Sekaran, Situs Suci Pra-Majapahit
Penemuan sejumlah benda purbakala di jalur Tol Pandaan-Malang, Jawa Timur, beberapa waktu terakhir, menyingkap misteri adanya situs Sekaran. Hipotesis sementara, situs itu merupakan bangunan suci pada masa pra-Majapahit.
Arifin (44) menaburkan mata uang kuno di atas meja di ruang tamu rumahnya, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (10/3/2019). Tidak diketahui nilai nominal temuannya yang berupa koin berlubang bertuliskan aksara China itu. Rata-rata koin itu berkarat.
Selain koin, pecahan gerabah menyerupai leher kendi juga ia tunjukkan. Begitu pula sebuah perhiasan menyerupai anting tanpa pengait, yang ia sebut-sebut dari bahan emas. Benda-benda itu ia temukan bertahap sejak lima bulan lalu di jalur proyek Jalan Tol Pandaan-Malang Seksi V, tak jauh dari rumahnya. ”Di dalam masih banyak,” katanya, merujuk pada koin yang ia temukan.
Ia bercerita, ada tetangga yang telah menjual koin serupa ke pedagang dari luar daerah Rp 450.000 untuk dua genggam. Sementara ia memilih menyimpan dulu temuan itu untuk koleksi.
”Kalau emas ini sudah ditawar Rp 4 juta, tetapi saya tidak berikan,” katanya lagi. Selain warga, pekerja proyek jalan tol juga menemukan benda-benda kuno di sekitar lokasi yang dianggap warga sebagai punden desa itu.
Temuan benda purbakala di jalur Tol Pandaan-Malang itu mengejutkan banyak pihak. Lokasi itu pun didatangi banyak orang yang penasaran dan sekadar ingin tahu ataupun yang ingin berburu benda serupa sebelum akhirnya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Mojokerto melakukan ekskavasi.
Sebelum ekskavasi, Jasa Marga lebih dulu menghentikan pekerjaan tol di lokasi situs. Hal itu dilakukan setelah mata ekskavator mengikis benda berupa struktur batu bata yang tertimbun gundukan tanah di sisi barat badan jalan tol yang tengah diratakan.
BPCB mulai melakukan ekskavasi terhadap situs yang kemudian diberi nama Sekaran sejak Selasa (12/3). Di luar aktivitas mengidentifikasi jenis dan luas situs, BPCB juga menyosialisasikan kepada warga tentang pentingnya upaya pelestarian, termasuk ganti untung atas benda-benda yang ditemukan masyarakat.
Hasil ekskavasi menyatakan, batu bata di Situs Sekaran memiliki ukuran rata-rata lebih besar dibandingkan dengan batu bata di Trowulan, Mojokerto, yang diyakini sebagai peninggalan Majapahit. Dalam ukuran sentimeter, batu bata di Sekaran berukuran 38 x 25 x 8, 35 x 2 x 7, dan 32 x 23 x 6. Sementara di Trowulan ukurannya 30-32 x 6-7 x 18-20-23.
Perbedaan ukuran ini jadi salah satu pertimbangan, Situs Sekaran di tepi Sungai Amprong itu diperkirakan dibangun lebih awal dari masa Majapahit, yakni Singasari atau Kediri. Dugaan ini diperkuat temuan koin, gerabah, dan keramik pada masa Dinasti Song abad ke-10 hingga ke-14. Adapun era Majapahit tahun 1293-1500 Masehi.
”Kalau temuan koin sementara ini mengarah ke Singasari. Selain koin, ditemukan juga porselen yang didominasi dari Dinasti Song. Yang sezaman di abad ke-10 hingga ke-14,” kata arkeolog BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho.
Ia menuturkan, dilihat dari susunan batanya, di Sekaran menggunakan batu gosok pada struktur di bagian pinggir dan tanah di bagian tengah. Batu gosok lazim digunakan untuk struktur bangunan yang lebih tahan air.
Bangunan suci
Hingga proses ekskavasi selesai, Kamis (21/3), BPCB mendapati struktur dinding pembatas di sisi selatan dan bangunan semacam kluster yang semua terbuat dari batu bata. Ada beberapa kompleks kecil yang membentuk sebuah kompleks besar. Adapun di bagian tengah diperkirakan sebagai bangunan suci. Semua itu terlihat dari area seluas 25 meter x 25 meter yang tersingkap.
BPCB memiliki hipotesis sementara, apa yang ada di Sekaran merujuk pada indikasi bangunan suci pra-Majapahit. Selain struktur yang menyerupai altar, ada juga fondasi gapura paduraksa sebagai tempat keluar dan masuknya orang.
Sejarawan Universitas Negeri Malang, M Dwi Cahyono, mengatakan, pada masa lalu, wilayah subarea timur Malang merupakan daerah pemerintahan setingkat watak, dengan kepala pemerintahan seorang rakai, yakni Rakai Tugaran.
Ini terjadi pada masa awal pemerintahan Mpu Sindok, paruh awal abad ke-10. Kata ”Tugaran” sekarang dikenal sebagai dusun di Desa Lesanpuro, tetangga Sekarpuro yang lokasinya juga berada di Daerah Aliran Sungai Amprong di lembah sisi barat Gunung Buring.
Begitu pula pada abad ke-14, di dekat Sekarpuro terdapat kerajaan bawahan (vasal) dari Majapahit yang bernama Kabalan, selain Tumapel yang berada di sisi utara. Kabalan dipimpin Bhre Kabalan atau Kusumawardani yang merupakan anak dari Hayam Wuruk, Raja Majapahit.
Pada masanya, Kabalan terkenal sebagai penghasil perhiasan tersohor di sisi timur Gunung Kawi. Saat ini nama Kabalan identik dengan Kebalen di Kelurahan Kedungkandang, juga tidak jauh dari Sekarpuro.
”Karena itu, bisa dipahami jika temuan pada situs Sekaran, termasuk gerabah dan mata uang kuno, ada petunjuk jejak-jejak abad ke-10 yang membentang sampai abad ke-15. Memang belum ditemukan adanya angka tahun di sana, tetapi dugaan ke arah sana memungkinkan,” ujarnya.
Untuk mengungkap situs itu, ekskavasi lanjutan akan dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta.