BANDA ACEH, KOMPAS - Komisi Independen Pemilihan Banda Aceh, Provinsi Aceh, mengintensifikan sosialisasi Pemilu 2019 pada kelompok masyarakat marjinal seperti pemulung yang tinggal di kawasan tempat pembuangan akhir. Mereka dinilai kelompok yang berpotensi tidak menggunakan hak pilih atau golongan putih/golput karena jarang terpapar informasi tentang politik dan pemilu.
Sosialisasi teknis memberikan hak suara dilakukan bagi para pemulung di sekitar Desa Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, Sabtu (23/3/2019). Sosialisasi dilakukan di tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Desa Jawa.
Ghifari, relawan demokrasi KIP Banda Aceh harus berjalan di antara tumpukan sampah untuk untuk menyampai informasi tentang pemilu. "Bapak sudah tahu bahwa tanggal 17 April dilaksanakan pemilu?" tanya Ghifari kepada Ramadhan, pemulung di TPA.
Ghifari lalu memperlihatkan contoh kertas suara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. "Bapak dapat memilih salah satu pasangan calon yang menurut bapak terbaik. Yang penting Bapak tidak golput, karena suara Bapak sangat penting," kata Ghifari.
Ghifari menjelaskan dengan detail tata cara pencoblosan surat suara pilpres, legislatif, dan dewan perwakilan daerah. Tata cara mencoblos boleh pada nomor, nama, gambar calon, atau gambar partai. "Jangan lupa Pak, tangal 17 April ke tempat pemungutan suara. Satu suara menentukan masa depan," ujar Ghifari.
Jangan lupa Pak, tangal 17 April ke tempat pemungutan suara. Satu suara menentukan masa depan. (Ghifari)
Ramadhan menuturkan dia telah ikut pemilu sejak 2009. Meski tidak berharap banyak pada sosok presiden dan wakil rakyat yang dia pilih, namun dia tidak ingin golput. "Bagi saya yang penting aman dan damai sehingga saya bisa cari nafkah. Memulung pun kalau kita mau ada rezeki. Sehari saya dapat Rp 50.000 - Rp70.000," kata Ramadhan.
Komisioner KIP Banda Aceh Yusri Razali mengatakan kaum marjinal seperti pemulung rentan golput, sebab pendidikan politik minim didapatkan. "Tapi pemulung di sini pengetahuannya cukup baik, mereka sudah tahu tanggal 17 April pemilu. Namun teknis pencoblosan mereka belum begitu paham," kata Yusri.
Relawan demokrasi terus mensosialisasi pentingnya memberikan hak suara saat pemilu. Selain ke TPA, sosialisasi juga dilakukan ke kampus, pesantren, sekolah, dan kelompok marjinal lainnya. Para pemilih pemula juga didorong dan diberikan pendidikan politik agar mereka tergerak menggunakan hak pilih.
Adapun total pemilih tetap di Banda Aceh 145.117 orang dan sebanyak 40 persen adalah pemilih pemula. Pada Pilkada 2017 tingkat partisipasi pemilih di Banda Aceh 63 persen dan pada 2019 ditargetkan naik menjadi 70 persen.
Direktur Eksekutif Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI) Aceh Ridwan Hadi mengatakan, kelompok pemilih pemula dan kaum marjinal cenderung apatis karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang pemilu. Oleh sebab itu, perlu pendidikan politik bagi mereka supaya muncul kesadaran bahwa pemilu bagian dari kehidupan berbangsa dan ruang bagi mereka untuk terlibat dalam pembangunan bangsa.