Angkutan Perkotaan Tidak Nyaman, Organda Depok Usulkan Pembenahan
DEPOK, KOMPAS -- Bepergian menggunakan angkutan perkotaan di Depok, Jawa Barat belum membuat penumpangnya nyaman. Kondisi angkutan perkotaan sebagian tidak layak, sementara jangkauan layanannya pun terbatas. Organisasi angkutan darat (Organda) Kota Depok mengusulkan adanya peremajaan dan penataan rute angkutan umum.
Salwa (27) salah satu penumpang di Terminal Depok mengatakan, dulu dirinya selalu menggunakan angkutan perkotaan setiap berangkat kerja. Kini, dia lebih memilih untuk naik ojek daring dengan alasan lebih praktis.
"Dulu saat belum ada ojek daring, mau tidak mau saya naik angkutan perkotaan terus. Setelah ada ojek daring saya pilih ojek daring yang jauh lebih praktis," ucap Salwa, Jumat (22/3/2019).
Untuk bisa sampai ke Stasiun Depok Baru, Salwa naik angkutan perkotaan D 06 dengan rute Terminal Depok - Pasar Cisalak. Angkutan perkotaan itu bisa ditemui di Jalan Tole Iskandar yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah Salwa di Kelurahan Jatijajar Kecamatan Tapos, Depok.
Menurut Salwa, kondisi di dalam angkutan perkotaan Depok kurang nyaman. Selain karena panas, interior angkutan perkotaan dinilai kurang bersih.
Baca juga :
Jika dulu Salwa selalu naik angkutan perkotaan setiap kali pergi bekerja, belakangan ini, Salwa naik angkutan saat dirinya sedang ingin menghemat ongkos perjalanan. Jumat siang, Salwa memutuskan untuk naik angkutan perkotaan dengan alasan tarif ojek daring melambung.
"Kalau naik ojek daring dari sini (Terminal Depok) ke rumah saya tarifnya Rp 22.000. Sedangkan, naik angkutan kota hanya perlu Rp 5.000. Dari pinggir jalan ke rumah nanti saya jalan kaki biar hemat," kata Salwa.
Penilaian buruk kepada angkutan perkotaan juga disampaikan oleh Vicky (17) warga Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kpta Depok. Menurutnya angkutan perkotaan di Depok rawan kriminalitas.
Semenjak ada temannya yang dijambret saat sedang berada di angkutan perkotaan, Vicky jadi takut naik angkutan perkotaan sendirian. Dia hanya mau naik angkutan perkotaan ketika ada temannya yang naik angkutan perkotaan bersamanya. Jika tidak, Vicky memilih untuk pulang menggunakan ojek daring.
"Saya cuma mau naik angkutan perkotaan kalau ada temannya, kalau tidak ada mending tidak," tutur dia.
Baca juga : Angkutan Perkotaan Kurang Dilirik
Berdasarkan pantauan, kondisi di salah satu angkutan perkotaan nomor 112 dengan rute Terminal Depok - Pasar Minggu Jumat siang sepi penumpang. Sejak dari Depok hingga Pasar Minggu, hanya ada 5 orang yang naik angkutan perkotaan tersebut.
Di dalam angkutan perkotaan udara panas di luar angkutan masuk, membuat ruangan pengap. Beberapa penumpang dan sopir angkutan perkotaan merokok dan asapnya bergerak ke arah penumpang lain.
Dua wanita tampak menutupi hidung mereka dengan tisu saat asap rokok sampai ke depan mereka. Sementara penumpang yang lain mengibaskan tangannya beberapa kali di depan hidungnya.
Aris (48), sopir angkutan perkotaan nomor 112 mengatakan, tidak ada larangan merokok di dalam angkutan perkotaan. Tak hanya merokok, makan dan minum di angkutan perkotaan menurut Aris juga tidak dilarang. Sehingga, di beberapa titik di lantai angkutan perkotaan itu ada sampah bungkus makanan dan minuman.
Usulan
Dihubungi secara terpisah Jumat sore, Sekretaris Jendral Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Depok Mohammad Hasyim menjelaskan, saat ini Kota Depok memiliki 2.874 angkutan dalam kota dan 3.000 angkutan lintas kota. Namun, hanya sekitar 50 persen dari jumlah tersebut yang beroperasi.
Menurut Hasyim kondisi itu terjadi sejak menjamurkan jasa transportasi daring yang dinilai lebih praktis, bersih dan nyaman.
Meski begitu, Hasyim ingin para pelaku usaha jasa angkutan perkotaan di Depok berinovasi dan terus memperbaiki diri.
Baca juga : Penerapan Ganjil Genap di Depok Timbulkan Pro-Kontra
Agar bisa kembali meraih simpati penumpang, Organda Kota Depok menyusun empat usulan yang disampaikan kepad Dinas Perhubungan Kota Depok. Rencana tersebut antara lain, membuat angkutan kawasan, meremajakan angkutan perkotaan, dan memasang pendingin ruangan serta kamera pengawas (CCTV) di dalam angkutan perkotaan itu.
"Konsep angkutan kawasan yang dimaksud adalah bagian dari integrasi angkutan perkotaan. Jadi, angkutan kawasan itu nantinya hanya akan beroperasi di suatu kawasan. Angkutan kawasan tersebut akan mengantar penumpang ke angkutan umum lain dan seterusnya," kata Hasyim.
Konsep ini memungkinkan angkutan kawasan bisa menjangkau penumpang hingga di depan rumah mereka atau dari pintu ke pintu.
Adapun untuk menjamin kenyamanan dan keamanan penumpang, Hasyim mengatakan pihak organda akan melakukan peremajaan angkutan perkotaan. Pendingan ruangan dan CCTV juga akan dipasang di angkutan perkotaan tersebut.
Dalam hal ini, Organda berencana mengajukan bantuan subsidi kepada pemerintah. Jika tak berhasil, Organda akan menggandeng perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibilty.
"Kami juga akan mencoba bergerak ke arah angkot berbasis aplikasi. Pembayaran tarif angkutan perkotaan nanti juga akan dilakukan secara non tunai. Sehingga, tidak ada lagi alasan tidak ada kembalian atau tidak ada uang pas," tutur Hasyim.
Hasyim menambahkan, usulan ini sudah disampaikan kepada Dinas Perhungan Kota Depok sejak tahun 2018. Menurut dia, usulan tersebut sedang dikaji oleh Dinas Perhubungan Kota Depok. Hasyim berharap, usulan dan konsepnya bisa disetujui. Semakin cepat disetujui, semakin cepat pula pengimplementasian usulan dilakukan.
Dikonfirmasi pada Jumat malam, Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok Dadang Wihana mengatakan, sejauh ini belum ada pembicaraan lebih lanjut terkait usulan peremajaan angkutan perkotaan. Semantara itu, usulan terkait angkutan kawasan sedang dalam kajian Dinas Perhubungan Kota Depok. (KRISTI DWI UTAMI )