Rapat Umum Menentukan
JAKARTA, KOMPAS - Masa kampanye rapat umum Pemilu 2019 pada 24 Maret hingga 13 April akan sangat menentukan hasil Pemilihan Presiden 2019. Hal ini karena sekitar satu bulan menjelang pemungutan suara Pemilu 2019 pada 17 April 2019, selisih elektabilitas dua pasangan calon presiden-calon wakil presiden cenderung menyempit sehingga kontestasi menjadi semakin ketat.
Kondisi ini membuat tim sukses dua pasangan calon (paslon) akan lebih memacu mesin partai dan gerakan sukarelawan untuk merebut suara calon pemilih, terutama pemilih yang belum menentukan pilihan dan pemilih bimbang.
Menyempitnya selisih elektabilitas ini terpotret dari hasil survei Litbang Kompas pada akhir Februari hingga awal Maret 2019. Survei ini melibatkan 2.000 responden yang tersebar di 34 provinsi dengan margin of error 2,2 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Elektabilitas Joko Widodo-Ma’ruf Amin mencapai 49,2 persen, sedangkan Prabowo Subianto- Sandiaga Uno 37,4 persen. Selisih elektabilitas kedua paslon 11,8 persen.
Selisih elektabilitas kedua paslon di atas lebih kecil jika dibandingkan dengan selisih elektabilitas berdasarkan survei Litbang Kompas pada Oktober 2018 yang mencapai 19,9 persen untuk keunggulan Jokowi- Amin. Sementara responden yang belum menentukan pilihan juga turun dari 14,7 persen menjadi 13,4 persen.
Sedikit macet
Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi- Amin, Maman Imanulhaq, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (19/3/2019), mengatakan, dari hasil evaluasi, peningkatan elektabilitas Jokowi-Amin sedikit macet karena sejumlah faktor.
Pertama, mesin partai koalisi pendukung yang belum bergerak optimal. Hal ini karena pilpres dan pemilu legislatif yang digelar serentak membuat partai tidak fokus memenangkan capres-cawapres.
Kedua, masa kampanye yang panjang membuat masyarakat dan sukarelawan jenuh. Ketiga, persoalan biaya politik yang tinggi dan antusiasme sukarelawan yang tidak semilitan Pilpres 2014.
Menurut Maman, di sisa masa kampanye, TKN Jokowi- Amin akan mengoptimalkan mesin sukarelawan untuk berkampanye dari pintu ke pintu. Gerakan yang lebih intensif itu diharapkan bisa merangkul pemilih mengambang yang saat ini belum menentukan sikap.
Kampanye dari pintu ke pintu ini, lanjut Maman, dilakukan untuk memastikan pemilih datang ke tempat pemungutan suara (TPS) saat pemungutan suara. Ini karena ada beberapa wilayah di mana suara Jokowi- Amin unggul di atas kertas, tetapi belum aman karena ada ancaman tingkat partisipasi pemilih yang rendah. Jika wilayah ini tidak diamankan, bisa berpengaruh signifikan pada gembosnya perolehan suara.
TKN Jokowi- Amin akan mengoptimalkan mesin sukarelawan untuk berkampanye dari pintu ke pintu. Gerakan yang lebih intensif itu diharapkan bisa merangkul pemilih mengambang yang saat ini belum menentukan sikap
”Di beberapa tempat, seperti di Indramayu, Jawa Barat, partisipasi bisa rendah karena petani sedang panen raya. Oleh karena itu, sosialisasi dan jemput bola mengajak masyarakat untuk datang ke TPS jadi prioritas kunci kemenangan. Jangan menganggap daerah yang sudah aman tidak usah diurus.,” kata Maman.
Guna mengefektifkan upaya ini, sukarelawan diminta turun ke rumah-rumah warga. Pesan yang disampaikan saat berkampanye antara lain pemaparan prestasi Jokowi, programnya ke depan, dan bagaimana mengantisipasi hoaks.
Sejumlah kelompok sukarelawan aktif juga akan diminta berkampanye lintas wilayah ke daerah yang selama ini bukan cakupan pergerakan mereka. Di saat yang sama, sukarelawan juga diharapkan bekerja sama dengan mesin partai koalisi di daerah.
Ada tiga daerah yang akan menjadi prioritas kampanye, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Di wilayah itu, elektabilitas Jokowi-Amin masih tertinggal dari Prabowo- Sandi. Saat kampanye rapat umum, 24 Maret-13 April, Jokowi- Amin juga akan turun bersama di DKI Jakarta dan Banten. Mereka akan ke Banten pada hari pertama kampanye dan ke Jakarta di hari terakhir.
