TOKYO, RABU — Pasar saham di Asia turun pada awal perdagangan, Rabu (20/3/2019), dan mencoba bertahan di level tertinggi dalam enam bulan. Para pelaku pasar cenderung berhati-hati di tengah harapan Federal Reserve AS akan tetap pada sikap menunda kenaikan lebih lanjut suku bunga dan mengungkap rencana untuk menghentikan pemotongan kepemilikan surat utang pada akhir tahun ini.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang bergerak turun 0,1 persen dari level tertinggi enam bulan. Sementara Indeks Nikkei Jepang juga turun 0,1 persen. Bursa saham Wall Street ditutup bervariasi semalam ketika Indeks S&P 500 kehilangan 0,01 persen dan Nasdaq bertambah 0,12 persen.
The Fed, yang tengah membahas peninjauan kebijakan dalam pertemuan dua hari, pada hari Rabu ini diharapkan menurunkan proyeksi langkah menaikkan tingkat suku bunganya. Sejak awal tahun, Gubernur Fed Jerome Powell mengatakan, bank sentral akan sabar. Hal itu diartikan sebagai kata sandi untuk menunda kenaikan suku bunga di tengah adanya tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan di banyak bagian dunia.
Pasar keuangan telah melangkah lebih jauh dengan memproyeksikan peluang lebih besar tentang penundaan kenaikan suku bunga itu. The Fed juga diperkirakan mengeluarkan rencana untuk menghentikan menyusutnya neraca keuangan senilai 4 triliun dollar AS atau yang disebut pengetatan kuantitatif. Banyak pembuat kebijakan telah menyarankan Fed kemungkinan akan menyimpulkan proses dan menstabilkan kepemilikan surat utang pada akhir tahun ini.
”Saya pikir konsensus pasar berpusat pada akhir September, tetapi kami memperkirakan The Fed akan mengakhiri peluncuran neraca pada Juni. Jumlahnya sekitar 3,85 triliun dollar AS berdasarkan perhitungan kami sebagai jumlah kelebihan cadangan yang dibutuhkan Fed,” kata Shuji Shirota, kepala strategi ekonomi makro di HSBC Securities di Tokyo.
Ekspektasi Fed yang kemungkinan menunda kenaikan suku bunga telah menekuk posisi dollar AS. Dollar AS telah berada di bawah tekanan tahun ini setelah Powell memberi sinyal jeda pada siklus pengetatan pada pertemuan sebelumnya. Indeks dollar AS terhadap enam mata uang utama mencapai level terendah dalam kurun waktu 2,5 pekan terakhir. Dollar AS berada di level 96,288 pada hari Selasa.
Sementara itu, nilai tukar poundsterling tetap tertahan terkait dengan berita utama tentang Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May diperkirakan meminta Uni Eropa untuk menunda Brexit, setidaknya tiga bulan setelah rencananya untuk mengadakan pemungutan suara ketiga atas kesepakatan Brexit gagal karena ada intervensi mengejutkan di parlemen.
May sebelumnya memperingatkan parlemen, jika parlemen tidak meratifikasi kesepakatan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa, dia akan meminta untuk menunda pelaksanaan Brexit setelah 30 Juni. Hal itu dinilai sebuah langkah yang dikhawatirkan pendukung Brexit akan membahayakan semua proses keluarnya Inggris dari UE. Di sisi lain, kepala negosiator Uni Eropa, Michel Barnier, mengatakan bahwa perpanjangan hanya akan masuk akal jika meningkatkan kemungkinan terjadi kesepakatan ratifikasi di Majelis Rendah Inggris.
Dalam persoalan perang dagang, para pelaku pasar berpegang pada harapan kesepakatan perdagangan antara Washington dan Beijing. Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berencana bertolak ke China, pekan depan, guna menghadiri putaran lanjutan pembicaraan perdagangan dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He. Hal itu diungkapkan seorang pejabat pemerintahan Trump pada hari Selasa. (REUTERS)