JAKARTA, KOMPAS – Jakarta Timur tercacat sebagai wilayah tertinggi di DKI Jakarta dalam kasus demam berdarah dengue (DBD), yaitu mencapai 982 kasus sepanjang 2019. Pemerintah dan warga diminta waspada karena ancaman penularan DBD diperkirakan masih tinggi sampai bulan April.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dari Januari hingga 19 Maret 2019, tercatat 3.340 kasus DBD seluruh DKI Jakarta. Di Jakarta Timur terjadi 982 kasus, Jakarta Barat 966 kasus, Jakarta Selatan 904 kasus, Jakarta Utara 286 kasus, Jakarta Pusat 200 kasus, dan Kepulauan Seribu 2 kasus.
Tingginya kasus DBD di DKI menyebabkan dua orang meninggal di Jakarta Timur. Seorang remaja berusia 17 tahun meninggal pada Februari lalu di sebuah rumah sakit swasta akibat dengue shock syndrome. Korban DBD lainnya yaitu, balita berusia 4,5 tahun asal Jatinegara, Jakarta Timur.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, kasus DBD di DKI Jakarta masih tinggi dan diprediksi akan berlangsung hingga April.
“Jika melihat pola DBD dari setiap tahun, puncak penyebaran kasus DBD akan terjadi pada bulan April. Kami bekerja sama dengan BMKG dan punya model prediksi dengan program DBD clean. Kami melihat potensi naik turun kasus DBD berdasarkan pola curah hujan dan kelembaban. Jika kelembaban masih diatas 75 persen, artinya bisa memprediksi angka insiden,” kata Dwi, Kamis (21/3/2019).
Menurut Dwi, masih tingginya kelembaban udara di Jakarta membuat nyamuk berpotensi berkembang biak. Oleh karena itu, semua pihak harus tetap waspada. Pemerintah perlu terjun langsung memantau wilayahnya masing-masing. Selain itu, perilaku menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci penting.
“Warga harus menjadi kader juru pemantau jentik mandiri dengan aksi 3 M (menguras, menutup, mengubur) dan aksi PSN (pemberantasan sarang nyamuk),” lanjutnya.
Persentase terbesar pasien DBD adalah anak-anak berusia 7-14 tahun. Upaya penanganan dan pencegahan dilakukan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta dengan memetakan wilayah atau RW-RW rawan DBD. Informasi wilayah rawan diteruskan kepada pihak terkait untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pengasapan (fogging). Daerah rawan DBD berada di Kalideres, Cipayung, Pasar Rebo, Matraman, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Cengkareng, Pesanggrahan, Ciracas, dan Mampang Prapatan.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga tengah memetakan sekolah-sekolah rawan DBD. Hal ini dilakukan karena jumlah pasien terbanyak adalah anak sekolah dan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor virus DBD aktif sekitar pukul 10.00 yang merupakan jam sekolah.
Wakil Kepala Dinas DKI Jakarta Bowo Irianto mengatakan, pihaknya sudah membuat surat edaran yang menghimbau sekolah-sekolah menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk. Surat edaran itu ditujukan kepada semua sekolah di DKI Jakarta sejak Januari.
“Untuk pemetaan sekolah rawan, koordinasi dilakukan oleh pihak puskesmas datang memantau di wilayah. Puskesmas akan memberi tahu sekolah asal pasien DBD untuk tindakan pemberantasan sarang nyamuk,” kata Bowo.
Sementara itu, Pemerintah Kota Jakarta Timur terus menggalakan PSN dengan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur, Plus segala bentuk pencegahan lainnya). Langkah ini dilakukan secara intens tiga kali dalam seminggu untuk mencegah merebaknya wabah DBD yang masih tergolong tinggi di Jakarta Timur.
Beberapa wilayah yang dipantau, seperti di Kecamatan Kramatjati, tercatat dari Januari hingga Maret 2019, ditemukan 89 kasus DBD. Dari kasus tersebut, terdapat 38 orang warga Kelurahan Dukuh positif terjangkit DBD. Selanjutnya, Kecamatan Matraman ditemukan 58 kasus, dan Kecamatan Cipayung 99 kasus.
Camat Kramatjati Eka Darmawan mengatakan, meski dalam bulan ini telah terjadi penurunan bahaya DBD di Kecamatan Kramatjati, dirinya terus meminta kepada seluruh kader jumantik mewaspadai merebaknya wabah DBD, karena berdasarkan pemantauannya masih ditemukan jentik.
“Kami bersyukur, di bulan Maret ini ada penurunan kasus DBD. Namun, harus penuh kewaspadaan, terutama memperbaiki kebersihan lingkungan dan mendorong masyarakat untuk hidup bersih dan sehat,” kata Eka.
Meski angka kasus DBD telah menurun, ia berharap agar warga tetap mengedepankan pola hidup sehat. Ia pun mengajak warga untuk mendukung program pemerintah dalam menuntaskan kasus DBD di Jakarta Timur.
Sekretaris Kota Administrasi Jakarta Timur Usmayadi Usmayadi mengatakan, pencegahan DBD harus serius dilakukan dengan cara PSN dan menyebar kader Jumantik. Ia berharap, warga tidak hanya mengandalkan aksi PSN, tetapi warga juga menjadi jumantik mandiri dengan aksi 3M.