JAKARTA, KOMPAS — Di tengah tingginya suku bunga kredit, kinerja penyaluran kredit pemilikan rumah menunjukkan sinyal positif. Relaksasi aturan yang diberikan regulator dinilai efektif untuk mengompensasi kenaikan suku bunga kredit.
Sejak awal tahun, Bank Indonesia (BI) belum memangkas tingkat suku bunga acuan di level 6 persen. Hal serupa juga terjadi pada suku bunga deposit facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 6,75 persen.
Berdasarkan data BI, total penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) per Januari 2019 tumbuh 13,5 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya menjadi Rp 467,1 triliun.
Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Handayani mengatakan, kebijakan pemerintah dalam mendorong penyaluran kredit properti berperan sehingga capaian penyaluran KPR di awal tahun ini lebih baik dibandingkan dengan awal tahun lalu.
”KPR tumbuh lebih cepat karena kebijakan pemerintah juga. Searah juga dengan infrastruktur beberapa jalan tol yang sudah selesai,” ujarnya saat dihubungi pada Jumat (22/3/2019).
KPR tumbuh lebih cepat karena kebijakan pemerintah juga. Searah juga dengan infrastruktur beberapa jalan tol yang sudah selesai.
BRI mencatat penyaluran pembiayaan KPR hingga Februari 2019 naik hingga 20 persen jika dibandingkan dengan penyaluran hingga Februari 2018. Capaian ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sekitar 18 persen.
Sepanjang tahun lalu, penyaluran KPR berkontribusi 20,73 persen terhadap kredit konsumer BRI. Dalam laporan keuangan BRI, penyaluran KPR tumbuh 22,58 persen secara tahunan menjadi Rp 27,1 triliun.
Sementara itu, Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Budi Satria mengatakan, KPR masih menjadi penopang utama ekspansi kredit BTN.
Relaksasi uang muka untuk KPR serta rencana kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait dengan naiknya batasan gaji calon debitor yang berhak menerima program subsidi bunga KPR dinilai akan mendorong penyaluran kredit konsumer BTN sepanjang tahun ini.
Hingga Januari 2019, penyaluran kredit BTN tercatat mengalami pertumbuhan 31,86 persen secara tahunan mencapai Rp 2,4 triliun. ”Kontribusi KPR mencapai 90 persen dari total kredit yang disalurkan. Segmen milenial sepanjang tahun lalu hingga awal tahun ini menjadi penggerak pertumbuhan KPR,” ujar Budi.
Kendati penyaluran kredit properti masih positif, analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memprediksi sektor saham properti baru akan terpacu setelah pemilu yang berlangsung April 2019. Pasalnya sektor ini tengah diliputi bauran kebijakan positif yang mendorong pertumbuhan.
Dari sisi kebijakan moneter, lanjut Nafan, sikap BI yang tidak seagresif tahun lalu dalam meningkatkan suku bunga membuat pasar properti lebih kondusif.
”Contohnya, pelonggaran loan to value oleh BI untuk meredam tingginya suku bunga sebenarnya menjadi sentimen positif bagi emiten properti, tetapi investor saat ini masih wait and see menunggu hasil pemilu,” ujar Nafan.
Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Jumat (22/3/2019), kinerja saham di sektor properti, real estate, dan konstruksi tumbuh 3,98 persen. Angka ini berada di bawah pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan yang sepanjang tahun tumbuh 5,34 persen ke level 6.525,27.