Survei ”Kompas”, Pemilih Partai Memilih Capres-Cawapres Lawan
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Loyalitas pemilih partai-partai politik pengusung kedua calon presiden-calon wakil presiden belum maksimal mendukung calon, di antaranya yang menonjol Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional. Kedua partai itu pun berkomitmen untuk terus menyosialisasikan agar pemilih partai ikut memilih kandidat presiden-wakil presiden yang diusung partai.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas yang dirilis di harian Kompas dan Kompas.id, Rabu (20/3/2019), loyalitas pemilih Partai Golkar terhadap calon presiden-calon wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin hanya 55,1 persen. Sementara 41,7 persen lainnya justru mendukung kompetitor, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Sisanya, 3,2 persen, memilih merahasiakan jawaban atau tidak menjawab.
Loyalitas pemilih Partai Golkar itu paling rendah di antara lima partai politik pengusung Jokowi-Amin yang dianalisis Litbang Kompas.
Adapun dari kubu Prabowo-Sandi, loyalitas pemilih Partai Amanat Nasional paling rendah dari empat partai pengusung Prabowo-Sandi yang dianalisis Litbang Kompas. Pemilih PAN yang mendukung Prabowo-Sandi sebesar 63,2 persen, sedangkan 35,1 persen justru memilih kompetitor, Jokowi-Amin. Sisanya, 1,7 persen, memilih merahasiakan jawaban atau menjawab tidak tahu.
Survei ini melibatkan 2.000 responden yang tersebar secara acak di 34 provinsi Indonesia, menggunakan teknik pencuplikan sistematis bertingkat dengan tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian 2,2 persen.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Tubagus Ace Hasan Syadzily, di Jakarta, Rabu, mengatakan, belum optimalnya pilihan pemilih Partai Golkar ke Jokowi-Amin terkendala pilihan Golkar di Pemilu Presiden 2014.
Saat itu, Golkar mengusung Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa. Dengan posisi itu, sebagian pemilih Golkar masih berpikir Golkar kembali mengusung Prabowo di Pilpres 2019.
”Tidak mudah mengubah itu. Tetapi, jika dibandingkan dengan Pilpres 2014, di mana pemilih Golkar hanya 15-18 persen yang memilih Jokowi, tentu hasil kali ini menunjukkan peningkatan yang signifikan,” katanya.
Sementara Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno mengklaim loyalitas pemilih PAN justru tertinggi di antara partai politik pengusung Prabowo-Sandi lainnya.
Hal itu, ujarnya, terlihat dari intensnya PAN mengikuti agenda Prabowo-Sandi di daerah-daerah, bahkan ikut membantu menyukseskan acara itu.
”Kami sudah berkeliling di kabupaten/kota bersama pasangan Prabowo-Sandi. Jadi, saya kira, loyalitas pemilih partai kami masih yang tertinggi,” ujarnya.
Baik Golkar maupun PAN menyatakan komitmen untuk meningkatkan elektabilitas capres-cawapres yang diusung partai masing-masing di sisa sekitar satu bulan masa kampanye. Kedua partai itu berjanji akan lebih intens menyosialisasikan capres-cawapres kepada masyarakat.
”Di sisa waktu ini yang perlu dilakukan adalah mendatangi warga, dari rumah ke rumah, dari pintu ke pintu. Saat ini sudah tidak bisa lagi berkampanye di media sosial,” kata Eddy.
Ace menyatakan, Golkar bertumpu pada setiap calon anggota legislatif (caleg) Golkar di tiap daerah pemilihan untuk menyosialisasikan Jokowi-Amin selain mengampanyekan diri dan Golkar.
”Caleg kami arahkan untuk terus mengampanyekan Jokowi-Amin di tiap daerah, baik lewat terjun langsung ke masyarakat maupun sosialisasi melalui alat peraga kampanye,” tutur Ace.
Selain itu, kedua partai itu juga menyatakan akan memberikan sanksi tegas kepada semua kadernya yang secara eksplisit tidak mengikuti arahan partai. Ini penting karena sikap berbeda dari kader partai, apalagi itu dikemukakan oleh figur penting di partai, bisa membingungkan pemilih partai dalam menentukan capres-cawapres yang akan dipilih pada 2019. (DIONISIO DAMARA)