Festival Saribu Rumah Gadang Hidupkan Budaya dan Kesenian Solok Selatan
Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat kembali menggelar Festival Saribu Rumah Gadang untuk menggali kekayaan seni dan budaya yang pernah ada atau yang masih hidup dalam masyarakat Solok Selatan. Festival berlangsung pada 22-24 Maret 2019.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
SOLOK SELATAN, KOMPAS – Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat kembali menggelar Festival Saribu Rumah Gadang. Festival selain untuk menciptakan karakter daerah sebagai tujuan wisata, juga menggali kekayaan seni dan budaya yang pernah ada, atau yang masih hidup dalam masyarakat Solok Selatan. Festival akan berlangsung selama tiga hari yakni 22-24 Maret 2019.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solok Selatan Harry Trisna saat dihubungi dari Padang, Selasa (19/3/2019) mengatakan, Festival Saribu Rumah Gadang (SRG) pertama kali diselenggarakan pada 2017 lalu. Saat itu, tema yang diangkat adalah “Manjapuik Nan Tatingga, Mangupuan Nan Taserak” yang bisa dimaknai sebagai upaya menelusuri dan mengumpulkan kekayaan budaya yang sudah ditinggalkan.
“Adapun tahun ini ada pada Festival SRG kedua, temanya adalah “Manyulam Kain Jolong” yang artinya upaya memperbaiki dan menata kembali budaya yang pernah ada dalam masyarakat agar kembali disenangi dan dicintai,” kata Harry.
Menurut Harry, mengacu pada tema tersebut, festival tahun ini diharapkan bisa menggali kekayaan seni dan budaya yang pernah ada atau yang masih hidup dalam masyarakat. Diantaranya adalah mengajak kembali masyarakat luas untuk menghidupkan kembali budaya dan kesenian di Solok Selatan.
Festival tahun ini diharapkan bisa menggali kekayaan seni dan budaya yang pernah ada atau yang masih hidup dalam masyarakat. (Harry Trisna)
“Festival ini juga sebagai ajang bagi generasi muda untuk mengetahui sejarah, tatanan adat istiadat, kesenian yang dimiliki dan hidup di masyarakat pada masa lampau,” kata Harry. Selain itu, lanjut Harry, penyelenggaraan festival juga ditujukan untuk menciptakan karakter kawasan SRG sebagai salah satu daerah tujuan wisata berbasis seni budaya di Solok Selatan.
“Oleh karena itu, melalui festival ini kami juga ingin menarik wisatawan lokal, domestik, hingga mancanegara untuk berkunjung dan menikmati kekayaan seni budaya Solok Selatan serta keindahannya. Itu tentu akan berdampak pada perekonomian masyarakat,” kata Harry yang menargetkan pengunjung hingga 5.000 orang.
Kawasan Seribu Rumah Gadang (SRG) berada di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, sekitar 120 kilometer selatan Kota Padang. Kawasan ini bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Bagi wisatawan, tersedia penginapan atau homestay, termasuk menginap di rumah gadang.
Hartati selaku konseptor dan direktur artistik festival menambahkan, karena festival seni budaya, maka orientasi Festival SRG tidak dalam jumlah kunjungan. “Kami ingin masyarakat menghargai budaya sendiri. Sekarang, walaupun kawasan rumah gadang satu kumpulan, budaya mereka sudah berubah karena pengaruh dari luar. Oleh karena itu, banyak hal yang ingin kami bangkitkan lagi melalui festival ini termasuk budaya kerjasama atau gotong royong,” kata Hartati.
Hartati menambahkan, sesuai tujuannya, maka selama festival akan dipertunjukkan berbagai seni budaya Solok Selatan baik dalam bentuk tata cara upacara adat, prosesi atau peristiwa adat, seni pertunjukan, silat, kekayaan sastra tutur dalam bentuk petatah petitih, pasambahan, dan syair dendang.
Selain itu, akan ditampilkan juga kekayaan ragam busana adat untuk sebuah peristiwa adat dan untuk seseorang menurut fungsinya, mengembalikan penataan hiasan rumah gadang seperti masa lampau, dan memunculkan benda-benda bersejarah koleksi pribadi atau milik masyarakat.
Menurut Hartati, hari pertama atau pembukaan pada Jumat (22/3/2019) akan dipusatkan di kawasan SRG dengan berbagai kegiatan upacara adat seperti penyambutan kedatangan rombongan tokoh adat Alam Surambi Sungai Pagu, Makan Bajamba (makan bersama beralaskan daun pisang), dan suguhan kesenian tradisi Solok Selatan.
Sementara kegiatan di hari berikutnya antara lain kunjungan pelajar mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama (SMP) se-Solok Selatan ke Rumah Gadang Balun dan Rumah Gadang Rako Daulat di daerah Pasir Talang. “Para siswa diminta untuk menulis kesan mereka saat berkunjung dalam bentuk esai. Nantinya, tulisan mereka akan dilombakan,” kata Hartati.
Adapun untuk pelajar SMA, SMK, dan sederajat, menurut Hartati, akan diminta membuat tulisan terkait prosesi adat khas Solok Selatan. “Akan ada 10 prosesi adat dengan konstum dan peralatan seperti dulu kala. Kegiatan ini akan berlangsung di lapangan Banca, Koto Baru,” kata Hartati.
Pada hari yang sama, juga akan digelar panggung anak nagari. “Di Solok Selatan, banyak sanggar atau komunitas budaya mulai dari tarik musik, serta randai. Jadi, di panggung itu nanti mereka akan tampil disaksikan masyarakat,” kata Hartati.
Pada hari terakhir yakni Minggu (24/3/2019), akan ada pidato adat, serta pertunjukan sanggar atau komunitas, serta upacara adat untuk penutupan festival. Kegiatan tersbut akan berlangsung di Taman Kota Muara Labuh.
Penggiat Pariwisata Sumbar Yulnofrins Napilus mengatakan membangun budaya yang sudah lama tenggelam memang membutuhkan waktu dan perlu dimulai secara internal dari daerah dan masyarakat setempat. Lalu secara bertahap, mulai dipromosikan keluar. “Jika sudah terbentuk polanya dengan baik, baru promosi besar-besaran keluar,” kata Yulnofrins.