Seminar Batik di Berlin Promosikan "Brand" Indonesia
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
BERLIN, KAMIS - Kedutaan Besar Indonesia untuk Jerman, Kamis (21/3/2019), melaporkan, pihaknya telah menggelar seminar bertajuk "Batik Heritage" di Berlin, Selasa (19/3). Selain untuk memperkenalkan batik, kegiatan itu merupakan bagian dari upaya promosi Indonesia di Jerman.
Seminar digelar di kediaman Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, di Berlin. "Harapan kita, mereka tidak hanya akan menghargai batik sebagai bagian dari budaya Indonesia, tetapi juga akan tertarik berkunjung ke Indonesia," kata Oegroseno dalam sebuah keterangan yang diterima Kompas.
Acara Batik Heritage dihadiri oleh sekitar 50 orang dari perhimpunan wanita yang tergabung dalam klub diplomat Jerman, Willkommen in Berlin (WiB). Dalam acara itu, ada presentasi mengenai batik, praktek membatik, serta peragaan memakai kain dan sarung batik. Para tamu juga dihidangkan dengan makanan khas Indonesia, yakni bakso dan siomai.
Saat membuka acara, istri Dubes Indonesia untuk Jerman, Sartika Oegroseno, menjelaskan, batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2009 sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Rakyat Indonesia kemudian memperingati 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.
“Anda akan bisa lihat semua orang pakai batik pada tanggal tersebut. Kalau tidak percaya, silahkan anda berkunjung ke Indonesia tanggal 2 Oktober," kata Sartika kepada tamunya.
Presiden WiB, Gundula Beyer-Zouboulis, mengapresiasi inisiatif Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Berlin dan KBRI Berlin dalam menyelenggarakan acara Batik Heritage itu. “Kami sangat senang dan antusias untuk hadir pada acara ini. Kami yakin ini akan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan memberikan pengetahuan baru bagi kami anggota WiB,” tutur Gundula.
Pada pekan ini pula, KBRI Berlin akan menggelar acara serupa dengan mengundang agen tur wisata dan pelajar dari salah satu sekolah di Berlin. "Dengan demikian, pendekatan branding dan selling bagi Indonesia akan terwujud," ujar Oegrosono.
"Seru dan menyenangkan"
Presentasi batik dalam acara itu disampaikan oleh Muhammad Nauval dari Sanggar Batik Komar. Ia memperkenalkan dua jenis teknik membatik, yaitu batik jumputan dan batik tulis.
Pada sesi praktek, para peserta diajak langsung mempraktikkan cara membatik, sambil dipandu oleh Epi Gunawan dari Sanggar Batik Barli. Praktek itu dibagi dalam dua sesi, yaitu praktek untuk batik jumputan dan batik tulis. Para peserta diberi kebebasan untuk memilih corak dan warna batik yang akan dibuat.
Para peserta yang berasal dari 25 negara menyatakan kagum dengan hasil karyanya sendiri. "Seru dan menyenangkan," kata salah satu peserta.
Sebagian besar di antara mereka mengaku, pengalaman membatik ini merupakan pertama kalinya bagi mereka. “Masing-masing memilih teknik melipat dan warna yang berbeda. Hasilnya mengagumkan. Semua bagus," ucap peserta lain.
Setelah itu, para peserta juga diajak untuk mencoba memakai kain atau sarung batik. Peragaan itu dipandu oleh beberapa pengurus DWP KBRI Berlin. Ada lima teknik penggunaan kain batik yang diperkenalkan. Masing-masing hanya memerlukan kurang dari lima menit dan bisa dilakukan sendiri. Hal itu mengagumkan para peserta dan membuat mereka penasaran untuk mencoba.