Banjir melanda lagi sejumlah wilayah di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu (20/3/2019) malam. Sejumlah rencana terganggu, sedangkan pengungsi dan warga terus khawatir.
SENTANI, KOMPAS — Hujan setiap hari di area Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, membuat penanganan pascabanjir bandang mengalami hambatan. Selain genangan yang memacetkan lalu lintas dan kekhawatiran pada banjir susulan, rencana perjalanan tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, untuk memastikan kondisi hulu Pegunungan Cycloop tertunda.
Rabu sore, lalu lintas di ruas jalan utama di Distrik Sentani macet panjang akibat material lumpur dan genangan air yang tidak kunjung surut.
Hingga kemarin, tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, belum bisa mengecek penyebab banjir bandang di daerah hulu Cagar Alam Cycloop. Tim dibentuk untuk menyelidiki penyebab utama banjir bandang yang hingga Rabu kemarin menyebabkan 101 orang tewas, 93 orang hilang, dan 10.055 orang mengungsi.
”Daerah sekitar hulu masih ada jalur longsor karena hujan deras di daerah Sentani dan sekitarnya,” ujar Kepala Tim PVMBG Agus Budianto, Rabu, di Kampung Doyo Baru, Jayapura.
Tim masih melihat jalur limpasan air dari setiap lokasi yang terdampak kerusakan parah di Distrik Sentani. Selain itu, tim juga mengamati material yang terbawa air saat banjir bandang.
”Material awal yang kami temukan seperti bebatuan besar dan pasir dari atas Gunung Cycloop. Kami masih perlu mengumpulkan bukti lain apakah material ini terbawa air karena kerusakan akibat manusia atau gejala alam,” katanya.
Nantinya, hasil penyelidikan dari PVMBG ini akan dijadikan rujukan bagi Pemerintah Provinsi Papua apakah perlu merelokasi warga atau tidak. Juga bisa dilihat ancaman permanen yang harus diantisipasi.
”Waktu penyelidikan kami terbatas hanya satu minggu. Jika cuaca tidak mendukung, harus menggunakan citra satelit dan membandingkan kondisi cagar alam ini setiap tahun,” ujar Budianto.
Kepala Polres Jayapura, selaku ketua tim penanggulangan bencana, Ajun Komisaris Besar Victor Mackbon mengatakan, hujan lebat juga mengakibatkan genangan air tidak kunjung surut sehingga mengganggu arus lalu lintas.
”Arus lalu lintas kami prioritaskan untuk distribusi bantuan logistik ke sejumlah posko. Selain itu, kami juga harus selalu waspada setiap malam untuk mengantisipasi banjir bandang susulan,” katanya.
Banjir lagi
Rabu malam pukul 22.00 WIT, hujan deras masih turun di Sentani. Jalan di dalam Kompleks Perumahan Sosial di kaki Gunung Cycloop menjadi jalan air yang mengalir deras, layaknya sungai.
Prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan lebat disertai halilintar hingga Kamis pukul 01.00 WIT masih akan melanda wilayah Jayapura Utara, Kota Jayapura, Jayapura Selatan, dan sekitarnya, yang meluas ke Heeram, Sentani, Abepura, dan sekitarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Welliam R Manderi mengimbau masyarakat terus waspada karena curah hujan masih tinggi. Potensi banjir susulan masih ada dan masyarakat tidak boleh meninggalkan posko pengungsian yang telah ditetapkan.
Bawen (54), warga dari Kampung Nolokla, Distrik Sentani, mengatakan, sudah hampir tiga malam dirinya tidak bisa tidur karena takut banjir susulan. Ia tidak mengungsi karena menjaga rumah.
”Saya tidak bisa meninggalkan rumah karena harta benda di sini semua,” ujarnya. Kemarin, rencana pemakaman 40 jenazah ditunda. Masih ada pihak keluarga yang ingin jenazah diidentifikasi lebih lanjut.
”Awalnya, Wakil Gubernur Papua merencanakan pemakaman massal, Rabu, tetapi kami harus berdialog lagi dengan keluarga korban,” kata Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal.
Di Jakarta, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, pendataan kerusakan perumahan dan infrastruktur lain mulai dilakukan.
”Kami juga akan evaluasi kawasan di cagar alam. Beberapa laporan sudah diterima, tetapi kami perlu penelitian lebih komprehensif apa penyebab utama banjir bandang. Ada faktor curah hujan, topografi, dan manusianya,” kata Doni seusai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla. (DVD/FLO/LAS)