Gubernur Jawa Timur Khofifah Tegistha Indar Parawansa menyanggah keterangan mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy terkait dengan kasus jual beli jabatan di Kementerian Agama. Dia menepis tudingan bahwa dirinya yang merekomendasikan Haris Hasanuddin sebagai Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jatim.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Gubernur Jawa Timur Khofifah Tegistha Indar Parawansa menyanggah keterangan mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy terkait dengan kasus jual beli jabatan di Kementerian Agama. Dia menepis tudingan bahwa dirinya yang merekomendasikan Haris Hasanuddin sebagai Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jatim.
Khofifah, dalam keterangan kepada wartawan, Sabtu (23/3/2019), di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, menyanggah pernyataan Romahurmuziy bahwa dirinya merekomendasikan nama Haris Hasanuddin untuk menjabat Kepala Kanwil Kemenag Jatim.
Romahurmuziy, Haris, dan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Gresik Muhammad Muafaq Wirahadi terkena operasi tangkap tangan KPK di Surabaya, Jumat (15/3). Ketiganya ditetapkan sebagai tersangka kasus jual beli jabatan di lingkup Kemenag.
"Sama sekali tidak benar. Ada yang mengatasnamakan saya dalam kasus tersebut,” ujar Khofifah.
“Saya kaget, rekomendasi apa yang dimaksud. Teman-teman sebaiknya bertanya ke Mas Romy (Romahurmuziy),” kata Khofifah yang sebelumnya menjabat Menteri Sosial itu.
Khofifah mengklaim terakhir kali bertemu dengan Romahurmuziy seusai pelantikan sebagai Gubernur Jatim di Istana Negara, Jakarta, 13 Februari. Saat itu, Romahurmuziy turut memberikan ucapan selamat. PPP merupakan salah satu pengusung Khofifah dan Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak selain Demokrat, Golkar, PAN, Hanura, dan Nasdem.
Menurut Khofifah, dirinya tidak mengetahui, apalagi terlibat dalam kasus suap jual beli jabatan di Kemenag. Baginya, pernyataan Romahurmuziy tidak beralasan. “Rek, wajahku iki lho mosok wajah suap?” ujar Khofifah kepada wartawan.
Khofifah juga siap datang memenuhi panggilan KPK jika diperlukan untuk memberi keterangan atau klarifikasi. “Siap jika diperlukan,” katanya.
"Untuk meneguhkan komitmen pemerintahan yang bersih dan menjamin tidak ada jual beli jabatan dalam pemerintahan," tambah Khofifah.
Ditanya tentang Haris, Khofifah mengaku tidak mengenal secara personal. Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama ini memang mengetahui bahwa Haris merupakan menantu Ketua Tim Kampanye Khofifah-Emil, M Roziqi. Roziqi pernah menjabat Kakanwil Kemenag Jatim. “Saya pernah bertemu beliau (Haris) beberapa kali termasuk saat saya sudah menjadi gubernur,” katanya.
Meski mengakui tahu sosok Haris, tetapi lanjut Khofifah, tidak ada hubungannya dengan lelang jabatan di Kemenag. Gubernur Jatim tidak berkepentingan apalagi mengintervensi proses yang berlangsung di lembaga lain.
“Saya tahu belakangan Pak Haris adalah menantu Pak Roziqi. Dalam open bidding (lelang jabatan), anak ya anak, menantu ya menantu, itu bersifat personal. Jika seseorang tidak memenuhi kualifikasi tentu tidak bisa ikut open bidding,” ujar Khofifah.
Dalam open bidding (lelang jabatan), anak ya anak, menantu ya menantu, itu bersifat personal. Jika seseorang tidak memenuhi kualifikasi tentu tidak bisa ikut open bidding.
Sanggahan terhadap pernyataan Romahurmuziy juga disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah KH Asep Saifuddin Chalim. Saat Pemilihan Gubernur Jatim 2018, Asep merupakan tokoh sentral di balik kesuksesan Khofifah-Emil memenangi kontestasi politik melawan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno.
“Saya tidak pernah memberikan rekomendasi,” ujar Asep. Romahurmuziy, diakuinya, pernah menemui dirinya dan bertanya tentang sosok Haris. Asep mengatakan bahwa Haris merupakan salah satu santrinya yang belajar selama tiga tahun untuk ilmu fikih, tata bahasa Arab, dan hadis. Selain itu, Haris menuntut ilmu dan lulus dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.