”Abang Besar” di Transjakarta
Pusat Komando Transjakarta mengingatkan akan novel pemenang Nobel ”1984” yang terkenal dengan kredonya the big brother is watching atau abang besar mengawasi. Namun, bukan memata-matai dalam arti buruk seperti dalam ”1984”, abang besar di Transjakarta semata-mata bermaksud menjaga keamanan dan kenyamanan bertransportasi publik. Ruang itu menjadi simpul terpenting dalam koordinasi sebuah jaringan bus modern Ibu Kota.
Memasuki ruang Command Center itu, Kamis (21/3/2019), membuat orang yang awam dengan sistem transportasi modern terpana. Setidaknya ada 35 layar besar terpasang di dinding-dindingnya.
Sebagian besar layar menyajikan suasana halte-halte dan koridor Transjakarta, lengkap dengan lalu lalang para penumpang. Sebagian lagi menayangkan data dengan titik-titik biru yang terus bergerak. Titik-titik biru itu merupakan setiap bus yang sedang bergerak di koridor.
Di ruangan itu ada sekitar 20 operator yang duduk di kubikel masing-masing. Di hadapan para operator terpampang 2-3 layar komputer yang terus menayangkan data dan percakapan.
Benjamin Biloro (40), salah satu operator, tampak tekun memandangi dua layar di hadapannya. Setiap operator bertanggung jawab pada satu koridor. Sesekali ia terlihat mencermati salah satu layar dan memasukkan catatan dalam buku besar yang ada di hadapannya.
”Buku ini buat catatan laporan, apa saja yang terjadi. Data di buku buat dokumen atau bisa untuk pencocokan kalau ada yang perlu diperiksa,” katanya.
Kamis itu, sejumlah jurnalis asing dari beberapa negara datang berkunjung ke Pusat Komando Transjakarta. Kegiatan ini bagian dari acara pameran bus Busworld South East Asia yang berlangsung di Jiexpo Kemayoran, 20-23 Maret 2019 ini.
Para wartawan dari Inggris, China, India dan beberapa negara Eropa itu langsung sibuk mengambil gambar dan melakukan tanya jawab dengan para operator.
Pusat Komando Transjakarta sudah ada sejak 2016. Benjamin sudah bekerja di sana sejak pusat komando itu beroperasi. Ia bertugas untuk Koridor 12. Ada tiga layar komputer di hadapannya.
Pada hari-hari rutin, tugas utamanya adalah mengawasi jalannya bus dan kecepatannya di satu layar. Setiap bus yang aktif disimbolkan sebagai titik-titik biru di salah satu layar. Semua bus Transjakarta sudah dipasang pelacak GPS sehingga bisa selalu terpantau lokasinya di pusat komando itu.
Titik-titik berwarna biru akan berubah menjadi kelabu saat bus tak sesuai dengan jadwalnya atau bahkan tak terdeteksi. Bus yang bergerak terlalu cepat akan diperingatkan. Sebagai bagian dari manajemen keamanan, PT Transjakarta menerapkan kebijakan kecepatan bus maksimal 50 kilometer per jam. ”Kalau ada masalah, kami sampaikan ke atasan untuk ditindaklanjuti,” katanya.
Di layar lainnya terlihat suasana di halte-halte di koridor yang masuk dari ratusan CCTV yang terpasang di lokasi. Adapun satu layar lagi berisi beragam data dari basis data yang ia cocokkan dengan beragam data dari layar lainnya.
Simpul koordinasi
Hari-hari yang tenang di Pusat Komando, seperti Kamis itu, bisa berubah cepat saat terjadi kendala di lapangan.
Kepala Departemen Pusat Komando Transjakarta Kadir Ardiansyah mengatakan, salah satu hal yang paling menegangkan saat terjadi kecelakaan di jalur Transjakarta, yang melibatkan bus Transjakarta dan kendaraan lain.
Padahal, jalur khusus Transjakarta seharusnya steril tak dimasuki kendaraan lain. Namun, pelanggaran berjamaah menerobos jalur busway itu terus saja terjadi di Jakarta dan sudah dianggap lazim.
”Kecelakaan di jalur Transjakarta sudah berulang kali terjadi dan berakibat fatal. Transjakarta yang biasanya rentan disalahkan, padahal kendaraan lain yang melanggar,” kata Kadir.
Dengan adanya Pusat Komando, penanganan kecelakaan bisa dilakukan mulai dari pertolongan korban hingga rekayasa yang diperlukan sehingga operasi bus Transjakarta lain tak terganggu.
Kadir mengatakan, Pusat Komando itu mengawasi jalannya semua operasional halte dan bus Transjakarta. Para petugas terbagi dalam tiga giliran kerja (shift).
Pengawasan ini bertujuan agar semua pelayanan sesuai dengan standar pelayanan minimal transportasi publik. ”Saat ditemukan yang tak sesuai standar, tindakan akan dilakukan untuk capai standar,” katanya.
Salah satu koordinasi rutin yang dilakukan di sana adalah saat berlangsung unjuk rasa yang belakangan kerap terjadi di Jakarta. Pusat Komando itu menjadi dasar untuk dilakukannya rekayasa, mulai dari perlambatan, perubahan rute, hingga kalau koridor harus berhenti beroperasi dulu.
Pecahkan kejahatan
Pusat Komando Transjakarta juga merekam kejahatan dan membantu memecahkannya. Sebut saja penodongan, pelecehan seksual, hingga pengeboman di Halte Kampung Melayu tahun 2017 lalu.
Rekaman dari CCTV sangat membantu petugas kepolisian untuk mengungkap pelakunya. Dalam dua tahun terakhir, sekitar 10 kejahatan di halte dan bus Transjakarta dipecahkan dengan bantuan Pusat Komando.
Benjamin mengatakan, penodongan pernah terjadi pada kasir hingga petugas keamanan halte Transjakarta. Adapun pelecehan seksual pernah terjadi di dalam bus. ”Kamera CCTV di dalam bus ada di operator bus,” katanya.
Transport Associate Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Gandrie Ramadhandari mengatakan, Pusat Komando Transjakarta jauh lebih canggih dibandingkan dengan pusat komando BRT di Guangzhou, China. ”Di sana layarnya tak sebanyak di sini, tetapi headway (waktu tungguantar bus) mereka sudah sangat baik, sekitar 1 menit,” katanya.
Para jurnalis asing pun tertarik dengan operasi Transjakarta. Mereka banyak bertanya dan mengkritisi, juga memberi masukan. ”Kenapa koridor tidak bisa steril? Bagaimana mengatasinya,” tanya salah satu seorang wartawan dari India, Nithin Kumar.
[caption id="attachment_10219033" align="alignnone" width="720"] Sejumlah jurnalis asing mencoba Transjakarta hingga ke kantor pusatnya di Jakarta Timur, Kamis (21/3/2019). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari pameran bus Busworld South East Asia yang digelar di Jiexpo Kemayoran 20-23 Maret 2019.[/caption]
Pertanyaan soal sterilisasi koridor ini memang masih sulit dijawab. Kendati masih ada kekurangan, Transjakarta dengan Pusat Komando yang canggih itu telah memberi perubahan besar dalam sistem transportasi publik Jakarta. Abang Besar setia mengawasi.