Impian proyek bulan sabit Syiah yang menghubungkan Teheran Baghdad, Damaskus, dan Beirut mendekati terwujud.
Kairo, Kompas —Proyek bulan sabit Syiah merupakan impian Iran untuk mendapatkan akses langsung ke Laut Tengah. Untuk membahas isu itu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Irak Osman al-Ghani, serta Menteri Pertahanan Suriah Ali Abdullah Ayyoub, Minggu dan Senin (17/3-18/3/2019), bertemu di Damaskus-Suriah.
Mereka membahas kemungkinan membuka jalan darat yang menghubungkan Teheran dengan Baghdad lalu Damaskus.
Dalam upaya pembukaan kembali jalan darat Irak-Suriah, dibahas secara khusus pembukaan dan sekaligus keamanan pintu gerbang Al-Qa’im di Irak dan pintu gerbang Al-Walid di Al Bukamal-Suriah. Seperti diketahui, kota Al-Bukamal dan Al-Qa’im merupakan penghubung utama antara Irak dan Suriah.
Pertemuan segitiga kepala staf angkatan bersenjata Iran, Irak, dan Suriah itu setelah terbentuknya pemerintah baru Lebanon pada 31 Januari lalu yang posisi strategisnya dikontrol loyalis Iran, seperti Hezbollah, Gerakan Amal, dan Gerakan Pembebasan Patriotik (FPM).
Agenda utama
Pembukaan jalan darat dari Teheran hingga Damaskus melalui Baghdad menjadi agenda utama menyusul ambruknya kekuatan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang dalam empat tahun terakhir ini menguasai wilayah perbatasan Irak-Suriah.
Pembukaan jalan darat Teheran-Baghdad-Damaskus itu dengan sendirinya akan membuka jalan menuju Beirut setelah loyalis Iran kini mengontrol Pemerintah Lebanon.
Juru bicara militer Irak dan aksi perang melawan NIIS, Brigjen Yahya Rosul, kepada harian Al Hayat mengungkapkan, pertemuan segitiga kepala staf angkatan bersenjata Irak, Iran, dan Suriah di Damaskus untuk membahas kerja sama militer dan koordinasi dalam perang melawan teroris. Selain itu, mereka juga membahas mekanisme menciptakan stabilitas dan keamanan di kawasan.
Menurut Rosul, prioritas Irak saat ini adalah mengamankan perbatasan Irak-Suriah dan mencegah penyusupan kelompok teroris ke wilayah Irak pasca-kekalahan NIIS di Irak dan Suriah terakhir ini.
Stasiun televisi Iran melansir, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mohammad Bagheri akan mengunjungi kota Al Bukamal, Provinsi Deir el Zour, dan wilayah Ghouta Timur.
Kantor berita Iran, Fars, memberitakan, kunjungan Bagheri ke Damaskus juga
bertujuan untuk meningkatkan kerja sama militer Iran-Suriah dan mengunjungi para penasihat militer Iran di Suriah.
Adapun Panglima Garda Revolusi Iran Mayjen. Mohammad Ali Jafari kepada stasiun televisi Iran mengungkapkan, Iran telah mengirim 200.000 milisi ke Irak dan Suriah untuk ikut memerangi kelompok teroris di ketiga negara itu.
Ia menyebut, Iran mengirim 100.000 milisi ke Suriah untuk memerangi NIIS, Front al Nusra, dan kelompok oposisi Suriah bersenjata. Iran, lanjutnya, juga mengirim 100.000 milisi untuk memerangi Tanzim al Qaeda dan NIIS yang mengancam pemerintah pusat Baghdad.
Kerja sama ekonomi
Sumber-sumber yang dikutip harian Asharq Al Awsat mengungkapkan, Iran dalam pertemuan segitiga dengan Irak dan Suriah di Damaskus mendesak segera dibuka dan diamankan jalan transportasi darat antara Teheran, Baghdad, dan Damaskus untuk meringankan beban ekonomi Iran pasca-pemberlakuan sanksi total AS terhadap Iran sejak 4 November 2018.
AS kembali menjatuhkan sanksi total terhadap Iran, menyusul Presiden AS Donald Trump membatalkan secara sepihak kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada Juli 2015.
Teheran kini sangat mengandalkan negara-negara tetangganya, seperti Irak, Turki, Afghanistan, dan Pakistan, untuk meringankan beban sanksi AS terhadap Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani pada 11 Maret lalu mengunjungi Irak untuk mencapai kesepakatan kerja sama ekonomi dengan Baghdad dalam upaya meringankan beban sanksi AS terhadap Iran saat ini.