Kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya kembali menyerang aparat keamanan dari kesatuan Brigade Mobil Polri di Kabupaten Nduga, Papua, tepatnya di Distrik Mugi, Rabu (20/3/2019).
Oleh
FABIO M COSTA dan FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya kembali menyerang aparat keamanan dari kesatuan Brigade Mobil Polri di Kabupaten Nduga, Papua, tepatnya di Distrik Mugi, Rabu (20/3/2019). Serangan itu menyebabkan Bhayangkara Dua Aldy gugur. Adapun dua rekannya, yakni Inspektur Dua Arif Rahman dan Bhayangkara Dua Ravi Kurniawan, mengalami luka tembak.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Martuani Sormin, saat dikonfirmasi, Rabu, membenarkan insiden penembakan terhadap tiga anggota Brimob tersebut. ”Tim telah mengevakuasi ketiga korban dari Mugi ke Timika (Kabupaten Mimika) beberapa jam pascainsiden tersebut. Mereka dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Mimika,” kata Martuani.
Menurut data yang dihimpun dari Polda Papua, ketiga korban ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) Egianus dari ketinggian perbukitan ketika mengamankan distribusi logistik makanan yang dibawa menggunakan helikopter di Lapangan Terbang Mugi, Rabu, pukul 07.30 WIT.
Standar prosedur pengamanan, khususnya saat mengamankan distribusi logistik di lapangan terbang di daerah rawan gangguan KKB, akan dievaluasi.
Aldy gugur karena terkena tembakan di tubuhnya. Adapun Arif mengalami luka tembak di bahu kiri dan Ravi terluka di pinggang kanan.
Martuani menuturkan, pihaknya tak bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait insiden penembakan di Mugi sebab ketiga korban berasal dari Satuan Brimob Markas Besar Polri. ”Dankor (Komandan Korps) Brimob yang berwenang memberikan keterangan terkait aksi penembakan ini,” ujarnya.
Martuani pun menyatakan, pihaknya akan mengevaluasi standar prosedur pengamanan, khususnya saat mengamankan distribusi logistik di lapangan terbang di daerah rawan gangguan KKB. Personel yang bertugas di sana diminta selalu waspada dalam kondisi apa pun.
Perlu dukungan
Dihubungi secara terpisah, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel (Inf) M Aidi mengatakan, di lokasi penembakan itu tidak ada personel TNI. Saat ini, sebanyak 200 personel TNI tersebar di sejumlah titik di Nduga.
Keberadaan personel TNI di sana dimaksudkan untuk ikut mengawasi pembangunan jalan Trans-Papua, melindungi warga sipil dari ancaman kelompok kriminal bersenjata, serta melakukan pengejaran terhadap kelompok tersebut.
Peristiwa penembakan tersebut memberi pesan bahwa kelompok kriminal itu tidak akan berhenti mengganggu keamanan di wilayah Papua. Belakangan ini, korban dari pihak sipil dan aparat, baik TNI maupun Polri, terus berjatuhan. ”Kondisi ini memerlukan dukungan dari semua pihak untuk menumpas kelompok yang merongrong kedaulatan negara,” kata Aidi.
Menurut Aidi, kelompok itu menguasai wilayah hutan dan gunung sehingga mereka dengan mudah melakukan penembakan pada jarak yang tidak jauh dari keberadaan aparat keamanan, yakni kurang dari 300 meter. Setelah menembak, mereka lalu melarikan diri lewat jalur yang sulit dideteksi aparat.
Aidi pun mengaku kecewa dengan gerakan sejumlah kelompok yang meminta agar TNI dan Polri ditarik dari Papua. Hal ini memberi kesan bahwa seolah aparat yang menjadi dalang terjadinya gangguan keamanan di Papua. Padahal, keberadaan aparat di sana untuk melindungi masyarakat, melakukan penegakan hukum, dan menjaga kedaulatan negara.
Sebelumnya, pada 7 Maret 2019, kelompok Egianus yang berjumlah 50-70 orang menyerang Satuan Tugas Penegakan Hukum (Satgas Gakkum) TNI yang hendak memasuki wilayah Mugi, Nduga. Tiga anggota satgas gugur dalam insiden ini, yakni Sersan Satu Anumerta Mirwariyadin, Sersan Satu Anumerta Yusdin, dan Sersan Satu Anumerta Siswanto Bayu Aji.
KKB telah terlibat dalam 34 kasus penembakan pada 2018 hingga 20 Maret 2019. Aksi kelompok ini menyebabkan korban meninggal sebanyak 23 warga sipil dan 13 aparat keamanan dari TNI serta Polri. Sementara korban luka dari warga sipil sebanyak 7 orang dan aparat keamanan 12 orang.
Pengamanan pemilu
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, pihaknya akan menindak tegas kelompok yang hendak mengganggu tahapan distribusi logistik, pemungutan suara, hingga tahapan rekapitulasi Pemilu 2019 di Papua. Hal itu termasuk menggunakan senjata api untuk melumpuhkan gangguan tersebut.
”Apabila anggota KKB menggunakan senjata api dan senjata lain seperti parang untuk menggagalkan tahapan pemilu, anggota kami segera mengeluarkan tembakan. Kami tak akan lagi mengeluarkan tembakan peringatan,” ujar Ahmad.
Ia mengatakan, pengamanan untuk tempat pemungutan suara di daerah rawan teror lebih diperketat bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Sejumlah kabupaten yang menjadi perhatian khusus pengamanan Polri dalam pelaksanaan pemilu di Papua antara lain Nduga, Puncak, Puncak Jaya, dan Lanny Jaya.
”Kami menyiapkan sekitar 11.000 personel untuk pengamanan tahapan pemilihan presiden dan anggota legislatif di Papua pada 17 April mendatang. Sebanyak 60 persen dari kekuatan ini dikerahkan di daerah rawan gangguan keamanan,” kata Ahmad.