Pemakaian Bahasa Ibu Mempercepat Pemahaman Konsep Pembelajaran
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
Selain sebagai alat komunikasi, bahasa ibu juga medium pembelajaran individu mengenai lingkungan, budaya, dan norma. Penggunaan bahasa ibu di sekolah diharapkan membantu siswa memahami konsep pembelajaran.
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan bahasa ibu untuk pendidikan anak usia dini dan kelas-kelas awal sekolah dasar membantu siswa agar cepat menangkap dan memahami konsep pembelajaran. Dari segi literasi, penggunaan bahasa ibu yang dikemas secara sistematis juga dapat menambah kemampuan siswa membaca dan menulis dalam Bahasa Indonesia.
Bahasa ibu berperan sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Selain sebagai alat berkomunikasi, bahasa ibu juga medium pembelajaran individu mengenai lingkungan, budaya, dan norma. Data Badan Bahasa tahun 2015 menyebutkan bahwa sebanyak 79 persen penduduk Indonesia masih berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu
"Akan tetapi, umumnya di sekolah bahasa ibu kurang digunakan. Siswa yang baru masuk kelas I langsung diminta berbicara dengan memakai Bahasa Indonesia," kata Kepala Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dadang Sunandar dalam acara Temu INOVASI bertema “Pemanfaatan Bahasa Ibu: Solusi Lokal Peningkatan Kemampuan Literasi Siswa SD Kelas Awal” di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Akibatnya, siswa mengalami kekagetan ketika masuk sekolah. Mereka tergagap ketika diminta berbicara dan menulis menggunakan bahasa Indonesia yang jarang mereka pakai untuk bertutur sehari-hari. Hal ini ditambah dengan stres yang dialami siswa karena harus belajar bersosialisasi dengan banyak orang di sekolah.
“Menurut data UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa), 50 persen siswa di dunia yang putus sekolah adalah karena mereka tidak memahami pelajaran akibat dipaksa langsung menggunakan bahasa nasional yang tidak mereka kuasai dengan baik,” tutur Dadang.
Sebanyak 50 persen siswa di dunia yang putus sekolah adalah karena mereka tidak memahami pelajaran akibat dipaksa langsung menggunakan bahasa nasional yang tidak mereka kuasai dengan baik.
Bertahap
Pakar linguistik dari Yayasan Sulinama Johnny Tjia menjelaskan, pada masa pendidikan anak usia dini hingga taman kanak-kanak disarankan agar sepenuhnya menggunakan bahasa ibu karena pada masa ini anak baru mengenal konsep keakuan, lingkungan sekitar, dan aturan.
Di saat anak menginjak usia 6 tahun, umumnya pada level TK B, baru mulai disisipkan Bahasa Indonesia sebanyak 5 persen. Bentuknya bisa seperti sapaan dan nyanyian.
“Kemampuan mengenal Bahasa Indonesia sangat ditentukan oleh letak geografis. Kampung-kampung dengan akses lancar ke perkotaan umumnya memiliki masyarakat yang mengerti Bahasa Indonesia, namun tidak lancar dalam bertutur kata,” ujar Johnny.
Menurut dia, permasalahan dalam penggunaan bahasa ibu untuk pembelajaran adalah guru belum memiliki sistem menentukan tahapan. Mereka mencampuradukkan bahasa ibu dengan Bahasa Indonesia sehingga tidak membantu siswa memahami pelajaran maupun memperlancar Bahasa Indonesia.
Permasalahan dalam penggunaan bahasa ibu untuk pembelajaran adalah guru belum memiliki sistem menentukan tahapan. Mereka mencampuradukkan bahasa ibu dengan Bahasa Indonesia.
Untuk itu, ia mengatakan, caranya ialah memerhatikan kemampuan siswa secara umum di sekolah. Misalnya, pada kelas I SD, penggunaan bahasa ibu mencakup 90 persen pembelajaran, sisanya dengan Bahasa Indonesia. Semakin naik kelasnya, semakin banyak persentase pemakaian bahasa nasional.
Guru Kelas I SDN Sari Kalampa, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat Nurdiana mengungkapkan, ia selalu menggunakan bahasa ibu untuk mengenalkan materi baru kepada siswa. Biasanya, butuh waktu tiga sampai lima hari untuk benar-benar mendalami konsep dan baru kemudian beralih menggunakan Bahasa Indonesia. Itu pun masih diselingi dengan bahasa ibu.
Prinsip serupa juga diyakini oleh Susana Santi Tanggu, guru Kelas I SD Praibakul, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Ia membuat permainan mengenal abjad dengan menggunakan bahasa daerah. Ia memanfaatkan Bantuan Operasional Sekolah untuk membuat alat bantu sederhana berupa karton bergambar.
"Misalnya, kata berawal huruf A dalam bahasa Sumba Timur adalah ‘ama’ yang berarti ‘bapak’. Siswa bisa belajar abjad sekaligus Bahasa Indonesia,” tuturnya.
Kedua guru mengatakan, tidak apa-apa siswa menulis kata dengan menggunakan bahasa ibu karena yang paling penting mereka mengenal abjad dan angka. Setelah itu, secara bertahap mereka belajar menerjemahkan berbagai kata dalam bahasa ibu ke Bahasa Indonesia.