TOKYO, SELASA — Bursa saham di Asia melemah dan menjauh dari level tertinggi dalam kurun waktu enam bulan pada awal perdagangan hari Selasa (19/3/2019) menjelang pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve. Di pasar mata uang, nilai tukar poundsterling juga melemah seiring langkah ketua parlemen Inggris melarang pemungutan suara lanjutan pada kesepakatan Brexit yang pernah dilakukan sebelumnya.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang hampir datar, hanya bergerak tipis dari level tertinggi sejak 21 September. Sementara indeks Nikkei Jepang turun 0,5 persen dan indeks saham Australia turun 0,1 persen. Ketiga indeks utama AS naik semalam, terangkat oleh bank dan nama teknologi, dengan Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite bertambah masing-masing berkisar 0,3-0,4 persen.
”Spekulan tampaknya bertaruh pada kenaikan harga saham di belakang Fed yang condong menunda kenaikan suku bunga. The Fed tidak mungkin membunuh harapan seperti itu. Namun, ada risiko The Fed dapat menurunkan tensi itu,” kata Masanari Takada, ahli strategi lintas aset di Nomura Securities.
Dengan tanda-tanda pertumbuhan ekonomi global melambat, para pelaku pasar bakal fokus pada The Federal Reserve, yang memulai pertemuan selama dua hari untuk membahas kebijakan pada Selasa ini. Pertemuan ini digelar, antara lain, untuk mendapatkan petunjuk tentang kemungkinan jalur biaya pinjaman AS.
Secara khusus, investor akan fokus pada apakah pembuat kebijakan telah cukup menurunkan perkiraan suku bunga untuk lebih menyelaraskan rencana mereka, khususnya sebuah diagram yang menunjukkan pandangan tingkat pembuat kebijakan individu untuk tiga tahun ke depan.
Diharapkan dalam pertemuan The Fed nanti juga akan dibahas lebih detail soal rencana untuk menghentikan pemotongan kepemilikan The Fed hampir 3,8 triliun dollar AS dalam bentuk surat utang. ”Fokus utama adalah ketika The Fed akan menghilangkan kata ’sabar’ dari pernyataannya karena itu akan menjadi prasyarat untuk kenaikan suku bunga,” kata Toru Yamamoto, kepala strategi pendapatan tetap di Daiwa Securities.
Di pasar mata uang, poundsterling menemukan pijakan yang lebih kuat pada hari Selasa setelah semalam tergelincir ke level 1,3183 per dollar AS karena anggota parlemen Inggris meragukan upaya ketiga Perdana Menteri Theresa May untuk membuat parlemen mendukung perjanjian Brexit.
Ketua Majelis Rendah Parlemen Inggris John Bercow menggunakan aturan yang berusia berabad-abad yang menyatakan bahwa pemerintah tidak bisa mengajukan kesepakatan Brexit untuk diambil votingnya lagi jika ”kesepakatan yang sama” atau ”kesepakatan yang secara substansi sama” sebelumnya telah ditolak parlemen.
Investor pun terus menantikan perkembangan di Inggris selanjutnya, terutama efek-efek langsung ataupun tidak langsung dari kebijakan itu. (AFP/REUTERS)