Polisi Dalami Perusakan Kompleks Ponpes dan Masjid di Banyumas
Kepolisian Resor Banyumas mendalami kasus perusakan peralatan Masjid Jami’ Daarussalam di Desa Buniayu, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Di Pondok Pesantren Miftahul Falah, tanaman buah ditebangi oknum tidak bertanggungjawab.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS – Jajaran Kepolisian Resor Banyumas mendalami kasus perusakan sejumlah titik di sekitar Pondok Pesantren Miftahul Falah dan Masjid Jami’ Daarussalam di Desa Buniayu, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Perlengkapan di dalam masjid diobrak-abrik dan tanaman buah di kebun pondok ditebangi oknum tidak bertanggungjawab.
“Untuk jumlah orang (atau pelaku) belum dapat kami simpulkan, tapi dari keterangan saksi saat penebangan pohon ada suara orang berkomunikasi. Kemungkinan pelakunya lebih dari 1 orang, tapi kami tidak tahu ada berapa orang. Kami masih melakukan penyelidikan,” kata Kepala Kepolisian Resor Banyumas Ajun Komisaris Besar Bambang Yudhantara Salamun, Kamis (21/3/2019) di Buniayu, Banyumas.
Bambang menyampaikan, pihaknya mengerahkan sekitar 20 personel baik dari Inafis maupun tim penyidik untuk mendalami kasus ini. Resor Banyumas juga berkoordinasi dengan Polda Jawa Tengah serta Mabes Polri untuk mengungkap kasus perusakan ini. “Ada 8 orang saksi yang kami kumpulkan untuk dilakukan pemeriksaan di kantor polsek. Barang bukti yang diamankan antara lain pohon-pohon yang ditebang dan batu yang diduga dipakai pelaku untuk melempar keramik,” papar Bambang.
Kiyai Abdul Majid Pengasuh Tempat Pendidikan Al-Qu\'ran (TPQ) Daarussalam menyampaikan, pada Kamis dini hari dirinya terbangun sekitar pukul 04.15 karena mendengar suara benturan seperti lemparan batu ke arah rumahnya sebanyak 2 kali. Ternyata ditemukan batu. Batu itu memecah lantai keramik teras rumahnya yang sedang dibangun.
Setelahnya, saat hendak shalat subuh di masjid, kondisi masjid berantakan dan karpet berada di luar. “Karpet di masjid itu kotor semua. Sandal ada di pengimaman dan ada juga karpet yang diletakan di jalan,” kata Abdul.
Saat itu, Abdul masih berpikir hal itu adalah perbuatan orang gila. Namun setelah shalat dan menuju TPQ, ada sekitar 50 kitab untuk mengaji dibuang ke dalam sumur. “Itu kajian kitab fikih, pendidikan akhlak, pendidikan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Itu dibuang ke sumur semua. Ini saya tanda tanya kenapa terjadi di masjid, di tempat pendidikan, dan rumah saya. Saya berpikir ini bukan hal sara, ras, atau agama, bukan masalah partai, caleg, presiden, tapi ini yang melakukan adalah orang yang tidak mempunyai akhlak, moral, dan tidak punya agama,” papar Abdul.
Sekitar 500 meter sebelah selatan dari masjid tersebut, yaitu di Ponpes Miftahul Falah, ada pula perusakan tanaman buah di 3 titik, yaitu terpal gulungan padi yang ditusuk benda tajam, kemudian 4 buah pohon durian disayat benda tajam, serta sebanyak 23 batang pohon jati usia 2 tahun ditebang. “Kejadian sekitar jam 3 pagi. Ada orang yang menebang pohon, tapi saya tidak berani keluar,” kata Zamzuri (79) warga yang rumahnya berada di sebelah kebun pondok pesantren.
Baik Abdul maupun Kiyai Muhammad Daelami Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falah menyampaikan, selama ini tidak pernah ada konflik sosial di antara masyarakat. “Selama ini tidak pernah ada masalah di tempat ini,” ujar Daelami yang mengasuh 180 santri, terdiri dari 100 santri laki-laki dan 80 santri perempuan usia SMP hingga kuliah.
Kepala Dusun II Desa Buniayu Sumardi juga mengatakan warganya selama ini hidup damai berdampingan satu sama lain. “Selama ini suasana damai. Warga di sini juga senang mengaji di TPQ,” tutur Sumardi.
Pengurus Pondok Pesantren Miftahul Falah Muhamad Fatulah berharap kasus ini bisa segera diungkap dan pelaku ditangkap karena membuat resah serta perlu dibongkar apa motif dari tindakan ini. Fatulah juga menyampaikan, di luar situasi menjelang pilpres, di desa itu juga sedang persiapan pemilihan kepala desa pada Juli mendatang.
Menanggapi kasus tersebut, Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Banyumas Setia Rahendra mengimbau agar warga tidak panik dan menyerahkan kasus ini kepada kepolisian. “Masyarakat harus hati-hati. Jangan mudah terprovokasi,” kata Setia.
Masyarakat harus hati-hati. Jangan mudah terprovokasi. (Setia Rahendra)
Di lokasi kejadian, Kamis siang sejumlah titik dipasangi garis polisi dan tim dari kepolisian melakukan identifikasi dan olah kejadian perkara. Kondisi masjid yang dikotori pelaku sudah dibersihkan dan sudah dipakai lagi untuk beribadah.
Kasus Cilacap
Kasus gangguan keamanan yang diduga teror juga terjadi di Pasar Sampang, Cilacap pada Selasa (19/2/2019) lalu. Pada pagi, di sana ditemukan benda mencurigakan yang semula dikira bom oleh warga.
"Setelah dilakukan pemusnahan isinya cuma pasir dengan pakaian-pakaian. Jadi memang ada kelompok yang menaruh barang itu dan ini masih dilakukan penyelidikan. Yang pasti itu bukan bom," kata Kepala Kepolisian Resor Cilacap Ajun Komisaris Besar Djoko Julianto, saat itu di Cilacap.
Djoko mengatakan, benda yang telah diledakkan oleh tim Gegana Polda Jawa Tengah itu tidak berbahaya kendati ada kabel-kabel dan timer yang ditempelkan di bagian luar bingkisan. "Kami mengimbau kepada masyarakat khususnya di Kabupaten Cilacap tidak usah takut, tidak usah panik. Kita bersama-sama menjaga situasi ini. Kalau ada sekecil apapun informasi silakan disampaikan," katanya.