Pertahankan Suku Bunga, The Fed Fokus Jaga Daya Beli
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve atau The Fed, pertahankan tingkat suku bunga acuan demi mendorong pertumbuhan lapangan pekerjaan dan menjaga stabilitas daya beli. Langkah ini mengabaikan proyeksi dua kali kenaikan suku bunga tahun ini, yang disinyalkan The Fed pada Desember 2018.
Dalam situs resminya, The Fed menyampaikan, hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berlangsung 19-20 Maret 2019 waktu setempat memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga pada kisaran 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Gubernur The Fed, Jerome Powell, bahkan mengisyaratkan tidak akan menaikkan suku bunga pada tahun ini akibat adanya indikasi perlambatan ekonomi yang berdampak pada menurunnya tingkat daya beli masyarakat di Amerika Serikat (AS).
The Fed mengisyaratkan tidak akan menaikkan suku bunga pada tahun ini akibat adanya indikasi perlambatan ekonomi
“Sebelum prospek pertumbuhan lapangan pekerjaan dan inflasi membaik, kami akan mengubah arah kebijakan,” ujarnya dalam konferensi pers hasil rapat FOMC di Washington DC, AS, Rabu (20/3/2019) waktu setempat.
Berbeda dengan proyeksi sepanjang tahun lalu, para petinggi The Fed saat ini tidak lagi melihat perlunya menaikkan suku bunga untuk menjaga inflasi tahun ini bertahan di bawah target 2 persen. The Fed memangkas proyeksi kenaikan suku bunga tahun ini dari dua kali menjadi tidak sama sekali.
The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS tahun ini hanya akan tumbuh di kisaran 2,1 persen, jauh lebih rendah dari capaian tahun 2018 lalu yakni 3 persen. Pertumbuhan ekonomi AS tahun ini dibebani oleh perlambatan pertumbuhan belanja rumah tangga dan investasi bisnis sejak awal tahun.
Namun, Powell tetap optimistis proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tetap akan positif. Pemangku kebijakan moneter di AS dinilai hanya perlu melakukan penyesuaian sikap agar ekonomi AS tetap tumbuh sehat. “Ini adalah waktu yang tepat bagi kami untuk bersabar,” ujarnya.
Penyelarasan
Chief Economist regional ASEAN, HSBC Global Research, Joseph Incalcatera, menilai Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung 20-21 Maret 2019 perlu menyelaraskan kebijakan suku bunga acuan dengan sikap The Fed. Saat ini BI dinilai belum perlu memangkas tingkat suku bunga acuan yang saat ini berada di level 6 persen.
“Kondisi internal dinilai masih terlalu berisiko jika kebijakan moneter BI diarahkan lebih longgar saat ini. Lemahnya pertumbuhan deposito memang menciptakan kondisi likuiditas perbankan yang ketat,” ujar Incalcatera.
Dia berharap, BI tetap mempertimbangkan kondisi pertumbuhan ekonomi global dan situasi ekonomi domestik, dalam pengambilan keputusan pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Level 6 persen dinilai masih sangat ideal sebagai daya tarik modal asing untuk masuk dan tinggal lebih lama di pasar keuangan Indonesia.
“BI juga perlu melihat stabilitas di Tanah Air terlebih dahulu karena masalah defisit transaksi berjalan hingga saat ini masih menjadi persoalan sehingga capital inflow tetap dibutuhkan,” kata Incalcatera. (REUTERS)