Sikap yang dipilih Indonesia dalam menyikapi terorisme di Christchurch, pekan lalu, dinilai telah menjernihkan masalah dan ikut membantu Pemerintah Selandia Baru.
JAKARTA, KOMPAS —Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters memuji Indonesia dalam menyikapi insiden teror penembakan massal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. Indonesia dinilai memanfaatkan posisi sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia untuk menjernihkan masalah.
”Kami sangat terbantu dengan dukungan Indonesia,” ujar Peters kepada wartawan di sela acara Dialog Tingkat Tinggi Kerja Sama Indo-Pasifik di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Pilihan sikap Indonesia yang meneduhkan, menurut Peters, dianggap sangat membantu dalam situasi sekarang. Dengan adanya teror di Christchurch, semakin terasa pentingnya mempromosikan toleransi. ”Penting dipahami hanya dengan toleransi dan pengertian, kita bisa membangun dunia,” kata Peters.
Ia menambahkan, pesan itu juga yang akan disampaikannya dalam sidang darurat tingkat menteri luar negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki, pada Jumat (22/3/2019). Peters menyatakan, Selandia Baru diundang dalam pertemuan itu.
Tak lama setelah terjadi teror di Christchurch, Jumat lalu, Pemerintah Indonesia serta organisasi dan para tokoh keagamaan mengeluarkan pernyataan tegas. Presiden Joko Widodo menyatakan mengecam serangan itu dan menyampaikan duka mendalam bagi korban penembakan. Sejumlah tokoh dan organisasi di Indonesia juga mengeluarkan imbauan kepada umat Islam di Indonesia untuk menahan diri dan tak terhasut melakukan reaksi negatif.
Tiga warga negara Indonesia menjadi korban dalam serangan teror itu. Seorang tewas dan dua orang lainnya luka-luka.
Erdogan dikecam
Terkait teror di Christchurch, Selandia Baru dan Australia memprotes Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Komentar Erdogan soal terorisme di Selandia Baru dinilai tidak tepat dan tak berdasarkan keadaan sebenarnya.
”Saya pikir dia tidak mengetahui keadaan sebenarnya, bagaimana dan apa yang dapat kami lakukan,” kata Peters di sela kunjungan kehormatan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla, Rabu pagi.
Peters merujuk pada pernyataan Erdogan dalam kampanye di Turki, Senin (18/3/2019). Erdogan menyebut teror yang menewaskan 50 anggota jemaah shalat Jumat di Christchurch pekan lalu itu sebagai serangan terhadap Turki dan Islam. Erdogan juga memperingatkan setiap warga Selandia Baru dan Australia anti-Muslim yang datang ke Turki akan dipulangkan dalam peti mati dari Turki.
Koresponden Kompas Harry Bhaskara melaporkan dari Brisbane, Australia, bahwa pernyataan Erdogan itu juga menuai kecaman Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Canberra. Morrison mengancam akan mengambil tindakan terkait komentar tersebut. Rabu kemarin, ia memanggil Duta Besar Turki untuk Australia Korhan Karakoc ke Gedung Parlemen di Canberra.
”Saya tidak menerima alasannya atas komentar (Erdogan),” kata Morrison kepada wartawan seusai pertemuan selama 20 menit itu, seperti dikutip ABC.
Morrison menegaskan, ia ingin komentar itu dicabut dan meminta media nasional Turki mengoreksi ”kesalahan persepsi” terhadap kebijakan Australia. Apabila hal itu tak dilakukan, ia akan mengambil tindakan, imbuh Morrison.
”Saya menunggu respons Pemerintah Turki sebelum saya mengambil tindakan, tetapi semua opsi terbuka,” kata Morrison. Ia menyatakan mempertimbangkan untuk memberlakukan saran tidak bepergian (travel advice) ke Turki.