Lebih kurang dua tahun Achmad Zunaidi berjualan pecel lele. Jauh sebelum itu, lelaki berusia 49 tahun itu adalah pedagang roti bakar. Selama menjadi pedagang lebih kurang 20 tahun, Achmad selalu berupaya melayani dengan keramahan karena baginya pelanggan adalah sumber rezeki.
Hal itu pula yang dia lakukan saat kembali berjualan pada Sabtu (9/3/2019) sore di halaman rumahnya di Jalan Raya Jatimakmur, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat. Hingga Minggu (10/3/2019) dini hari, sekitar 30 pelanggan telah dilayani dan mendapatkan omzet mencapai Rp 600.000.
Sekitar pukul 02.00, tanpa menaruh curiga, dua lelaki bertubuh kekar yang menghampiri lapak jualannya dia terima dengan ramah. Meskipun aroma minuman keras dari mulut kedua lelaki itu menusuk hidung Achmad, dia dengan sabar melayani permintaan mereka untuk menyiapkan 4 potong pecel lele, 2 potong tahu, dan 2 piring nasi.
Namun, karena hari sudah berganti, proses membersihkan lele hingga dibawa ke penggorengan membutuhkan waktu lebih lama karena lele baru dibersihkan saat ada pelanggan. Tujuannya agar lele tidak terlalu lama disimpan dan mengering.
Empat ekor lele yang masih hidup harus dipotong terlebih dahulu sebelum dibersihkan dan dibumbui. Proses itu sepenuhnya dikerjakan karyawan Achmad, Joan (21).
Achmad yang menanti proses pembersihan lele itu menunggu sembari membolak-balikkan potongan tahu di dalam penggorengan. Proses yang membutuhkan waktu paling cepat 15 menit itu rupanya membuat dua pelanggannya tak lagi sabar.
Hanya melalui teguran, ”Kok lama”, yang direspons Achmad ”Bentar lagi”, tiba-tiba tinju pun melayang pada bagian tengkuk Achmad.
Achmad yang dalam posisi tidak siap itu jatuh terkapar. Meskipun sempat berusaha melawan, kebrutalan dua pelanggan yang memukul dan menginjak dengan membabi buta membuat Achmad tak sadarkan diri.
Menurut adik kandung korban, Aden (36), ketika peristiwa itu terjadi, dirinya sudah tidur. Dia baru sadar dan bergegas ke luar saat mendengar keributan. Aden yang berupaya melerai perkelahian itu juga turut dipukul menggunakan balok. Akibatnya tangan bagian kirinya pun mengalami luka robek.
”Saya sempat berusaha melawan karena mereka enggak mau kompromi. Tetapi, karena dia pakai balok, saya menghindar dan hubungi teman-teman yang lain,” ucapnya.
Saat Aden menghindar, Achmad terus dipukul dan diinjak. Gerobak dagangannya juga dirobohkan. Setelah puas memorak-morandakan gerobak itu, mereka bergegas pergi menggunakan sepeda motor.
Achmad, saat ditemui di rumahnya, Rabu (20/3/2019), di Pondok Gede, Kota Bekasi, tampak bekas lebam masih membekas di wajahnya. Kelopak matanya membiru. Bola mata bagian kiri juga masih memerah. ”Saya kalau bangun tidur lihat tidak jelas, kabur semua. Mungkin pengaruh dari benturan di kepala,” kata lelaki Betawi itu.
Achmad yang baru selesai menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Polri Kramatjati itu mengaku, dari hasil rontgen, diketahui salah satu tulang rusuk kanannya patah. Dia harus dipapah atau setidaknya menggunakan tongkat saat berjalan.
Pelat palsu
Kepala Kepolisian Sektor Pondok Gede Komisaris Suwari saat dihubungi mengatakan, kasus penganiayaan itu masih dalam penyelidikan aparat kepolisian. Dia memastikan pelaku penganiayaan merupakan warga biasa yang kemungkinan setiap malam berkeliaran di sekitar wilayah Pondok Gede.
”Kami masih menunggu korban sehat dulu. Yang bersangkutan sudah divisum, tetapi belum bisa dilakukan BAP (berita acara pemeriksaan),” katanya.
Polisi juga telah menelusuri nomor polisi sepeda motor merek Yamaha Vixion yang dikendarai pelaku. Namun, sepeda motor dengan nomor polisi B 3633 SSR itu ternyata palsu.
Nomor polisi dari motor itu didapatkan korban yang sempat memotret motor pelaku saat mereka menghampiri gerobak Achmad. Kebiasaan itu sudah berulang kali dia lakukan ketika malam semakin larut.
”Saya tidak pernah ada musuh. Tempat ini juga dari saya kecil, pedagang yang jualan di sini aman. Tetapi, karena kerja saya tengah malam, makanya lebih waspada. Saya sengaja foto, buat jaga-jaga,” kata Achmad. (STEFANUS ATO)