bisa selamanya mengungsi," ujarnya.
Belum Terjangkau
Kepala Polres Jayapura, selaku ketua tim penanggulangan bencana, Ajun Komisaris Besar Victor Mackbon menjelaskan ada distrik terdampak banjir yang belum mendapat bantuan yaitu Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura.
"Untuk ke sana harus melalui jalur laut yang membutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit dari Distrik Depapre, Jayapura. Hal ini disebabkan jembatan yang menghubungkan ke daerah sana rusak berat. Nanti akan kami coba kirimkan bantuan dengan menggunakan helikopter," ucapnya.
Hingga pukul 18.00 WIT, jumlah korban meninggal sebanyak 82 orang dan 43 orang belum ditemukan. Kemudian, berdasarkan data dari Posko Induk, sebanyak 75 orang luka ringan dan 84 orang luka berat.
Hingga sore tadi, beberapa ruas jalan utama masih macet karena adanya endapan lumpur. Sejumlah alat berat dikerahkan untuk evakuasi dan mengangkut endapan lumpur seperti di Kampung Doyo, Jalan Kemiri, dan Jalan Raya Abepura-Sentani.
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, total kerugian masih perlu didata oleh BNPB bersama dengan Pemprov Papua. BNPB juga telah menyerahkan sebesar Rp 1 miliar untuk Kabupaten Jayapura dan Rp 250 juta masing-masing untuk Kota Jayapura dan Provinsi Papua.