20 Perusahaan di Jakarta Belajar ”Zero Waste Management” ke Kompas Gramedia
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyelesaian masalah sampah di Jakarta butuh kontribusi dan sinergi banyak pihak. Untuk itu, perusahaan di Jakarta didorong untuk mengelola sampah yang dihasilkan karyawan dan kegiatan industri. Sebanyak 20 perusahaan di Jakarta Pusat belajar pengelolaan sampah secara mandiri di Kompas Gramedia.
Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Djoko Rianto Budi, Selasa (19/3/2019), mengatakan, perusahaan perlu mengelola sampahnya dan berusaha agar tidak mencemari lingkungan. Konsep zero waste masih jauh untuk diwujudkan, tetapi setidaknya sampah perlu dikelola oleh individu atau organisasi yang menghasilkan sampah.
”Sampah itu tanggung jawab penghasil sampah, bukan hanya pemerintah. Itu tanggung jawab bersama. Makanya, kita dorong perusahaan untuk mandiri mengelola sampah,” ujar Djoko dalam Sosialisasi Pengelolaan Sampah Dunia Usaha di Kantor Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta.
Sebanyak 20 perusahaan lain di sekitar Jakarta Pusat berbagi pengetahuan tentang pengelolaan sampah di perusahaan masing-masing. Selain itu, perwakilan perusahaan juga diajak melihat pengelolaan sampah internal Kompas Gramedia.
Menurut Djoko, selain harus memiliki IPAL instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) dan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), keberadaan perusahaan di sekitar masyarakat perlu memberi manfaat, baik dalam pengelolaan sampah maupun terhadap pencemaran lingkungan.
Sampah plastik yang sulit terurai di tanah perlu dikelola oleh perusahaan dengan baik. Hal itu bisa diwujudkan melalui program pemberdayaan masyarakat sekitar. Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional 2017-2018, perkantoran berkontribusi terhadap 10,76 persen sampah plastik.
Menurut Djoko, Kompas Gramedia sudah mengambil langkah baik karena memiliki pengelolaan berbagai limbah, seperti tempat pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, sampah organik, dan organik. Selain itu, perusahaan juga melibatkan masyarakat dengan membuat bank sampah dan pelatihan pembuatan kerajinan.
”Pelibatan masyarakat itu bagus. Jadi masyarakat juga ikut mengelola sampah yang dihasilkan di sekitar mereka dan memiliki nilai ekonomi,” ujar Djoko.
Inovasi
Pengelolaan sampah secara mandiri dapat mendatangkan manfaat bagi lingkungan perusahaan dan di luar perusahaan. Perusahaan perlu berinovasi agar setiap sampah yang dihasilkan bisa berbuah manfaat dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
General Manager Corporate Communication Kompas Gramedia Saiful Bahri mengatakan, sampah daun kering yang dikelola Kompas Gramedia bisa memenuhi kebutuhan pupuk tanaman di sekitar kantor. Selain itu, sampah kertas koran yang dibuat menjadi kerajinan bisa memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
”Koran tidak terpakai dibuat berbagai kerajinan dengan melibatkan ibu-ibu di sekitar perusahaan. Hasil kerajinan itu sudah diekspor juga,” ujar Saiful.
Asosiasi Perusahaan Air dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), saat berkunjung ke Redaksi Harian Kompas, Senin (18/3/2019), sepakat bahwa produsen perlu bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan.
”Kami harus berinovasi agar penggunaan plastik semakin dikurangi. Kami mengurangi berat penggunaan resin plastik dalam kemasan. Saat ini di angka 12 gram per botol, sebelumnya sekitar 20 gram,” kata Ketua Umum Aspadin Rachmat Hidayat.
Ia menyebutkan, produk kemasan dari perusahaan anggota Aspadin sebagian besar berupa galon. Galon bisa digunakan sebagai wadah air 3-5 tahun. Saat sudah rusak dan tidak laik pakai, galon itu akan diolah lagi menjadi galon.
Rachmat mengatakan, masalah sampah plastik bukan hanya persoalan pemerintah dan produsen. Menurut dia, perlu manajemen sampah total untuk menjawab permasalahan sampah plastik di Indonesia.
”Mulai dari infrastruktur, edukasi, regulasi, hingga law enforcement. Kalau hanya di produsen, misalnya, masalah tidak akan selesai,” kata Rachmat. (SUCIPTO)