JAKARTA, KOMPAS - Kerugian negara akibat penjualan meterai palsu mencapai puluhan miliar. Meterai palsu tersebut dijual dengan harga murah secara daring (dalam jaringan). Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menangkap sembilan tersangka pembuat meterai palsu di Jakarta Timur, Depok, dan Bekasi.
Wakil Kepala Polda Metro Jaya Brigjen (Pol) Wahyu Hadiningrat, Rabu (20/3/2019) di markas Polda Metro Jaya menuturkan, tersangka ditangkap periode Februari 2019 yaitu AS, DK, SS, ASS, ZUL, RH, SF, DA, dan R.
Para tersangka itu memiliki keahlian masing-masing. AS berperan sebagai penyablon dan menjual meterai palsu secara daring. DK sebagai kurir yang mengirim melalui ekspedisi. SS menyediakan bahan baku dan mencari percetakan. ASS membuat hologram palsu.
ZUL dan RH mencetak dasar meterai palsu memakai mesin offset. SF berperan membuat hologram. Tersangka DA sebagai kurir dan penghubung AS ke tersangka lain. Tersangka R yang membuat lubang pada meterai palsu.
Menurut Wahyu, meterai palsu tersebut dijual dengan harga Rp 2.200 per buah dari harga resmi Rp 6.000. Polisi menyita barang bukti bahan baku meterai, alat sablon, alat cetak, dan ribuan meterai palsu siap edar.
“Barang bukti meterai palsu yang disita senilai Rp 10 miliar. Sedangkan kerugian negara akibat perbuatan para tersangka mencapai Rp 30 miliar,” kata Wahyu.
Kasubdit Sumber Daya dan Lingkungan Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Ganis Setyaningrum mengatakan, tersangka menggunakan bahan baku yang dijual bebas.
Namun, tersangka membuat meterai palsu mirip aslinya dengan memalsukan hologram, membuat lubang, dan memalsukan gambar bunga yang ada pada meterai. Agar mirip meterai asli, bagian belakang meterai palsu itu diberi lem sehingga terasa lengket.
“Tersangka AS pernah ditangkap tahun 2013 karena kasus pemalsuan. Kemungkinan pelaku bisa memalsukan dokumen lain, tapi saat penggeledahan adalah pemalsuan meterai,” kata Ganis.
Deputi Jasa Keuangan Ritel dan Jaringan PT Pos Indonesia Meidiana Suryati mengungkapkan, gambar bunga pada meterai asli bisa berubah warnanya sesuai sudut pandang. Permukaan meterai asli kasar kalau diraba.
“Masyarakat patut curiga kalau harganya murah karena PT Pos Indonesia sebagai satu-satunya tempat distribusi meterai tempel. Kalau harganya jauh di bawah diduga palsu,” ujarnya.
Direktur Operasional Perum Peruri Saiful Bahri menambahkan, permukaan meterai asli terasa kasar karena dicetak dengan mesin cetak khusus. Mesin cetak khusus itu mirip dengan mesin cetak uang yang tidak dijual bebas. Pencetakan meterai diluar Perum Peruri adalah melanggar hukum.