Tenun ikat menjadi penggerak ekonomi baru bagi Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Lebih kurang 2.000 penenun kini menggeluti usaha tersebut.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
SAUMLAKI, KOMPAS - Tenun ikat menjadi penggerak ekonomi baru bagi Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Lebih kurang 2.000 penenun kini menggeluti usaha tersebut. Dukungan dari pemerintah maupun pihak swasta mutlak diperlukan agar keunggulan lokal itu terus menguat dan kompetitif di pasar global.
Tekad untuk mendukung pengembangan tenun ikat Tanimbar itu disampaikan sejumlah pihak dalam acara inaugurasi Kelompok Tenun Batlolonar di Desa Amdasa, Kecamatan Wertamrian, Selasa (19/3/2019). Kelompok tenun tersebut merupakan binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku dan perusahaan minyak dan gas INPEX Masela, Ltd.
Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Kantor Perwakilan Maluku Andy Setyo Biwado mengatakan, pendampingan bagi kelompok tenun di Tanimbar bertujuan menumbuhkan pusat aktivitas ekonomi berbasis kekuatan lokal. Kepulauan Tanimbar merupakan lumbung tenun ikat di Maluku. Sejak tahun 2017, BI Maluku sudah mendampingi dua kelompok di kabupaten itu.
Dua kelompok itu sudah memproduksi tenun ikat dan diserap pasar. Pemerintah daerah, BI, dan INPEX Masela ikut membantu pemasaran. Salah satu kekuatan tenun Tanimbar adalah pamornya yang sudah mendunia setelah diikutkan dalam pameran di sejumlah negara. Tantangan berupa kualitas produksi dan saluran pasar yang terbatas kini telah teratasi lewat pendampingan tersebut.
Menurut Andy, usaha kecil seperti tenun ikat berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi jika didukung secara optimal. Mengutip data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, pada tahun 2017, jumlah pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) lebih kurang 59 juta orang. UMKM menguasai 99 persen total usaha serta menyerap 97 persen angkatan kerja.
"Kami melihat ada kemauan yang kuat dari masyarakat untuk maju lewat tenun ikat. Seperti di Desa Amdasa, rumah produksi dibangun menggunakan dana desa. Ke depan, diharapakan desa dapat memberdayakan badan usaha milik desa untuk memperkuat usaha tenun ikat, mulai dari produksi hingga pemasaran. Tujuannya adalah terciptanya kemandirian masyarakat," kata Andy.
Sementara itu, Special Advisor Lo INPEX Masela Ltd Halida Nuriah Hatta mengatakan, keterlibatan perusahaan asal Jepang itu dalam pendampingan kelompok tenun merupakan bagian dari tanggung jawab sosial. INPEX merupakan perusahaan yang mendapat izin penambangan gas di Blok Masela. Lokasi ladang gas Blok Masela berada di dekat Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Peluang untuk maju sangat terbuka jika ada kemauan dan kolaborasi.
Selain menggerakan ekonomi berbasis kekuatan lokal, pendampingan kelompok tenun ikat juga memperkenalkan budaya Tanimbar lewat tenun. Ia mengingatkan agar karya yang dihasilkan wajib melekatkan identitas daerah tersebut. Di Indonesia, tradisi menenun terdapat di sejumlah daerah, seperti Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
"Saat ini masih produksi kain. Ke depannya akan didorong produk turunan seperti pakaian atau taplak meja. Ini tentu akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga kesejahteraan masyarakat pun akan semakin meningkat. Peluang untuk maju sangat terbuka jika ada kemauan dan kolaborasi," kata Halida.
Dari catatan Kompas, Kabupaten Kepulauan Tanimbar merupakan kabupaten termiskin di Provinsi Maluku. Angka kemiskinan masih berkisar pada 28 persen. Adapun angka kemiskinan di Maluku, yang tercatat sebagai tertinggi keempat secara nasional, berkisar pada 18 persen. Masyarakat Tanimbar selama ini mengandalkan hasil laut, seperti ikan dan rumput laut, serta kopra.
Ikan dianggap cukup berhasil mengangkat ekonomi. Sementara, masa kejayaan rumput laut dengan harga di atas 10.000 per kilogram sekitar 10 tahun lalu kini sudah redup. Kopra juga bernasib serupa dengan rumput laut. Kedua komoditas itu menjadi objek mainan tengkulak.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kepulauan Tanimbar Elisabeth Werembinan mengatakan, pemerintah terus mempromosikan tenun Tanimbar hingga ke sejumlah negara. Pamor tenun Tanimbar mulai bersinar sejak 5 tahun terakhir. "Total penenun sekitar 2.000 orang," katanya.
Di Kabupaten Tanimbar, setiap Kamis, semua siswa dan pegawai wajib menggunakan tenun. Anak-anak sekolah juga dilatih menenun. "Tugas penting saat ini adalah menularkan ke generasi muda. Sekarang banyak anak sekolah yang membiayai pendidikan dari hasil tenunan sendiri," ucap Elisabeth.