Posisi Strategis Indonesia Belum Dimanfaatkan Maksimal
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia memiliki posisi sangat strategis sebagai negara kepulauan yang berada di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Posisi itu menempatkan Indonesia sebagai negara yang dapat berperan besar dalam memperjuangkan kesejahteraan dan keamanan sekitar 66 persen penduduk dunia yang berada di kawasan Indo Pasifik.
Namun, posisi strategis tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh Indonesia. Alih-alih sebagai kawasan dengan potensi persaingan dan sengketa antarnegara, Indonesia berinisiatif menjadikan kawasan persilangan samudra tersebut sebagai pusat kerja sama.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, posisi strategis Indonesia yang berada di antara dua samudra itu sebagai ”posisi silang”. Ia mengatakan, Indonesia memiliki tiga ALKI (alur laut kepulauan Indonesia) yang berpengaruh besar kepada pengiriman barang internasional melalui laut.
”Indonesia berada pada posisi yang hebat. Hanya, selama ini, kita belum memosisikan diri pada posisi itu,” kata Luhut ketika ditemui di kantornya di Jakarta, Jumat (22/3/2019).
Untuk itu, Indonesia memiliki peran penting di kawasan Indo-Pasifik. ”Jangan (kawasan Indo-Pasifik) itu menjadi tempat persaingan. Kawasan itu harus menjadi pusat kerja sama,” kata Luhut.
Pada Rabu (20/3), dalam dialog tingkat tinggi untuk kerja sama Indo-Pasifik, Wakil Presiden Jusuf Kalla menekankan pentingnya mempertahankan kawasan Indo-Pasifik yang damai, sejahtera, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Saat ini, kawasan yang meliputi Samudra Hindia dan Samudra Pasifik itu dihadapkan pada dinamika geopolitik yang berubah dan sejumlah tantangan di sektor keamanan.
Laut China Selatan
Salah satu isu besar yang terjadi saat ini terkait kawasan Indo-Pasifik adalah mengenai sengketa batas maritim di Laut China Selatan antara China dan sejumlah negara anggota ASEAN yang berada di kawasan itu.
Bagi Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Bolton, seperti diberitakan Associated Press, pada 11 Maret 2019, aksi China di kawasan Laut China Selatan tidak bisa diterima. ”China mengambil alih bebatuan, beting, dan pulau-pulau (di Laut China Selatan), dan membangun pangkalan militer di atasnya,” katanya.
Ia menambahkan, AS akan terus berupaya mencegah China menjadikan kawasan itu sebagai ”provinsi baru China”. Bagaimana AS melakukannya? Bolton menganggap itu sebagai ”Pertanyaan keamanan eksistensial pada abad ke-21”.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, China berusaha untuk mempercepat perolehan kesepakatan dengan negara anggota ASEAN dalam rangka menangani konflik di Laut China Selatan. China menargetkan kesepakatan mengenai ”kode etik” itu tercapai pada 2021.
Luhut menyatakan, nilai perdagangan yang melintasi kawasan Laut China Selatan sangat besar. Sejumlah pihak memperkirakan, nilai itu mencapai setidaknya 5 triliun dollar AS per tahun.
Pasifik Selatan
Luhut menyampaikan sangat penting bagi Indonesia untuk memiliki hubungan yang baik dengan semua negara. ”Kita negara kepulauan terbesar di dunia. Penduduknya sebesar 260-an juta orang. PDB (produk domestik bruto) kita di atas 1 triliun dollar AS. Ekonomi kita sehat,” ujarnya.
Sebagai negara kepulauan besar, Indonesia dapat berperan sebagai pemimpin di antara negara kepulauan lain. Pada November 2018, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan tingkat menteri negara kepulauan di Manado, Sulawesi Utara, yang dihadiri 20 negara. Mereka sepakat, di antaranya, untuk terus bekerja sama menghadapi ancaman di bidang mitigasi perubahan iklim serta adaptasi dan manajemen bencana.
Luhut juga mengatakan, Indonesia mulai berperan dalam membantu negara kepulauan lain. Indonesia, misalnya, pernah menyumbang sebanyak lima juta dollar AS kepada Fiji, sebuah negara kepulauan di Pasifik Selatan dengan lebih dari 300 pulau ketika mereka dilandai angin topan, beberapa tahun lalu.
Selain itu, tambah Luhut, Indonesia juga menerima mahasiswa dari Fiji untuk belajar mengenai meteorologi, klimatologi, dan geofisika di Indonesia. ”Indonesia mulai memosisikan diri sebagai leader di antara negara kepulauan. Dan memang, kita bisa,” ucapnya.