Kertas punya banyak cerita. Kertas diproduksi untuk dimanfaatkan bagi beragam kebutuhan, dari umumnya yang dikenal untuk buku bacaan hingga buku tulis. Namun, dengan berkreasi lewat kertas, banyak kejutan yang bakal hadir. Berkarya dengan menawarkan keindahan dan kesejahteraan hidup masyarakat itulah yang dilakukan Kampung Koran.
Duduk lesehan di atas panggung kecil di Pameran Foto Cerita Kertas yang digelar Harian Kompas dan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Kamis (14/3/2019), Linda dan Nurmala warga Kelurahan Grogol Utara, Jakarta Selatan, menunjukkan kelincahan tangan mereka menganyam kertas koran "Kompas" di atas meja lipat. Keduanya merupakan anggota komunitas Kampung Koran.
Linda memilin kertas koran yang sudah dipotong-potong dengan bantuan lidi untuk menjadi tali yang menjadi bahan dasar anyaman. Lalu, kertas koran yang sudah dipilin atau dililit dengan kuat, disusun membentuk tanda tambah atau + dengan bantuan lem. Dasar anyaman kertas koran dibuat tiga tali di atas dan tiga tali koran di bawah.
Dengan lincah, jemari Linda dan Nurmala menganyam tali koran membentuk tatakan bulat seukuran bulatan tabung pipa plastik berukuran kecil.
“Untuk mengajar yang pemula, biasanya melinting dulu koran yang sudah dipotong, lalu menganyam yang sederhana. Biasanya mencoba membuat kotak pensil yang bulat dulu,” kata Linda.
Tiga tahun lalu, Kampung Koran hadir untuk menginspirasi para ibu di RW 06 dan 14 Kelurahan Grogol Utara serta RW 02 Kelurahan Gelora agar dapat berdaya. Berawal dari inspirasi untuk mendukung penyelamatan lingkungan dengan mengolah sampah koran bekas, ternyata berdampak pada aspek finansial dan sosial warga.
Sebagai ibu rumah tangga, Linda dan Nurmala bangga bida dapat kesempatan berbagi ilmu. Mereka mengajarkan keterampilan mengolah koran bekas jadi produk kerajinan kepada para peserta, mulai dari mahasiswa hingga karyawan.
Tentu saja, untuk menganyam kertas butuh kesabaran. Linda menceritakan, dirinya pernah mengalami penolakan hasil anyaman tempat pensil hingga sebelas kali.
“Saya sampai putus asa, hasil tempat pensil selalu ditolak karena belum sempurna. Saya sampai memutuskan fokus di melinting koran saja. Tapi, saya merasa malu juga jika tidak bisa meningkatkan diri. Akhirnya, belajar terus mengejar ketertinggalan sehingga sekarang bisa menganyam dengan baik,” kata Linda.
Bagi Linda dan Nurmala, bergabung di Kampung Koran, berkesempatan untuk bisa mengasah potensi diri, kepemimpinan, dan kebersamaan. Mereka didorong untuk percaya diri, ibu rumah tangga juga bisa kreatif.
Produk kerajinan kertas koran dari Kampung Koran tak pernah kehabisan order. Bahkan, ada yang sudah dijual ke luar negeri.
Menurut Teguh Azmi, Staf CSR KG, dengan melatih masyarakat untuk menganyam kertas koran hingga menjadi layak jual, para ibu mendapatkan penghasilan tambahan. Selain itu juga menjadi inspirasi masyarakat mengelola lingkungan dengan memanfaatkan sampah/barang bekas, serta solid memperkuat kerja sama dan kemandirian masyarakat.
“Jadi ada tiga selaras yang disasar, yakni finansial, sosial, dan lingkungan,” kata Teguh.
Para anggota Kampung Koran mengerjakan orderan yang datang dari berbagai pihak, seperti perusahaan. Kelompok para ibu mendapat koran bekas lalu dikerjakan di rumah hingga selesai. Untuk finishing hingga menjadi produk layak jual dikerjakan Salam Rancage.
Bunga kertas
Sementara itu, APP Sinar Mas juga menjalankan CSR terkait kertas untuk masyarakat di wilayah Tangerang. Melalui PT Indah Indah Kiat, mereka mengedukasi para ibu-ibu untuk mengembangkan bisnis paper flower atau bunga kertas.
“Kertas-kertas HVS dengan berat di atas 100 gram berwarna-warni yang tidak lulus quality control atau bekas guntingan kertas dapat dimanfaatkan warga untuk membuat flower paper. Dalam dua tahun ini, permintaan sudah berkembang. Mereka juga didampingi hingga dapat memasarkan secara online maupun langsung ke masyarakat,” jelas Lily Yulianingsih, Public Affair PT Indah Kiat.
Hidayah, salah satu anggota komunitas mengaku senang mendapat keterampilan membuat bunga. “Bunga kertas dapat dijadikan pajangan di dinding hingga untuk photo booth. Masyarakat kan suka selfie. Sekarang di acara kawinan dan sunatan di kampung juga suka ada permintaan photo booth. Kami menyiapkan paket dengan membuat beragam bunga,” kata Hidayah.
Workshop lain di acara itu, yakni Kertase Craft yang diajarkan Agus Winarto. Dia mengajarkan peserta membuat kertas HVS 80 gram berwarna-warni menjadi karya seni, mulai dari binatang, orang, atau bentuk lain yang menarik.
Seni kerajinan tangan dari kertas yang digagas Kertase Craft ini menarik minat belasan pengunjung. “Memakai kertas untuk membuat karya seni enak. Tapi tangan harus bersih ya,” kata Agus.
Foto-foto kreasi Agus yang berkreativitas dengan kertas berwarna-warna yang diunggah di Instagram. Salah satunya, dia menampilkan kreasi orang-orang dengan dengan ciri khas pakaian daerah di Indonesia.