Warga berduyun-duyun datang ke tempat pemungutan suara yang tersebar di seluruh Thailand, Minggu (17/3/2019).
BANGKOK, MINGGU Banyak warga Thailand harus rela antre, bahkan berjam-jam, untuk mengikuti pemilu awal menjelang pemilihan parlemen yang dijadwalkan pada 24 Maret 2019. Setidaknya lebih dari 2,3 juta warga Thailand memberikan suara dalam pemilihan awal itu.
Sejak kudeta yang berhasil menggulingkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, empat tahun lalu, junta militer telah berulang kali menunda pemilu, sesuatu hal yang membuat banyak orang kecewa.
”Saya akhirnya memiliki kesempatan untuk memberikan suara saya karena saya sudah menunggu hal ini sedemikian lamanya,” kata Paka Kaengkhiew (48), warga yang turut mengantre di depan kantor distrik Phra Khanong di Bangkok.
Merujuk pada aturan pemilu di Thailand, warga yang mendaftar untuk memilih pada Minggu (17/3), tetapi tidak melakukannya, ia akan kehilangan kesempatan berpartisipasi dalam pemilu. Sebagai catatan, ada 52 juta warga Thailand—berusia 18 tahun ke atas—berhak memilih.
Dalam pemilu kali ini, petahana, yaitu PM Prayuth Chan-ocha—pemimpin kudeta 2014—akan berhadapan dengan partai-partai populis yang setia kepada mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra serta partai-partai yang menentang dominasi militer dalam pemerintahan.
Sejumlah partai baru dan kecil berpotensi meraih cukup banyak dukungan, tetapi partai pendukung Prayuth memiliki keunggulan karena junta sebelumnya telah menunjuk Senat yang memiliki 250 kursi. Kondisi itu memberikannya keunggulan untuk mengamankan suara mayoritas.
Gabungan partai di parlemen diperlukan untuk memilih seorang perdana menteri. Pemilihan yang digelar pada 24 Maret nanti adalah untuk memperebutkan 500 kursi di DPR.
Antusias
Gairah para pemilih juga terlihat di Distrik Dusit yang merupakan pusat kantor-kantor militer dan gedung-gedung pemerintah. Para pemilih terlihat menumpuk di halaman sebuah sekolah, bahkan sebelum sebuah tempat pemungutan suara (TPS) dibuka.
Orang-orang mengenakan pakaian kerja mereka, seperti seragam rumah sakit atau berpakaian kasual. Mereka dengan sabar menunggu untuk memberikan suara mereka. Tepat pukul 09.00, Prem Tinsulanonda, Kepala Dewan Penasihat Raja Thailand Maha Vajiralongkorn, tiba. Pria berusia 98 tahun itu ikut memberikan suaranya.
Sudarat Keyuraphan, seorang kandidat PM dari Pheu Thai—partai dengan perolehan suara tertinggi dalam pemilu sebelumnya—mengaku melihat tingginya harapan pada pemilu kali ini. ”(Junta) mengatakan negara itu berada di bawah kedamaian dan ketertiban, tetapi orang-orang tidak memiliki harapan,” katanya kepada wartawan di markas besar Pheu Thai. ”Kami yakin kami akan menjadi partai yang paling banyak dipilih.”(AFP/REUTERS/BEN)