Pertemuan Stapac dan Satria Muda di final IBL 208-2019 adalah duel antara dua tim yang mendominasi bola basket putra Indonesia selama dua dekade terakhir.
JAKARTA, KOMPAS – Dua tim rival sekota, Stapac Jakarta dan Satria Muda Pertamina Jakarta, akan bertemu pada laga puncak Liga Basket Indonesia 2018/2019. Duel ini tak sekadar memperebutkan cincin juara, tetapi juga hasrat persaingan berisi tawa dan air mata dalam dua dekade terakhir.
Duel kedua tim ini menjadi klimaks persaingan ketat 10 tim selama lima bulan musim reguler dan play off IBL. Dua peserta terbaik, Stapac dari Divisi Putih dan Satria Muda dari Divisi Merah akan berebut gelar dengan format final terbaik tiga laga, 21-24 Maret 2019.
Laga klasik ini lebih dari sekadar final. Kedua tim ini adalah rival abadi dua dekade terakhir. Sejak era Kobatama pada 1999, mereka mendominasi kompetisi bola basket putra Tanah Air dengan total 16 gelar. Tujuh gelar milik Stapac dan sembilan milik Satria Muda.
Pada puncak persaingan mereka, Stapac dan Satria Muda delapan kali bertemu di final, yang selalu penuh emosi. Stapac menang tiga kali, dan Satria Muda lima kali.
Persaingan kedua tim dimulai pada 2004. Satria Muda yang berstatus tim kejutan mampu mengalahkan juara empat tahun beruntun Aspac, nama terdahulu Stapac, 2-0. Dalam dua gim itu, forward Satria Muda, Wahyu Widayat Jati menjadi inspirator kemenangan meski bermain dengan kaki cedera. Perjuangan itu menjadi awal kebangkitan Satria Muda, yang lima tahun sebelumnya lebih kerap jadi tim penggembira.
Semusim kemudian, Aspac membalas dendam. Dengan pemain seperti Andi ”Batam” Poedjakesuma, Romy ”Gepenk” Chandra, Riko Hantono, dan Mario Wuysang, mereka mencatat rekor 20 kemenangan tanpa kekalahan. Mereka melibas satria Muda 2-0, di final.
Tiga musim berikutnya, Stapac dan Satria Muda kembali bertemu di final. Tiga kali beruntun pula Satria Muda yang dilatih Fictor ”Ito” G Roring menjadi juara. Ito memadukan Wahyu dengan pemain berbakat lain seperi Rony Gunawan, Denny Sumargo, dan Faisal Achmad.
”Memang paling susah melawan Satria Muda. Mereka adalah lawan terbesar kami,” kata Irawan Haryono atau Kim Hong, pemilik dan manajer Stapac sejak era Kobatama.
Gaya berbeda
Rivalitas itu bukan hanya soal prestasi. Kedua tim menyajikan gaya berbeda. Stapac memiliki gaya permainan cepat dengan mengandalkan tembakan tiga poin, sedangkan Satria Muda terkenal dengan kekuatan di bawah ring dengan mengandalkan pemain bertubuh besar.
”Mereka bermain cepat dan kami andalkan pemain berpostur besar yang kuat. Ini membuat pendukung selalu terbagi dua. Hasilnya selalu seru saat kami bertemu dengan mereka," kata Rony, mantan center Satria Muda yang sekarang menjabat Wakil Presiden tim.
Satria Muda mendominasi IBL hingga pada 2011-2012, saat kompetisi berganti menjadi NBL. Hingga akhirnya Stapac merebut takhta pada 2013 dan 2014 dengan pemain baru seperti Xaverius Prawiro, Oki Wira Sanjaya, Andakara Prastawa, dan Pringgo Regowo. Saat itu, Stapac terbantu dengan bergabungnya Wahyu pada 2012.
Pertarungan Stapac dan Satria Muda sempat terhenti pada 2014. Sejak format NBL kembali ke IBL pada 2015, Stapac tidak pernah masuk final dalam tiga tahun terakhir. Satria Muda tetap mendominasi bersama CLS Knights Surabaya dan Pelita Jaya.
Pertarungan epik itu menghangat musim ini. Stapac berbenah dan mendatangkan pelatih asal Lithuania, Giedrius "Ghibbi" Zibenas. Pelatih asal Eropa pertama di Indonesia itu kembali menunjukkan dominasi Stapac atas Satria Muda.
Dalam dua pertemuan di musim reguler, Stapac dua kali menaklukkan sang juara bertahan. Pada gim pertama, 9 Desember 2018, Oki Wira dan rekan-rekan menang tipis 66-63. Pada gim kedua, 12 Januari 2019, mereka kembali menang 85-78 di babak tambahan.
”Kami tidak mau mengingatnya kembali. Di final, semua berawal menjadi 0-0. Kami hanya akan mempersiapkan yang terbaik untuk pertandingan final nanti,” kata Ghibbi yang mengantarkan timnya meraih 19 kemenangan beruntun.
Pelatih Satria Muda Youbel Sondakh mengatakan, timnya memang sempat kesulitan pada musim reguler. Namun, mereka sudah menunjukkan hal positif di play off saat menumbangkan Bima Perkasa Jogja dan NSH Jakarta.
”Kami mempersiapkan mental di final. Kami tidak akan bermain seperti biasa. Semua usaha di musim reguler akan kami tingkatkan dua kali lipat,” kata mantan forward Satria Muda itu.