Tari topeng Cirebon tidak hanya menjadi kekayaan seni tradisi, tetapi juga mengisahkan tentang perjalanan hidup manusia. Itu sebabnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy terpesona ketika menyaksikan tarian yang berumur ratusan tahun itu.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Tari topeng Cirebon tidak hanya menjadi kekayaan seni tradisi, tetapi juga mengisahkan tentang perjalanan hidup manusia. Itu sebabnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy terpesona ketika menyaksikan tarian yang berumur ratusan tahun itu.
Muhadjir mengungkapkan kekagumannya ketika melihat tari topeng klana dalam pembukaan seminar nasional tentang pendidikan dan kearifan lokal di Universitas Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Senin (18/3/2019). ”Saya sangat terkesan. Ternyata tarian ini bercerita tentang perjalanan manusia dari kecil hingga dewasa,” ujar Muhadjir yang mengenakan kemeja putih, peci, dan celana hitam.
Kisah itu ia dapatkan dari Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon Khaerul Wahidin. Dikisahkan, lima babak tari topeng menunjukkan watak atau wanda manusia. Tarian panji dengan pakaian dan topeng berwarna putih melambangkan kesucian bagaikan bayi baru lahir. Tarian samba dengan wajah topeng tertawa ceria menggambarkan karakter seseorang yang penuh semangat, lincah, tetapi cenderung berpikir emosional.
Tari itu melambangkan seorang yang beranjak dewasa. Karakternya tampil dalam gerakan tari yang lincah, lembut, tegas, dan putus-putus. Lalu, tarian tumenggung berkarakter gagah dan tanggung. Riasan wajah merah dengan kumis tipis.
Tarian klana yang topengnya berwarna merah, berkumis tebal, dan bermata besar menandakan karakter berani dan seram. Topeng ini diidentikkan dengan angkara murka. ”Jadi, tari topeng ini seperti pilihan bagi manusia. Mau jadi seperti apa?” ujar Muhadjir.
Mengutip Richard Foster, menurut Muhadjir, tradisi dibagi dua, yakni tradisi agung atau great tradition dan tradisi kampung. ”Di Cirebon semuanya ada. Tradisi agung ada di keraton, sementara tradisi kampung, ya, seperti tari topeng ini,” ucapnya.
Sayangnya, Muhadjir belum sempat blusukan ke kampung-kampung di Cirebon. Lalu, menyaksikan pudarnya sejumlah seni tradisi, seperti ronggeng bugis yang dulu digunakan sebagai media penyamaran untuk melawan penjajah atau tarian perang angklung bungko. Keduanya hanyalah contoh seni tradisi Cirebon yang kian meredup.