Mesin berjalan baik
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi akan meningkatkan penyampaian fokus program yang nyata dibutuhkan masyarakat, terutama dalam masalah pengangguran dan penurunan harga pokok. Gerakan sukarelawan juga dijadikan sebagai tulang punggung untuk meyakinkan para pemilih mengambang.
Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, menuturkan, jumlah pemilih mengambang yang masih dua digit menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap Presiden Joko Widodo masih tinggi. Oleh karena itu, ia menilai gelombang masyarakat yang menghendaki perubahan pemerintahan terbilang besar.
Atas dasar itu, Dahnil menilai, kampanye yang dilakukan Prabowo-Sandi bersama mesin politik yang melibatkan tim sukses dari partai dan sukarelawan telah berjalan baik. Ini membuat janji kampanye yang selama ini menjadi fokus Prabowo-Sandi akan semakin gencar disosialisasikan langsung kepada masyarakat yang belum menentukan pilihan.
Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi akan meningkatkan penyampaian fokus program yang nyata dibutuhkan masyarakat, terutama dalam masalah pengangguran dan penurunan harga pokok
”Kami akan memprioritaskan menawarkan perubahan yang nyata terhadap masalah utama bangsa, yakni harga bahan pokok yang tidak terjangkau serta lapangan pekerjaan yang cukup dan berkualitas untuk warga negara,” ujar Dahnil.
Dia juga memastikan sukarelawan akan menjadi ujung tombak meraih suara dari para pemilih mengambang, terutama melalui kegiatan kampanye dari pintu ke pintu. Peran ratusan organisasi sukarelawan, katanya, terbukti membantu meningkatkan elektabilitas Prabowo-Sandi hingga sebulan menjelang pemungutan suara.
Isu menentukan
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana menuturkan, untuk menggenjot elektabilitas di sisa masa kampanye, narasi isu ekonomi akan lebih menarik perhatian pemilih mengambang.
Ia menilai, dari segi ini, kubu Prabowo-Sandi lebih unggul karena mampu memanfaatkan posisinya sebagai oposisi. Sementara Jokowi- Amin sejauh ini kurang bisa membangun narasi di bidang ekonomi.
”Petahana seharusnya lebih efektif memanfaatkan isu ini dengan memaparkan capaian dan menawarkan terobosan baru. Tetapi, sekarang hanya sekadar melawan kritik oposisi tanpa berusaha memunculkan tawaran program yang lebih kuat. Kreativitas petahana kurang digali,” kata Aditya.
Petahana seharusnya lebih efektif memanfaatkan isu ini dengan memaparkan capaian dan menawarkan terobosan baru. Tetapi, sekarang hanya sekadar melawan kritik oposisi tanpa berusaha memunculkan tawaran program yang lebih kuat
Menurut dia, masih ada waktu bagi petahana untuk berbenah. Kuncinya ada pada kemampuan menggerakkan sukarelawan dan partai koalisi agar solid dan lebih intens berkampanye.
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor juga menggarisbawahi, sukarelawan memiliki peran sentral bagi pemenangan Pilpres 2019. Hal ini karena sukarelawan lebih banyak bekerja dengan tingkat militansi tinggi ketimbang mesin partai politik.
Sukarelawan yang tanpa didukung pasokan materi dianggap lebih bersemangat tinggi. Mereka memiliki rasa kepemilikan tinggi terhadap tokoh yang didukung.
”Sukarelawan menjadi ikon karena tanpa mereka seorang tokoh sulit dijual. Sukarelawan yang tanpa mengharapkan dukungan materi justru memiliki motivasi yang jauh lebih besar karena mereka cenderung mampu menghadirkan kreativitas dan keberanian,” katanya.
Sementara itu, terkait dengan peningkatan elektabilitas Prabowo-Sandi, Firman menilai hal itu disebabkan dua hal. Pertama, citra Prabowo yang lebih humanis. Pendekatan Prabowo kepada masyarakat membuat dirinya lebih diterima rakyat dibandingkan dengan kontestasi lima tahun lalu.
Kedua, Prabowo-Sandi menawarkan program yang konkret dibutuhkan masyarakat di bidang ekonomi. Pasangan itu konsisten menawarkan solusi masalah perekonomian, misalnya keterjangkauan harga bahan pokok dan upaya mengatasi pengangguran.