JAKARTA, KOMPAS—Kebakaran melanda gedung Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara, lebih dari satu tahun yang lalu, tetapi pekerjaan perbaikan bangunan cagar budaya itu belum kunjung terlihat. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menargetkan rekonstruksi fisik Museum Bahari bisa dimulai Mei ini.
“Anggarannya Rp 46 miliar. Kami berharap pengerjaan selesai dalam 5-6 bulan,” ucap Kepala Disparbud DKI Edy Junaedi, Selasa (19/3/2019). Ia mengatakan, pihaknya sudah memulai penyiapan lelang untuk mendapatkan kontraktor rekonstruksi Museum Bahari, termasuk sedang menyusun rencana anggaran biaya proyek.
Edy berharap, pemenang lelang proyek sudah didapatkan pada April mendatang sehingga pembangunan dimulai bulan Mei. Salah satu syarat khusus untuk memenangi lelang adalah mesti sudah berpengalaman dalam pemugaran bangunan cagar budaya.
Museum Bahari dahulu merupakan gudang barat peninggalan Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC). Bangunan saat itu menjadi gudang transit rempah-rempah dari Nusantara sebelum dikapalkan ke negara lain. Kompleks gedung dibangun bertahap pada 1652-1759.
Pada 16 Januari 2018, api melalap Gedung A dan Gedung C museum ini. Akibatnya, atap runtuh serta jendela dan pintu hangus di lantai dua Gedung A, di lantai satu Gedung C, dan di lantai dua Gedung C.
Dari luar museum, warga bisa melihat bagian Gedung A yang terbakar dan saat ini masih tanpa atap. Dari dalam Ruang Awal Pelayaran Nusantara, pengunjung museum bisa melihat material-material gedung yang hangus dan ditempatkan di ruang terbuka di tengah kompleks museum, termasuk kayu-kayu besar.
Karena sebagian material bangunan sudah tidak bisa digunakan, perbaikan bangunan museum menggunakan cara rekonstruksi, yaitu pemulihan bangunan dengan menitikberatkan pada pengembalian keaslian bentuk bangunan dengan penambahan bahan baru.
Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta Husnizon Nizar menuturkan, rekonstruksi museum bakal disertai dengan perlindungan bangunan dari ancaman kebakaran guna mengantisipasi terulangnya kebakaran seperti Januari tahun lalu. Pemasangan instalasi listrik juga dipastikan aman agar tidak memicu api.
Meski demikian, Ketua Tim Sidang Pemugaran (TSP) DKI Bambang Eryudhawan mengatakan, aspek lingkungan, pencegahan terhadap kebakaran, dan pemanfaatan bangunan Museum Bahari belum selesai dibicarakan. Hal itu membuat proses desain gedung belum kunjung rampung.
TSP masih menunggu penjelasan rinci dari konsultan tentang rencana pencegahan kebakaran di Museum Bahari. “Ini kan bangunan cagar budaya, jadi pemasangan (alat-alat pencegah kebakaran) harus benar. Kalau alat harus kelihatan, ya harus bagus,” ujar Bambang.
Ia menyebutkan, TSP tidak bisa hanya diberi diagram sistem pemadam kebakaran seperti yang disiapkan pada bangunan biasa. Tim harus mendapat penjelasan soal alat pencegahan kebakaran ditaruh di mana, seberapa besar, berwarna apa, dan dimasukkan lewat mana.
Ia mencontohkan, jika tim tidak mendapat informasi secara rinci, bisa saja alat pencegah kebakaran dimasukkan dengan menjebol jendela. Itu bertentangan dengan upaya melestarikan bangunan cagar budaya. Bambang berharap, konsultan sudah bisa menjelaskan desain rinci dalam 2-3 pekan mendatang.
Husnizon mengatakan, anggaran tahun ini difokuskan untuk menyelesaikan rekonstruksi fisik museum. Penyelesaian interior dan penataan ruang koleksi pasca rekonstruksi fisik direncanakan berjalan pada tahun depan.