JAKARTA, KOMPAS — PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation optimistis meraih pendapatan Rp 13,5 triliun pada tahun ini. Target pendapatan ini meningkat 18 persen dari pencapaian 2018 yang sebesar Rp 11,44 triliun.
Upaya yang dilakukan Indonesia Port Corporation (IPC) untuk meningkatkan pendapatan antara lain menjajaki kerja sama dengan PT Pertamina (Persero) untuk mengelola terminal milik Pertamina. IPC juga akan mengelola terminal badan layanan umum milik Kementerian Perhubungan.
”Kami optimistis bisa mencapai angka ini karena pada tahun ini, selain akan ada pertumbuhan dari optimalisasi aset yang kami miliki, kami juga bekerja sama dengan pihak lain untuk mengelola aset mereka,” kata Direktur Utama IPC Elvyn G Masassya di Jakarta, Senin (18/3/2019).
Dia menambahkan, efisiensi yang sudah dilakukan untuk menekan biaya operasional akan diteruskan dan diharapkan bisa meningkatkan efisiensi hingga 2,6 persen.
”Yang sudah kami lakukan untuk tumbuh menjadi pelabuhan kelas dunia sudah mulai menunjukkan hasil. Pelabuhan kami sudah menjadi pelabuhan kelas dunia yang melayani layanan alih kapal dan pelayaran langsung dari Amerika Serikat,” kata Elvyn.
Dengan menjadi pelabuhan alih kapal dan pelayaran langsung, biaya pengiriman barang menjadi lebih hemat 40 persen dibandingkan dengan melalui Singapura.
Direktur teknik yang merangkap Pelaksana Tugas Direktur Keuangan IPC, Dani Rusli, menyatakan, kinerja IPC tahun lalu positif. IPC membukukan laba bersih Rp 2,43 triliun dengan total aset Rp 51,43 triliun.
Direktur Operasional IPC Prasetyadi mengatakan, arus peti kemas di IPC pada 2018 sebanyak 7,64 juta TEUs atau tertinggi dalam 25 tahun terakhir. Arus peti kemas ini meningkat 10,24 persen secara tahunan. Adapun arus nonpeti kemas pada 2018 sebesar 61,97 juta ton atau meningkat 8,55 persen secara tahunan.
Arus kapal tahun lalu sebesar 224,3 juta gros ton (GT), meningkat 10,95 persen secara tahunan. Sementara arus penumpang pada 2018 sebanyak 714.930 orang atau meningkat 39,25 persen secara tahunan.
”IPC melakukan transformasi di sisi operasional yang disebut dengan perubahan radikal pola operasional, dari yang sebelumnya manual menuju digital. Digital bukan hanya dalam konteks pelayanan di terminal, tetapi melingkupi seluruh kegiatan pelabuhan secara korporasi, baik dari sisi laut maupun darat,” kata Prasetyadi.