Positif bagi Sektor Properti
JAKARTA, KOMPAS
Langkah Bank Indonesia menahan suku bunga acuan 6 persen akan berdampak positif bagi sektor properti. Sebab, suku bunga perbankan juga tidak akan naik.
Meski demikian, suku bunga acuan BI hanyalah satu dari berbagai faktor yang dapat memengaruhi sektor properti. Faktor lain diantaranya regulasi, tata ruang, perpajakan, perizinan, dan infrastruktur.
“Dengan keputusan BI tersebut, suku bunga perbankan tidak akan naik. Hal ini positif bagi sektor properti,” kata Ketua Umum Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata di Jakarta, Jumat (22/3/2019).
Suku bunga acuan BI bertahan pada 6 persen sejak November 2018.
Menurut Soelaeman, sektor properti tahun ini diproyeksikan lebih baik dari tahun lalu. Kondisi perekonomian yang lebih baik menambah rasa percaya diri pelaku properti atau pengembang. Untuk mendorong sektor properti, pengembang berharap pemerintah tidak membuat isu yang tidak jelas terkait perpajakan. Adapun kebijakan deregulasi diharapkan tidak hanya diberlakukan untuk segmen rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah, melainkan untuk semua segmen. Soelaeman berharap, suku bunga kredit perbankan dapat diturunkan.
Secara terpisah, Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto berpendapat, keputusan mempertahankan suku bunga acuan BI akan membuat suku bunga kredit perbankan stabil. Sebab, di sektor properti, suku bunga kredit perbankan berpengaruh signifikan bagi pembeli properti segmen menengah dan menengah-bawah.
Di dalam laporannya, Colliers International menyebutkan, langkah Bank Sentral Amerika Serikat yang menahan suku bunga acuannya pada 2,25-2,5 persen akan berdampak positif bagi pasar Asia. Sebab, tekanan dollar AS terhadap mata uang negara-negara Asia akan berkurang. Akibatnya, pemulihan ekonomi Asia, termasuk pasar properti, akan berlanjut pada tahun ini.
Menurut Ferry, dengan kondisi perekonomian eksternal dan dalam negeri yang belum kondusif, keputusan mempertahankan suku bunga acuan akan menciptakan stabilitas.
Terkait faktor perpajakan dan regulasi, lanjut Ferry, kedua hal itu masih menimbulkan biaya tinggi di Indonesia. Biaya tersebut dibebankan kepada konsumen. Oleh karena itu, hal ini mesti dibenahi.
Kredit properti
Sementara itu, kinerja penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) menunjukkan sinyal positif. Relaksasi aturan oleh regulator dinilai efektif untuk mengompensasi kenaikan suku bunga kredit.
Berdasarkan data BI, penyaluran kredit properti per Januari 2019 sebesar Rp 927,2 triliun atau tumbuh 16,6 persen secara tahunan. Jumlah itu terdiri dari KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) Rp 467,1 triliun, kredit konstruksi Rp 306,1 triliun, dan kredit real estate Rp 154 triliun.
Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Handayani menyampaikan, kebijakan pemerintah mendorong penyaluran kredit properti berperan besar sehingga penyaluran KPR pada awal 2019 lebih baik dibandingkan dengan awal tahun lalu.
”KPR tumbuh lebih cepat karena kebijakan pemerintah juga. Searah dengan infrastruktur beberapa jalan tol yang sudah selesai,” ujarnya, Jumat.
Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Budi Satria mengatakan, KPR masih menjadi penopang utama ekspansi kredit BTN.
Menurut Budi, relaksasi uang muka KPR serta rencana pemerintah menaikkan batas minimum gaji masyarakat yang berhak menerima program subsidi bunga KPR akan mendorong penyaluran KPR BTN tahun ini.
Sektor lain
Sementara itu, Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala berpendapat, langkah The Fed dan BI mempertahankan suku bunga acuan merupakan hal bagus bagi industri otomotif.
"Ini berita bagus buat otomotif agar pertumbuhan sepeda motor terjaga," katanya.
AISI memproyeksikan penjualan sepeda motor pada tahun ini berkisar 6,1 juta-6,3 juta unit. Tahun lalu, sepeda motor yang terjual di Indonesia sebanyak 6,38 juta unit.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia Adhi S Lukman juga menyambut positif langkah BI.
"Hal ini bagus bagi dunia usaha," kata Adhi.
Dia berharap, nantinya suku bunga acuan BI bukan hanya tetap, namun turun. (NAD/DIM/CAS)