Kebersamaan Komunitas Memberikan Penghiburan kepada Keluarga Korban
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
Aksi teror yang menimpa dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada pekan lalu, menjadi momentum besar bagi penduduk setempat untuk saling mendukung dan bersatu.
Pada Jumat (22/3/2019) atau seminggu setelah serangan terjadi, ibadah shalat Jumat di dekat Masjid Al Noor dihadiri oleh ribuan umat Islam dan non-Muslim untuk menghormati para korban. Mereka saling mendukung dan mendampingi keluarga-keluarga yang berduka atas kehilangan sanak-saudara mereka.
Ibadah shalat Jumat itu digelar di taman Hagley Park, tidak jauh dari Masjid Al Noor. Ibadah itu disiarkan secara nasional dan diikuti dengan keheningan selama dua menit. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern turut hadir dalam ibadah itu.
Masjid Al Noor serta Masjid Linwood merupakan dua masjid yang diserbu dengan tembakan dari senapan mesin oleh seorang warga Australia yang memiliki ideologi supremasi orang kulit putih dan antiimigran. Serangan itu menelan korban jiwa sebanyak 50 orang. Sebagian besar di antara mereka adalah migran atau pengungsi dari Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, Turki, Somalia, Afghanistan, dan Bangladesh.
”Selandia Baru berduka bersama Anda. Kita adalah satu,” kata Ardern sebelum ibadah digelar, seperti dikutip BBC.
”Hari ini, di tempat yang sama (ketika serangan terjadi), saya melihat cinta dan kasih sayang. Kita hidup. Kita bersama. Kita bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun memecah belah kita semua,” tutur Imam Masjid Al Noor, Gamal Fouda, yang juga berada di lokasi ketika serangan terjadi.
Ibadah shalat Jumat pada hari itu berbeda dibanding ibadah shalat Jumat lain. Ibadah itu turut dihadiri oleh ribuan warga non-Muslim dari seluruh Selandia Baru. Mereka berdiri di belakang umat Islam yang beribadah dan memberikan rasa sukacita kepada mereka yang berduka dan meredakan kesedihannya. Suasana saat itu tampak luar biasa.
”Sulit dipercaya melihat kerumunan di sini. Ribuan orang berkumpul di belakang kami selama shalat. Ada perasaan sukacita,” kata Khan, seorang pengusaha yang terbang dari Auckland untuk menghadiri ibadah pada hari itu.
Khan merasa, kini komunitas Islam-nya tidak terisolasi, dijauhi, atau dipandang dengan kecurigaan. Sedih dan sakit tentu masih terasa ketika mengenang para korban yang tewas. Namun, Khan juga sangat menikmati semangat solidaritas dari sejumlah komunitas di Christchurch yang baru ia temukan saat itu.
Selain PM Ardern, ada sejumlah komunitas dari seluruh Selandia Baru yang menghadiri ibadah itu. Ada anggota kelompok pengendara motor, penduduk asli Selandia Baru, Maori, yang mengenakan pakaian tradisionalnya, serta pemimpin agama lain.
Beberapa di antara mereka membawa gitar dan menyanyikan lagu. Ada pula yang membawa spanduk dengan tulisan ”kami mendukung tetangga Islam kami”. Ada juga banyak perempuan yang mengenakan jilbab berwarna-warni sehingga memberikan pemandangan sekitar yang cerah.
”Negara ini bersatu dalam melalui peristiwa ini dan tidak ada yang bisa memecahkannya. Kami akan berdiri mendukung siapa pun. Islam, Kristen, atau agama lainnya,” kata penduduk lokal Christchurch, John Dale, sambil ditemani oleh istrinya, Shirley, yang mengenakan jilbab berwarna putih.
Mohammed Nadir kehilangan saudara laki-lakinya, Mohammed Daoud Nabi. Ia dilaporkan ditembak oleh pembunuh setelah menyapa dan mengatakan kepadanya ”hello brother”.
Saat keheningan diadakan selama dua menit, Nadir mulai meneteskan air mata. Seorang perempuan yang berada di sampingnya, Alaska Wood, meletakkan tangan dan dahinya ke atas bahu Nadir.
”Mereka sakit. Mereka membutuhkan kita. Jadi, yang bisa kita lakukan adalah berdiri di samping mereka,” kata Wood, penduduk lokal Christchurch.
Hasma Adee turut menangis saat keheningan itu diadakan. Ayahnya ditembak dan tewas saat serangan ketika ia berusaha melindungi adik kembar Hasma, Ali. Hasma juga dipeluk oleh sejumlah simpatisan yang berada di sekitarnya.
Bagi Hasma, pemandangan ribuan perempuan non-Islam yang mengenakan jilbab pada hari itu sangat indah. ”Hari ini, kita benar-benar merasakan dukungan dari semua orang. Selandia Baru luar biasa. Memperoleh dukungan dari semua pihak itu sangat berarti bagi kita semua. Sangat Indah. Terima kasih,” tuturnya.
Pada Jumat (22/3/2019), saat sidang darurat tingkat menteri luar negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters menyatakan, Pemerintah Selandia Baru menjamin keamanan dan kenyamanan warga Islam yang tinggal di negara itu. Sidang OKI itu menyepakati dokumen komunike yang mengecam teror di Christchurch, pekan lalu.
Sebelumnya, Kamis (21/3/2019), Ardern mengumumkan, Selandia Baru melarang kepemilikan semua senjata yang digunakan dalam serangan di masjid, pekan lalu, yaitu senjata semi-otomatis bergaya militer dan senapan serbu. Para pemilik diminta untuk menyerahkan senjata itu kepada aparat kepolisian setempat. (AFP)