Buku Membuka Cakrawala Berpikir
Saat ini, kita dimanjakan dengan berbagai macam buku seiring dengan semakin banyak penulis, penerbit, serta pameran buku yang digelar sehingga harga buku pun kian murah dan terjangkau. Apalagi, harga buku di pameran sangat ramah dengan kantong mahasiswa.
Saat diskon besar-besar, tak sedikit mahasiswa yang memborong membeli buku. Tidak hanya satu atau dua buku, bahkan mereka bisa membeli belasan hingga puluhan buku. Namun sayangnya, buku-buku itu akhirnya tak dibaca.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Indonesia Kevin Wiratama Asmono (21) yang menyukai membaca buku sejak kecil, mempunyai kebiasaan langsung membaca setiap buku yang dibeli ayah atau adik-adiknya.
"Saya pun membaca buku mengenai spiritualitas dan agama untuk kebutuhan mata kuliah agama, meskipun jujur saja saya sangat sulit memahami pengetahuan yang dibagikan penulis buku itu," kata Kevin.
Kevin terdorong ingin langsung membaca buku tersebut adalah karena rasa ingin tahu atau tertarik terhadap isi buku tersebut. "Buku merupakan wadah seseorang untuk membagikan ilmu pengetahuan yang dia punya atau mencurahkan pengalaman dan perasaan yang dia punya kepada masyarakat.
Terkadang, saya suka merefleksikan bacaan untuk evaluasi diri sendiri karena buku yang bermanfaat pasti mempunyai pesan untuk para pembacanya," kata Kevin.
Sementara Nadya Elianna Bunyamin (21), mahasiswi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara Tangerang angkatan 2016 mengaku sebulan sekali membeli buku. Baginya, membaca buku berarti menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan, juga untuk mengetahui perspektif baru.
"Biasanya sih saya beli di pameran buku, misalnya di Big Bad Wolf, karena kalau di pameran buku biasanya ada diskon dan harganya jauh lebih murah daripada harga normal, apalagi buku-buku dari luar negeri, harganya jauh beda. Atau beli di toko buku kecil yang harganya lebih murah," kata Nadya.
Bagi Nadya, apakah dia akan langsung membaca buku yang dibelinya, itu tergantung situasi dirinya. "Kalau saya memang sudah kepengen banget baca buku itu, biasanya langsung saya baca. Tapi kalau ngga terlalu penasaran ya enggak langsung dibaca. Tergantung waktu juga sih, kalau misalnya memang sempat ya saya baca," kata Nadya.
Di sisi lain, banyak juga mahasiswa yang akan membeli sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya, Lingga Tiara (19), mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta angkatan 2018 yang memilih membeli buku ketika dia perlu buku tersebut. Selain itu, dia juga lebih suka membaca buku di perpustakaan kampusnya sehingga tak perlu keluar uang untuk membeli buku.
Menurut Lingga, membaca buku berarti menambah ilmu dan juga membangun imajinasi kreatif yang biasanya muncul ketika dia membaca isi buku tersebut.
"Saya bisa berimajinasi, membayangkan kejadian atau hal-hal yang lain seperti yang dituliskan dalam buku itu," kata Lingga.
Saat membeli buku yang dibutuhkannya pun Lingga biasanya akan langsung membaca buku yang dibelinya. "Mumpung bukunya masih hangat, langsung saya baca. Tapi kadang terhenti baca dan bisa skip-skip halaman buku itu," kata Lingga.
Meningkatkan kesadaran
Theresia Triza Yusino, pendamping orang muda di Bali yang juga pakar Ilmu Sosiatri dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, melihat fenomena memborong buku namun tidak dibaca itu bisa terjadi karena orang muda merasa kelihatan keren kalau punya sebuah buku, apalagi buku yang sedang trend.
"Tetapi mereka malas membaca buku tersebut karena beban kuliah dan tugas-tugas yang ada. Di samping itu, mereka cenderung merasa lebih nyaman dengan gadget dibanding membaca buku. Perhatikan saja di cafe-cafe tempat nongkrong, anak kuliah lebih banyak yang membawa gadget atau laptop dibanding buku," kata Yusino.
Menghadapi fenomena seperti itu, menurut Yusino, kesadaran tentang perlunya membaca buku perlu ditingkatkan lagi. "Belilah buku sesuai kebutuhan dan minat. Pengalaman membaca buku, membuat catatan atau resensi buku lebih memperkaya diri dibandingkan dengan membaca via gadget dan membiasakan copy paste," kata Yusino.
Yusino berpendapat, membeli buku untuk dimiliki sendiri akan lebih nyaman dibaca karena bisa membuat catatan tertentu di buku tersebut. "Akan lebih mudah mengingat isinya. Biasakan setelah membaca buku, sebaiknya membuat resensi dan ajak beberapa teman untuk mendiskusikannya," ujarnya.
Saat ini, kebiasaan membedah buku dan diskusi buku perlu dikembangkan lagi di kalangan mahasiswa, baik di jurusan, fakultas, universitas atau antar komunitas mahasiswa dan orang muda. Dengan demikian, semangat untuk membaca buku juga akan semakin kuat.