Bursa Asia Naik Terdorong Sentimen Positif Wall Street
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·2 menit baca
TOKYO, JUMAT — Bursa saham di Asia mengawali perdagangan menutup pekan ini, Jumat (22/3/2019), dengan kenaikan. Sentimen positif dari data ekonomi Amerika Serikat dan kenaikan bursa saham Wall Street yang terdorong oleh saham-saham teknologi menjadi katalis pendorong animo para pelaku pasar untuk masuk ke bursa.
Indeks MSCI dari saham di Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,25 persen, sementara Indeks Nikkei225 di Jepang naik 0,3 persen. Di Wall Street semalam, Indeks S&P 500 ditutup naik 1,09 persen, sementara Nasdaq Composite menguat 1,42 persen, dengan Indeks Semikonduktor Philadelphia SE melonjak 3,5 persen. Saham Apple Inc memimpin kenaikan sektor teknologi, dengan naik 3,7 persen.
Data ekonomi AS yang dirilis pada Kamis membangkitkan sikap optimistis setelah menunjukkan bahwa klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun lebih dari yang diharapkan dan aktivitas pabrik naik tajam. Angka-angka itu ikut meredakan kekhawatiran tentang prospek ekonomi AS setelah Fed pada hari Rabu mengejutkan investor dengan mengadopsi sikap memilih tidak menaikkan suku bunga tahun ini.
Di pasar mata uang, dollar AS juga melonjak kembali, dengan indeksnya terhadap enam mata uang utama naik menjadi 96,316 dari level terendahnya dalam waktu 1,5 bulan terakhir. Sementara mata uang euro diperdagangkan pada level 1,1377 per dollar AS.
Imbal hasil surat utang AS 10 tahun turun ke level 2,500 persen pada Kamis, terendah sejak awal Januari tahun lalu. Imbal hasil lima tahun juga turun menjadi 2,34 persen, di bawah tingkat dana Fed saat ini sekitar 2,40 persen, karena dana dana berjangka memberi sekitar 50 persen peluang penurunan suku bunga tahun ini.
”Reaksi pasar utama terhadap pengumuman Fed adalah telah menjadi konsensus bahwa langkah Fed berikutnya adalah penurunan suku bunga,” kata Naoya Oshikubo, manajer senior di Sumitomo Mitsui Trust Asset.
”Karena data ekonomi dari China dan tempat lain belum mencapai titik terendahnya, investor akan melihat fundamental ekonomi untuk saat ini. Jika ada perbaikan, pasar dapat memutar kembali harapan penurunan suku bunga Fed itu.”
Sentimen lain yang menggantung di pasar adalah langkah Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Mata uang poundsterling Inggris melemah lagi akibat meningkatnya kekhawatiran tentang Brexit tanpa ada kesepakatan.
Para pemimpin Uni Eropa mengatakan, Inggris bisa meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan pada 12 April jika parlemen Inggris tidak mendukung kesepakatan Brexit antara Perdana Menteri Theresa May dan Brussels.
Para pemimpin UE memberi May dua bulan tambahan dari tenggat yang ditetapkan sebelumnya (29 Maret), yakni menjadi 22 Mei 2019, jika May memperoleh dukungan parlemen, pekan depan. (REUTERS)